Kampusgw.com

Menu

Mengapa Kamu Pilih HI? Poin Plus Lulusan Hubungan Internasional

Tidak pernah terbersit dalam hati saya untuk belajar ilmu hubungan internasional (HI). Karena sedari kecil, saya ingin menjadi seorang pendidik. Namun, kenyataan itu berubah ketika saya menginjak usia 20 tahun.

Pada suatu hari di awal tahun 2008, hati saya seperti disambar petir. Apa pasal? Karena secara tidak sengaja saya membaca sebuah iklan (lebih tepatnya inforial) di Harian Kompas yang ternyata mengubah jalan hidup saya. Inforial tersebut tidak lain adalah Paramadina FellowshipAda rasa geregetan, senang, deg-degan, dan tertantang ketika membacanya. Campur aduk-lah pokoknya perasaan saya waktu itu.

Dari delapan program studi yang ditawarkan oleh program itu, ada dua yang mendekati minat saya yaitu ilmu hubungan internasional dan ilmu komunikasi. Mempertimbangkan minat, bakat, kekuatan, dan prinsip hidup akhirnya hati saya berlabuh ke program studi ilmu hubungan internasional. Setelah saya renungkan kembali, keputusan saya waktu itu sungguh berani. Karena, sebelumnya saya belum pernah mendengar tentang adanya jurusan tersebut. Saya hanya mengikuti kata hati.

Gayung pun bersambut. Segala daya upaya saya kerahkan agar dapat menjadi penerima Paramadina FellowshipBanyak ‘drama’ yang mengiringi perjuangan saya waktu itu. Mulai dari berselancar ria di Warung Internet (Warnet), terseok-seok ketika meminta surat rekomendasi kepada wali kelas, tidur di kosan teman ketika mengikuti seleksi wawancara di Surabaya, hingga cibiran yang tidak “mengenakkan” dari guru dan pejabat lain di pesantren. Mungkin sudah menjadi suratan takdir, medio 2008 saya mendapatkan kabar dari Universitas Paramadina yang menyatakan saya diterima menjadi mahasiswa di jurusan itu.

Butuh 3,5 tahun bagi saya untuk menyelesaikan studi di jurusan Hubungan Internasional Universitas Paramadina. Dari tiga tahun pengalaman kerja pasca lulus, dapat saya sarikan beberapa poin plus lulusan hubungan internasional:

  1. Keterampilan riset yang (kemungkinan besar) cenderung lebih baik dibandingkan lulusan dari rumpun ilmu sosial lainnya. Anak HI terlatih membuat artikel, esai, atau naskah yang berbasis riset. Oleh karenanya, rata-rata mereka cenderung investigatif sebelum mengambil suatu keputusan. Maka tidak mengherankan jika mereka cocok menjadi peneliti, penulis, jurnalis, atau analis. Apapun bidang industrinya.
  2. Keterampilan komunikasi yang memukau. Anak HI terbiasa dengan presentasi, debat, diskusi atau apapun yang berhubungan dan menunjang kemampuan public speaking. Sehingga, lulusan HI banyak yang sukses menjadi News Presenter, MC, Trainer, penyiar radio, Public Relations, Marketer, dan konsultan.
  3. Penguasaan bahasa asing yang wow. Anak HI pada dasarnya suka yang ‘berbau internasional’. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika selama menjadi mahasiswa mereka banyak mengikuti kegiatan-kegiatan dengan cakupan internasional. Entah Pertukaran Mahasiswa, Pertukaran Pemuda, Konferensi Internasional, Model United Nations (MUN), Summer Course, Pagelaran Seni, Magang, dan sebagainya. Semuanya itu bisa terwujud karena kemampuan bahasa asingnya. Entah ‘hanya’ bahasa Inggris maupun bahasa-bahasa populer lainnya seperti bahasa Perancis, Mandarin, Arab, Korea, Italia, Spanyol, atau Belanda. Al hasil, lulusan HI banyak yang terserap di lembaga-lembaga internasional. Baik NGO, organisasi-organisasi di bawah PBB, kedutaan besar, perusahaan multinasional, media asing, agen periklanan global, dan seterusnya.
  4. Political Skill yang mumpuni. Anak HI biasanya bukan ‘kupu-kupu’ atau kuliah pulang-kuliah pulang. Mereka biasanya hiperaktif. Entah aktif di mengikuti organisasi kemahasiswaan, organisasi sayap partai, organisasi kepemudaan, komunitas, LSM, atau bahkan mendirikan organisasi sendiri. Mungkin karena belajar teori Politik sejak di semester pertama, mereka berambisi untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tak ayal, lulusan HI banyak yang sukses di dunia politik. Kalaupun berkarir di dunia profesional, karirnya cepat melejit karena keterampilan negosiasi dan melobi. Itu mengapa banyak lulusan HI yang menjadi Konsultan Politik, Politisi, Staf Ahli DPR/DPD, analis politik, pendiri dan pemimpin LSM, atau posisi-posisi strategis lain yang membutuhkan kemampuan manuver tinggi.
  5. Networking. Masih berkaitan dengan poin 4, anak HI biasanya ‘jago’ dalam urusan berjejaring. Bahasa awamnya membangun relasi (link) atau jaringan (network). Belajar dan hidup di tengah keberagaman di kampus dan lingkungannya, membuat anak HI luwes bergaul. Mereka bisa survive di mana saja. Cenderung lebih cepat beradaptasi dan ‘menempatkan diri’. Apapun bidang industrinya. Tak mengherankan, banyak anak HI yang sukses menjadi Marketer, Broker, politisi, atau Public Relations. Semua pekerjaan yang berinteraksi dengan orang banyak.

Beberapa hal yang saya tuliskan di atas tentu saja bersifat sangat subyektif. Karena semua kembali kepada individunya (tidak dapat digeneralisir). Bergantung dengan sejauh mana anak HI mengembangkan diri, menekuni minat-bakat, dan berjejaring. Dan tentunya, saya tidak pernah menyesal menjadi lulusan HI!

 

Oleh Agung Setiyo Wibowo, Alumni Hubungan Internasional Universitas Paramadina

 

 

Sumber gambar: www.straitstimes.com

Categories:   Fresh Graduates

Comments

error: Content is protected !!