Kampusgw.com

Menu

Yuk Kenali Saiful Falah Lebih Lanjut! Saiful Falah: Penulis Yang Sukses Membesut Santrinulis.com

Teman-teman ada yang nggak punya hobi? Kampusgw yakin setiap orang memiliki hobi ya. Apapun itu. Hobi biasanya kita kerjakan di waktu luang dengan senang hati.

Tapi, tahukah kamu? Ternyata hobi ialah pangkal kesuksesan ya. Karena ketika kita mengerjakan hobi kita dengan sungguh-sungguh, kesuksesan akan datang menghampiri. Apapun bidang yang kita tekuni.

Saiful Falah merupakan salah satu orang yang sukses karena hobi menulis. Berkat hobi ini beliau bisa menjadi pembicara dimana-mana. Bukunya beredar di berbagai kota. Dan belakangan membentuk Santrinulis.com. Sebuah platform yang memungkin kamu untuk belajar menulis dan berbagi tulisan.

Huaaa, menarik kan? Yang perlu kita tahu, perjalanan hidup Saiful Falah tidak semulus yang kita bayangkan. Selepas SMA, ia tidak serta merta langsung kuliah karena ekonomi keluarga yang kurang bersahabat.

Nah, bagaimana liku-liku Saiful Falah bisa menjadi penulis terkenal hingga sekarang? Apa saja rahasianya? Dan bagaimana ia sukses membesut Santrinulis.com? Simak nukilan wawancara berikut ya.

 

Siapa nama lengkap Bapak?

Saiful Falah

 

Apa kesibukan Bapak sehari-hari?

Mengajar di pesantren modern Ummul Quro Al-Islami dan Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor.

 

Apakah cita-cita Bapak di masa kecil?

Sejak kecil saya bercita-cita menjadi guru.

 

Sebenarnya, apa panggilan hidup Bapak?

Mengajar, berbagi ilmu dengan anak-anak.

 

Di usia berapa Bapak menemukan panggilan hidup?

Sejak kelas 1 SD, usia 6 tahun. Saya terinspirasi oleh kepala sekolah yang bernama Ibu Eti Rohaeti. Beliau seorang guru yang amat penyayang. Meskipun kepala sekolah di sekolah negeri, beliau tetap mengajar. Beliau menjadi wali kelas satu. Saya adalah murid paling muda di kelas. Ibu Eti mengajarkan kepada saya nilai-nilai kasih sayang. Beliau tidak sungkan menggendong siswanya yang menangis. Beliau pun tidak segan mengurusi siswa yang buang air di celana baik air kecil pun besar. Sejak saat itu saya berniat menjadi penerus bu Eti.

 

Anda dikenal sebagai pendiri dan Direktur Santrinulis. Bisa diceritakan bagaimana cerita di balik berdirinya komunitas tersebut?

Sekitar tahun 2011 buku pertama saya yang berjudul Jemput Surgamu diterbitkan oleh Penerbit Republika. Saya pun mendapat banyak undangan ke pesantren-pesantren untuk bedah buku. Santri memiliki antusiasme yang tinggi di bidang jurnalistik. Mereka banyak bertanya tentang tips menulis sampai bisa menjadi buku dan diterbitkan. Selama ini mereka sudah sering menulis di majalah dinding dan buletin pesantren yang tentunya masih skala lokal. Santri ingin go public. Mereka berharap tulisannya dibaca banyak orang. Dari sana saya mulai terpikir untuk membuat media yang bisa mewadahi semangat menulis santri. Maka muncul ide membuat portal menulis. Tanggal 28 Oktober 2012 portal tersebut menjadi kenyataan. Karena idenya berasal dari santri dan saya pun pernah menjadi santri, maka portal tersebut diberi nama Santrinulis.com.

 

Bagaimana suka duka membangun dan membesarkan Santrinulis?

