Kampusgw.com

Menu

Sukses Itu Berbagi

Ada ungkapan bijak “tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah”. Secara sederhana dapat diartikan “memberi lebih baik daripada menerima”. Memberi tidak harus identik dengan materi/uang. Memberi dapat diwujudkan dengan berbagai cara, termasuk budi baik. Memberi adalah berbagi kepada orang lain. Orang yang gemar berbagi tak takut kehilangan. Karena ia yakin bahwa segalanya milik Tuhan. Berikut ini adalah wawancara penulis demngan Riki Rachman Permana, penerima beasiswa penuh Paramadina Fellowship jurusan Ilmu Komunikasi. Riki adalah sosok yang meniti kesuksesan dengan kegemarannya berbagi (sharing). Apa dan siapa Riki?

 

Kapan Anda dilahirkan?

Bandung, 20 Oktober 1990

 

Pengalaman di jenjang SD?

Sejak kecil, aku sudah berpindah-pindah tempat mengikuti pekerjaan orangtua. Masa SD ku habiskan di Pulau Kalimantan. Aku tak pernah lupa bahwa SD tersebut mengajarkanku banyak hal. Ya, pelajaran akan keberagaman. Disana, siswa-siswanya berasal dari latar belakang berbeda. Mulai dari perbedaan etnis, agama dan bahasa. Namun yang sangat berkesan adalah kerukunan agamanya. Kami saling menghormati, dan ini yang terus saya pegang sampai saat ini. Pokoknya, aku belajar ke-Indonesiaan di masa ini: Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

 

Pengalaman di tingkat SMP?

Di masa ini aku masih dapat dikatakan sebagai pribadi yang cenderung pendiam, tak banyak omong. Hari-hari dihabiskan dengan bermain dan belajar. Aku juga mengikuti berbagai kejuaraan. Ku pikir, ini adalah cara yang sangat tepat untuk aktualisasi diri.

 

Pengalaman di masa SMA?

Masa ini adalah yang paling teringat, tak pernah terlupakan. Aku mulai memberanikan diri mengikuti organisasi. Alhamdulilah, aku dipercaya menjadi Ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) SMAN 1 Sumber Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Alasan utama mengikuti organisasi adalah untuk mengembangkan diri, melatih kepemimpinan, kepercayaan diri dan kedewasaan. Aku sadar, karakteristik pendiam hanya akan menjadi halangan jika tidak bisa bergaul dengan orang lain. Organisasi adalah wadah paling tepat untuk mengenal banyak karakter orang. Pencapaian dalam wadah OSIS yang paling menonjol adalah sukses menyelenggarakan konser musik Lobow, sebuah band yang sedang “naik daun” ketika itu. Dikatakan menonjol karena SMAN 1 Sumber belum pernah mengadakan konser musik sebelumnya. Karena kerja tim yang sungguh-sungguh selama setahun, acara berjalan lancar dan penonton banyak.

Beberapa prestasi yang menonjol antara lain:

  • Juara 1 Festival Drum Band (2005)   
  • Juara 2 Festival Drum Band (2007)
  • Juara 1 Festival Drum Band (2007)
  • Juara 1 Pidato Perpustakaan (2007)
  • Juara 1 Debat Bahasa Inggris (2006)
  • Juara 1 Debat Bahasa Inggris (2007)
  • Juara 2 Puitisasi Al-Quran (2005)
  • Juara 1 Mengarang (2007)
  • Juara 2 Duta Wisata “Nok & Kacung” Kabupaten Cirebon (2007)

 

Pengalaman mendapatkan beasiswa kuliah?

Alhamdulillah, aku mendapatkan beasiswa penuh dalam program Paramadina Fellowship tahun 2008 jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Paramadina. Ini tidak lain adalah hasil jerih payah selama tiga tahun menuntut ilmu di SMA. Aku tak pernah melupakan, ketika itu aku mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam belajar ketika teman-teman bersenang-senang/malas. Aku selalu mempertahankan sifat kreatif dan inovatif walaupun fasilitas di daerahku masih sangat minim.

