Kampusgw.com

Menu

Jadi, Kamu Takut Dianggap Kutu Loncat?

Generasi millennial memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan generasi-generasi lainnya. Selain terampil mendayagunakan media sosial, generasi ini rupanya disebut-sebut sangat eksis. Suka tampil, narsis, ingin diakui, ambisius, dan nggak mau kalah. Keren ya.

Tapi, bukan berarti Gen Y ini tidak ada sisi buruk ya. Menurut riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga, generasi ini dianggap tidak loyal. Pasalnya, ketika mendapatkan sebuah pekerjaan biasanya mereka cepat bosan. Kalau sudah seperti itu, ia cenderung berpindah-pindah. Entah untuk mengejar benefit yang lebih baik atau sekedar cari suasana baru. Berbeda banget kan dengan generasi orang tua maupun kakek-nenek kita dulu? Hehe

Kalau kata teman-teman di dunia SDM, generasi Y ini lekat dengan sebutan ‘kutu loncat’. Maksudnya, ia bak kutu. Meloncat dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan begitu mudahnya. Anggapan ini terdengar agak sumbang ya? Atau mungkin terkesan negatif?

Kutu loncat sebenarnya tidak jelek-jelek amat kok. Karena sudah menjadi naluri manusia untuk mendapatkan yang lebih baik dan tidak cepat berpuas diri. Sehingga wajar saja jika langsung resign ketika mendapatkan tawaran yang lebih menggiurkan.

Lantas, idealnya berapa lama waktu ideal untuk berpindah? Haruskah menunggu lima tahun baru resign? Ataukah opportunis gitu?

Bergantung konteksnya ya.

Ada orang yang memang nggak bisa beradaptasi dengan baik. Cepat mengeluh. Suka menyalahkan keadaan (dan orang lain). Sehingga, dalam setahun bisa berpindah hingga tiga perusahaan. Jangan ditiru ya, hehe. Terlalu cepat guys.

Ada pula orang yang memang keren banget. Masih muda tapi kinerja top markotop. Ia menjadi rebutan banyak perusahaan. Jadi, bisa saja dia berani keluar dari suatu perusahaan meski baru bekerja 6 bulan, 8 bulan atau satu tahun. Yang menarik, setiap kali berpindah ia selalu mendapatkaan keuntungan yang lebih. Entah dari besaran gaji atau tunjangan.

Ada juga sih orang yang berpindah karena masih dalam masa ‘mencari jati diri’. Jadi mungkin di setiap perusahaan yang “disinggahi” hanya bertahan satu tahun. Biasanya, tipe ini memang memiliki banyak minat. Sehingga, ia mencoba satu persatu bidang yang ditargetkan. Setelah yakin dengan bidang yang ingin difokuskan, orang-orang tipe ini justru setia banget. Nggak pindah-pindah lagi, hehe.

So, masih takut dianggap kutu loncat?

Ih, nggak usah deh. Ngapain takut coba? Lagian, lama atau nggaknya kamu bertahan di satu perusahaan tidak selalu berbanding lurus dengan prestasi. Ada kok orang yang puluhan tahun bekerja di satu tempat tapi NOL besar portofolionya alias biasa aja. Ada juga orang yang dalam waktu singkat (katakanlah 3 atau 5 tahun) bisa membuat gebrakan yang dikenang sepanjang masa.

So, masa kerja bukan jaminan ya di zaman sekarang. Era telah berubah coi.

Menjadi ‘kutu loncat’ boleh-boleh saja. Sah kok. Asalkan kamu tetap menjaga integritas, mengikuti peraturan yang berlaku dan mengedapankan etika. Karena nggak mau kan kamu masuk dalam blacklist? Hehe.

Pada akhirnya, kerja itu intinya sih berkontribusi. Kerja ya menciptakan nilai tambah. Kerja berarti ibadah. Kerja bermakna melayani orang lain. Kerja ya memberi. Kesimpulannya, selama kamu masih memegang teguh prinsip itu, jangan takut dianggap kutu loncat hehe. Selamat bekerja kawan.

 

Sumber gambar: culpwrit.com

Categories:   Karir

Comments

error: Content is protected !!