Santrinulis.com dibuat untuk mewadahi semangat menulis santri. Agar mereka bisa berbagi dan saling meninspirasi. Santri di pesantren A bisa menulis dan tulisannya dibaca oleh santri dari pesantren B, C, D dan seterusnya. Sebaliknya santri dari pesantren B tulisannya bisa dibaca santri dari pesantren A dan seterusnya. Sehingga timbul semangat berlomba dalam kebaikan. Itu harapan awal. Ternyata kenyataan tidak semudah perencanaan. Santri di pesantren tidak memiliki keleluasaan menggunakan komputer apalagi internet. Sedangkan santrinulis.com hanya bisa diakses melalui jaringan internet. Terjadilah stagnansi. Santrinulis.com meski memiliki banyak anggota kekurangan kontributor tulisan. Kami pun mencari jalan keluar. Kami memohon bantuan ustadz/ustadzah di pesantren untuk membantu santri meng-upload tulisan ke santrinulis.com. Solusi ini dapat berjalan tapi belum memuaskan. Waktu menjadi kendala. Ustadz/ustadzah kurang memiliki waktu luang.

Kami pun merubah model pendekatan. Tahun 2013 santrinulis membuat program 30HMB (30 hari menulis buku). Sesuai dengan namanya program ini dirancang untuk membuat buku dalam waktu 30 hari. Peserta yang ikut tidak hanya santri, tapi juga siswa umum, mahasiswa dan guru. Mereka diberi bekal ilmu menulis. Setelah itu harus menulis di santrinulis.com selama 30 hari. Tulisan yang memenuhi syarat akan dibukukan. Alhamdulillah berkat program ini ada 2 orang peserta yang bisa membuat buku. Satu buku kumpulan cerpen karya Imam Nurhidayat yang berjudul Life Imagination dan satu novel karya Irwan Maulana dengan judul Lembaran-Lembaran Cinta. Kedua buku ini masih belum memiliki ISBN.

Tahun 2015 s/d 2016 santrinulis.com sempat berjalan di tempat. Saya sebagai founder disibukan dengan tugas akhir kuliah. Riset untuk disertasi menguras waktu dan pikiran saya. Alhamdulillah November 2016 saya diwisuda. Santrinulis pun mulai melangkah lagi. Kami buat rencana 2017. Santrinulis harus menerbitkan lebih dari 10 buku dan ber-ISBN. KMI (kelas Menulis Intensif) dijadikan proyek unggulan. Kelas menulis selama 3 bulan dirancang untuk mengasah jari para calon penulis dari pesantren. Target akhirnya adalah buku. Setiap peserta wajib menulis buku. Tim santrinulis membantu dari mulai proses belajar menulis, menyunting tulisan, layouting sampai penerbitan.

Alhamdulillah program ini mendapat respon positif. Peserta yang tadinya ditargetkan hanya 22 orang membengkak jadi 32 orang. Peserta terjauh datang dari Bangil, santri pesantren mahasiswa Darul Lughah wa Da’wah.

 

Apa saja layanan yang dimiliki Santrinulis?

Kami memiliki santrinulis.com. Sebuah portal menulis bagi siapa saja (pada awalnya santri kami maknai sebagai pelajar di pesantren, sekarang kami memperluas maknanya menjadi siapa saja yang cinta ilmu agama) yang mau berbagi dan menginspirasi melalui tulisan. Ada santinulis training center, lembaga training yang memiliki visi mencetak generasi yang bermartabat dan bermanfaat. Ada santrinulis publishing, penerbit buku islami yang memiliki moto siapa saja bisa menerbitkan kisahnya.

 

Bagaimana dengan visi dan misi Santrinulis?

Visi santrinulis mencetak ribuan santri penulis.  Misi santrinulis menebar semangat menulis di tengah generasi muda muslim.

 

Apakah yang membedakan Santrinulis dengan komunitas literasi lainnya?

Sesuai dengan nama, santrinulis berasal dari santri (pelajar di pesantren), dikelola oleh santri (alumni pesantren) dan memberi manfaat bagi santri (masyarakat yang cinta ilmu agama).

Apakah Bapak pernah “mencicipi” profesi selain penulis sebelumnya?