Setidaknya ada 3 faktor yang membuatku terpilih menjadi penerima beasiswa:

  • Nilai raport yang memuaskan (akademis). Ini adalah prasyarat awal yang tak bisa dilewatkan untuk melamar beasiswa manapun.
  • Pengalaman organisasi. Ini adalah faktor yang sangat berpengaruh karena di organisasi aku belajar kepemimpinan, melatih emosi dan pendewasaan.
  • Komunikasi yang prima. Aku sadar, banyak orang pandai yang tak mampu mengkomunikasikan dengan baik. Sehingga ia hanya pandai untuk dirinya sendiri. Komunikasi yang prima menjadi modal berharga dalam menuai beasiswa.

 

Pengalaman kerja sambil kuliah?

Sejak aku menginjakkan kaki di Jakarta, semangat untuk kerja keras langsung muncul. Ya, aku sadar bahwa aku dilahirkan di kota kecil. Di Jakarta, kehidupan berputar tiada henti. Akses informasi sangat mudah. Kesempatan untuk bertemu langsung denga para tokoh nasional juga mudah. Suatu hal yang tak mungkin ku dapatkan di daerah. Dulu aku hanya menonton para tokoh di televisi, kini aku sudah langsung bersua.

Aku mulai mencicipi dunia kerja sedari semester empat. Motivasinya bukanlah untuk mencari uang semata. Namun untuk menambah pengalaman. Aku sadar, tidaklah berarti untuk menjadi “jago kandang” di kampus sendiri. Sehingga, mengadu peruntungan kerja menjadi tolok ukur sejauh mana kesiapan diri ke depan. Kerja juga mengaplikasikan teori ke dunia praktik. Sebagaimana mahasiswa pada umumnya, ku awali pengalaman kerja dengan menjadi guru mata pelajaran di salah satu bimbingan belajar. Waktu itu aku mengajar  empat kali seminggu. Tidak hanya itu, aku juga menjadi fotografer spesialisasi anak. Terakhir kali, aku magang selama tiga bulan di perusahaan multinasional, Unilever.

 

Apa moto hidup Anda?

“berbagi membuat kita senang”. Aku terinspirasi oleh 3 tokoh idola yaitu ibu, ayah dan Oprah Winfrey. Mereka semua mengajarkanku akan arti ketulusan dalam berbagi.

 

Apa motivasi mengambil Ilmu Komunikasi?

Ketika masih duduk di bangkus SMA, aku ingin mengambill jurusan Psikologi, bahkan pernah mendaftar di Universitas Diponegoro Semarang. Aku juga tertarik dengan jurusan hubungan internasional dan didorong oleh pengalaman memenangkan debat bahasa Inggris. Namun aku sadar, minat saja tidaklah cukup. Aku memutuskan pilihan Ilmu Komunikasi karena ku pikir kemampuan komunikasi adalah dasar kesuksesan bidang apapun. Komunikasi untuk unjuk diri.

 

Apa makna kepemimpinan menurut Anda?

Kepemimpinan adalah kedewasaan. Menjadi seorang pemimpin berarti harus menghilangkan egoisme, ia harus peka terhadap lingkungan sekitar. Ia harus dimulai dari diri sendiri.

 

Pengalaman di bidang sosial?

Aku bersama teman-teman seangkatan/alumni SMAN 1 Sumber mendirikan Madani Foundation. Tidak lain adalah gerakan donasi atau menyumbangkan rezeki kita untuk membantu biaya pendidikan adik-adik kelas di SMAN 1 Sumber yang kurang mampu namun berprestasi. Tiap bulan, uang saku kami disisihkan untuk mereka. Paradigmanya bukan “ikut merasakan penderitaan orang lain” akan tetapi adalah “berbagi keceriaan atau kebahagiaan kepada orang lain”. Meskipun ini adalah gerakan yang dapat dikatakan skala kecil, namun dampaknya cukup besar. Adik-adik kelas yang kurang mampu terbantu dengan gerakan ini.

 

Pesan-pesan Anda untuk anak kurang mampu finansial tapi ingin kuliah?

Percayalah, hambatan sejati adalah diri sendiri. Kalau kita sungguh-sungguh, niscaya pasti ada jalan. Saya membuktikan, bahwa anak yang lahir dan tumbuh di daerah pun mampu bersaing di kota besar.

Categories:   Beasiswa

Comments

error: Content is protected !!