Kampusgw.com

Menu

Srikandi Hubungan Internasional dari Pulau Dewata

 Perkenalkan nama saya Ni Luh Bayu Purwa Eka Payani, dan biasa dipanggil Bayu. Banyak orang mengatakan bahwa nama saya seperti laki-laki, tapi itu tidak masalah. Sebagaimana makna “Bayu”, saya selalu mempunyai bayu (tenaga) untuk melakukan sesuatu. Berasal dari keluarga dengan cara berpikir sangat demokratis, menjadi seorang perempuan bukanlah sebuah masalah untuk mencapai cita-cita saya.

Berangkat dari sebuah kota kecil di pulau yang selalu didengung-dengungkan sebagai “surga dunia”, Bali dan memberanikan diri untuk mengadu nasib di Malang. Sejak SMP saya sangat tertarik dengan linguistik sehingga sejak SMA tepatnya kelas dua, saya memilih Program Bahasa untuk pemilihan konsentrasi/peminatan/jurusan. Tamat SMA ingin menjadi apa?

Untuk di Bali, semua orang yang mencari program Bahasa pasti akan menjadi guide atau paling tidak bekerja di bidang pariwisata. Tapi sejak menonton sebuah Drama Korea yang berjudul “Wedding“ dimana seorang pria bekerja sebagai diplomat dan mendampingi para menteri membuat saya tertarik untuk masuk Hubungan Internasional (HI).

Awalnya, saya merasa saya tersesat mengambil HI. Kecintaan saya terhadap bahasa asing saya pikir akan saya dapatkan dengan masuk jurusan ini, di mana banyak orang mengatakan bahwa tamatan HI akan bisa berbicara menggunakan lima bahasa asing yang berbeda. Ternyata, hari pertama masuk kuliah saya mengalami depresi yang berat. Karena yang saya pelajari bukan Bahasa Inggris, Jepang, dan sebagainya. Tetapi Pengantar Hubungan Internasional, Teori Realisme, dan Liberalisme.

Meskipun saya sangat tidak suka dengan mata kuliahnya, namun saya tetap berusaha untuk kuliah dengan baik. Saya termasuk tipe orang yang tidak akan megganti jurusan saya hanya dengan alasan saya tidak suka. Apa yang saya pilih di awal, meskipun sulit akan tetap saya jalani sampai tuntas.

Dalam empat semester pertama, saya mengalami pasang surut dalam kuliah khususnya karena Indeks Prestasi (IP) yang selalu berbeda tiap semesternya. Saya merasa tidak percaya diri dengan kemampuan saya baik dalam menulis maupun analisa. Dan akhirnya pada semester kelima – saat pemilihan peminatan/konsentrasi – saya memilih konsentrasi security and conflict. Dan disinilah saya menemukan jiwa ke-HI-an saya.

Saya mulai tertarik untuk membaca buku wajib HI, dan mulai lebih serius menjalani kuliah. Suatu hari di kampus Universitas Brawijaya Malang – tempat saya menimba ilmu di jenjang S1 –, peminatan security and conflict tepatnya oleh kakak tingkat kami, diadakan sidang simulasi PBB mengenai resolusi untuk masalah nuklir Iran. Awalnya saya tidak mau ikut karena yang boleh mengikuti sidang dan mewakili masing-masing negara anggota adalah 10 orang terbaik yang dipilih melalui seleksi esai mengenai topik terkait. Seorang teman saya selalu bilang bahwa dia adalah seorang penulis yang baik dan pasti terpilih, dan dia mengatakan saya hanya pintar beretorika dan tidak pandai menulis. Itulah yang menjadi sebab saya tidak mau mengikuti acara tersebut. Namun saya sadar bahwa tujuan saya kuliah jauh ke Malang bukan menjadi orang yang minder, karena waktu SMA saya adalah siswa yang sangat aktif. Dan akhirnya saya membuat sebuah esai, tanpa ekspektasi apapun, esai saya terpilih sebagai essai terbaik dengan nilai tertinggi. Sejak itu kepercayaan diri saya mulai meningkat dan motivasi untuk semakin aktif menulis semakin tinggi.

Tahun 2011, tepatnya Bulan Maret, dosen saya memperkenalkan sebuah konferensi mahasiswa se-ASEAN di Malaysia. Tertarik, karena saya hanya harus membayar tiket pesawat. Adapun akomodasi selama di sana ditanggung panitia, bahkan jika terpilih sebagai penyaji makalah, akan diberikan hadiah uang sebesar kira-kira Rp. 1.000.000,-. Saya dan teman saya berkoordinasi dalam sebuah makalah bersama, dan terpilih sebagai penyaji makalah. Sejak saat itu pula, petualangan saya dalam konferensi internasional semakin banyak, dan saya bahkan bias mengelilingi Australia tanpa keluar uang sepeser pun.