Profesi saya guru dan dosen.

 

Apa suka duka selaku penulis?

Suka saat karya saya dapat menginspirasi orang lain. Duka setiap waktu saya membaca ulang karya saya dan mendapatkan kekurangan di dalamnya. Suka dan duka tersebut membuat saya terus belajar.

 

Kapan waktu terbaik Anda menulis?

Setelah sholat subuh.

 

Seberapa sering Anda menulis setiap harinya? Apakah berjam-jam?

Untuk menulis buku, terkadang saya habiskan lebih 10 jam sehari. Sedangkan untuk menulis artikel saya butuh waktu sekitar 1 jam.

 

Dalam sehari rata-rata minimal berapa halaman tulisan yang Anda hasilkan?

Saat menulis buku, satu hari rata-rata 8 halaman.

 

Apa pengalaman paling mengesankan sejauh ini sebagai seorang penulis?

Bertemu banyak orang yang memiliki passion yang sama.

 

Buku apa saja yang pernah Anda terbitkan?

Alhamdulillah saat ini sudah menulis 11 buku. 4 buku pertama dicetak Penerbit Republika (Jemput Surgamu, Guru adalah Ustadz, Rindu Pendidikan dan Kepemimpinan M. Natsir dan Parents Power), 6 buku berikutnya dicetak Santrinulis Publishing (Semut Dream, Motisantri, Pesantren Kiyai dan Masa Depan, Pesantrenku, Nulis Yuk dan Allah Cinta Muslim Kaya), 1 buku diterbitkan EMIR Erlangga Grup (DARE; Dream, Action, Role Model and Evaluation).

 

Apa saja kesibukan Bapak selain di dunia penerbitan dan literasi? Apakah juga aktif di bidang lain?

Saya menjadi anggota Dewan Pendidikan Kab. Bogor 2016-2021, Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Orsat Leuwiliang, Sekretaris Organisasi Masyarakat Al-Ittihadiyah Wilayah Jawa Barat dan Direktur radio komunitas UQI FM 107.1

 

Dengan melihat usia Bapak sekarang ini, Anda telah mengantongi berbagai prestasi yang membanggakan. Sebenarnya berapa jam rata-rata Anda istirahat (tidur) setiap harinya?

Saya tidur teratur. Rata-rata mulai jam 21.00 s/d 03.30 WIB.

 

Apa kegiatan Anda di waktu luang?

Membaca. Seorang penulis wajib hobi baca.

 

Kalau boleh tahu, apa sebenarnya passion Bapak?

Mengajar. Dan menulis adalah bagian dari pengajaran.

 

Di usia berapa Bapak menemukan passion?

Sejak kecil sudah mulai tumbuh. Semakin kuat saat saya belajar di pesantren kelas akhir. Sekitar usia 18 tahun.

 

Siapakah orang yang paling mempengaruhi hidup Anda?

2 orang ibu. Ibu Nur Asiah (ibu kandung saya) dan Ibu Eti Rohaeti (ibu guru saya)

 

Apakah Anda memiliki teladan atau panutan? Jika ada, siapa itu? Mengapa Anda mengagumi sosok tersebut?

Saat duduk di Madrasah Aliyah saya pengagum Bung Karno. Kalimat sakti beliau “berikan kepadaku 10 orang pemuda, akan aku goncang dunia” begitu kuat mendorong saya untuk menjadi pemuda yang mampu menggoncang dunia. Ketika lulus Madrasah saya sering membaca karya Andrie Wongso. Beliau yang tidak tamat SD mampu membuat saya terkesima. Success is my right. Pak Andrie saja bisa menjadi orang sukses, saya pun pasti bisa. Kuncinya harus mau berusaha.

 

Apakah Anda pernah mengalami kejadian yang membawa pada titik balik? Apa pelajaran terbesar dari kejadian tersebut?

Ayah saya dipecat (PHK) saat saya kelas 3 Madrasah Aliyah. Saya harus memupus mimpi kuliah. Saya lulus tahun 2001 dan baru mulai kuliah tahun 2006. Di periode itu, saat ditanya oleh teman, “Kamu kuliah dimana?”, saya selalu menjawab “Saya kuliah di universitas kehidupan. Belajar pada apa yang saya lihat, rasa dan dengar”

 

Bagaimana Anda memandang diri sendiri pada 5,10, dan 25 tahun ke depan?

5 tahun ke depan saya harus mencetak 50 orang penulis. (satu tahun minimal 10 orang penulis baru muncul dari komunitas santrinulis). 10 tahun lagi saya harus mencetak 150 orang penulis. (5 tahun pertama 50 orang, 5 tahun berikutnya 100 orang). 25 tahun lagi saya harus mencetak 1.050 orang penulis (5 tahun pertama 50, 5 tahun kedua 100, lima tahun ketiga 200, lima tahun keempat 300 dan 5 tahun terakhir 400 orang).

 

Menurut Bapak, bagaimana perkembangan literasi di tanah air?

Dengan adanya program literasi sekolah, siswa menjadi termotivasi untuk giat membaca dan pada muaranya pada semangat menulis. Saat budaya baca dan menulis mengakar di generasi muda Indonesia bisa mengguncang dunia. Ini mungkin yang dimaksudkan Bung Karno ‘berikan kepadaku 10 orang pemuda, akan aku goncang dunia’. Pemuda yang berilmu karena suka membaca dan mampu berkarya serta menginspirasi lewat karyanya.

 

Apa karakter yang harus dimiliki oleh seorang penulis menurut Bapak?

Jujur. Penulis harus jujur.

 

Apa arti kesuksesan bagi Bapak?

Sukses itu sebesar apa manfaat diri kita bagi orang lain.

 

Apa arti kebahagiaan di mata Bapak?

Memberi bahagia kepada orang lain.

Banyak orang yang menghadapi “titik balik” sebelum benar-benar mengetahui apa yang diinginkan dalam hidup. Apakah Bapak pernah mengalaminya? Jika ya, barangkali bisa share kepada kami.

Saya pernah gagal kuliah karena orang tua dipecat (PHK). Kegagalan itu memacu saya untuk berpikir kreatif. Boleh saya tidak kuliah, tapi saya tidak boleh ketinggalan ilmu.

 

Apa pesan-pesan Bapak bagi para generasi muda yang ingin menjadi penulis?

Bacalah. Nabi pun diperintahkan untuk membaca. Setelah membaca anda bisa mengenal siapa anda. Setelah mengenal siapa anda, anda bisa memperkenalkan diri anda kepada orang. Dan semoga perkenalan tersebut menjadi jembatan dikenalnya anda oleh Sang Pencipta.

 

 

Sumber gambar: Brilio.net

Categories:   Fresh Graduates

Comments

  • Posted: Nov 1, 2017 08:12

    Faiz

    https://santrinulis.com/index.php/2017/10/31/2-santri-ini-bakal-kunjungi-perpustakaan-terbaik-asean/ Home Event EventSekilas Info 2 Santri Ini Bakal Kunjungi Perpustakaan Terbaik ASEAN By Faiz Fadly - October 31, 2017 013 Setelah melalui tahap seleksi 50 orang dari 357 nominator 1st Santri Writer Summit yang digelar Komunitas SantriNulis bersama Kementrian Agama RI dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2017 di UI Depok. Annas Rolli santri dari Pesantren Al-Muhsin, yogyakarta terpilih sebagai pemenang untuk katagori Essay, Adapun predikat The Best Delegation (delegasi terbaik) diraih oleh Sidik Nur Thoha, santri perwakilan dari Pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta. Mereka berkesempatan mengunjungi Perpustakaan singapura, perpustakaan yan masuk categori terbaik ASEAN. “Nanti akan saya ajak ke Perpustakaan Singapura. Perpustakaan ini adalah perpustakaan ramah anak. Jadi yang datang tidak hanya orang dewasa, tapi ada pula rombongan anak-anak,” jelas founder santrinulis.com

error: Content is protected !!