Tamat kuliah S1, saya berpikir untuk bekerja di Jepang. Tetapi saya ingin mencoba dulu di dalam negeri. Prospek kerja bagi lulusan HI cukup banyak, karena banyak pekerjaan yang biasa diisi oleh tamatan HI. Sesuai dengan pengetahuan saya, hampir semua departemen pemerintahan membutuhkan lulusan HI. Selain itu juga bisa bekerja di bank, perusaahaan multinasional, lembaga non-pemerintah, dan masih banyak lagi. Tergantung passion dan ketertarikan masing-masing.

Suatu hari sebuah lowongan menjadi asisten dosen di Universitas Brawijaya tersedia. Saya cukup tertarik. Saya juga mengikuti seleksi di Astra Internasional yang hampir mencapai tahap akhir seleksi. Beberapa kali calon atasan saya menelepon untuk bertemu dengan saya. Bahkan calon atasan saya meminta bertemu di Surabaya. Saya berusaha menolak karena saya masih berharap pengumuman asisten dosen segera dilakukan. Hampir tiga bulan saya menunggu, tetapi tidak ada kepastian dari kampus. Sedangkan calon atasn saya sudah memaksa untuk bertatap muka bahkan melalui Skype. Saya terus mencari alasan untuk tidak melakukannya. Dan akhirnya pengumuman asisten dosen diumumkan dengan hasil diterimasebagai asisten dosen.

Bekerja beberapa hari, saya ditelpon kembali oleh perusahaan mengenai pekerjaan sebagai staff HRD di Astra Internasional. Akhirnya saya menolak pekerjaan tersebut, dan ingin melanjutkan sebagai asisten dosen meskipun saya hanya mendapatkan gaji Rp. 700.000,- perbulan.

Saya bertekad untuk menjadi seorang dosen. Dan ini merupakan pekerjaan yang paling aman bagi wanita menurut saya karena nantinya saya dapat membagi waktu untuk bekerja dan keluarga dengan lebih leluasa. Tentu saja alasan utama saya mengajar karena memang passion saya di bidang pendidikan. Melanjutkan S2 di Universitas Indonesia dengan beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (DIKTI Kemendikbud RI) membuat semangat saya belajar semakin tinggi. Mengikuti kegiatan dalam skala internasional serta mempresentasikan makalah di konferensi internasional juga semakin sering seperti di Thailand, Korea Selatan, Australia, dan Hongkong. Dari dulu bermimpi bisa keluar negeri dan keliling dunia, tetapi saya tidak memiliki cukup uang. Tetapi dengan menulis dan mengikuti konferensi saya bisa pergi keluar negeri tanpa takut tentang masalah dana. Dan bagi saya, menjadi seorang dosen sangat penting dalam melatih kemampuan menulis dan analisa kasus.

Dalam menempuh pendidikan S2, saya tidak hanya kuliah semata. Akan tetapi juga bekerja sebagai dosen di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), mengajar Mata Kuliah Asian Studies yang merupakan wilayah kajian saya. Selain mendapatkan tambahan uang, saya juga semakin banyak mendapatkan pengetahuan di bidang yang memang saya tekuni. Kuliah sambal bekerja ada suka dukanya. Sukanya tentu saja pengalaman mengajar bertambah dan mendapatkan uang tambahan. Dukanya adalah masalah waktu. Saat tugas kuliah menumpuk dan dikejar deadline, saya harus menyelesaikan tugas saya sebagai dosen yaitu mengajar dan mengoreksi tugas dan ujian mahasiswa saya. Meskipun demikian, ini adalah proses yang harus saya jalani. Dan saya sangat menikmatinya. Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat membuat saya semakin yakin bahwa menjadi dosen Hubungan Internasional adalah apa yang saya inginkan, meskipun tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa gaji dosen itu sedikit.

Ni Luh Bayu Purwa Eka Payani

Alumni Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang

Categories:   Jurusan

Comments

  • Posted: Aug 18, 2014 19:38

    bagi

    luar biasa,,,,, semoga semua cita2 sang Srikandi tercapai :)
  • Posted: Aug 20, 2014 09:18

    rindi

    Semangat bu bayuuu! sukses selalu :)
  • Posted: Dec 23, 2014 10:57

    Oxza Qorranotria

    Orang Hebat!!!

error: Content is protected !!