Kampusgw.com

Menu

Kuliah dan Mengajar

Ketika Indonesia masih dibawah kekuasaan penjajah Belanda, pendidikan hanyalah monopoli keluarga “darah biru” (baca: bangsawan). Bagi rakyat jelata, pendidikan belum atau tidak pernah terpikirkan karena yang terpenting adalah bertahan hidup. Itulah mengapa tingkat buta huruf di Indonesia sangat tinggi. Memasuki era pasca kemerdekaan, pendidikan tingkat dasar digenjot habis-habisan oleh pemerintah walaupun hanya dengan sarana dan prasarana sangat sederhana. Lambat laut, pendidikan terus berkembang. Pun, hanya segelintir warga saja yang mampu melanjutkan pendidikan tinggi.

Cikal bakal perguruan tinggi di Indonesia tidak pernah dilepaskan dari jurusan pendidikan guru. Hal ini tidaklah mengherankan karena ketika awal era kemerdekaan, tenaga pendidiklah yang paling dibutuhkan negeri ini. Itu mengapa, sampai saat ini jurusan pendidikan/keguruan adalah salah satu jurusan yang terbesar dan merata di tanah air. Seiring perkembangan pembangunan pendidikan, kampus-kampus yang awalnya hanya membuka jurusan pendidikan, mulai melebarkan sayapnya. Misalnya banyak perguruan tinggi yang awalnya bernama IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) berganti nama menjadi Universitas Negeri seperti yang kita lihat sekarang ada Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Surabaya dan seterusnya. Namun, di kota-kota kabupaten juga masih banyak dipertahankan STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan).

Lalu, apakah mahasiswa yang tidak mengambil jurusan pendidikan tertutup kesempatannya untuk mengajar?

Jawabannya tidak. Memang, guru atau pendidik professional di lapangan diutamakan berlatarbelakang jurusan pendidikan. Namun, kenyataannya sekarang ini banyak perguruan tinggi yang menawarkan program akta mengajar. Pun, pengalaman mengajar dapat diasah sedari awal perkuliahan. Salah satu cara paling popular yang seringkali ditempuh oleh mahasiswa perantauan yang “berkantong cekak” (pas-pasan) adalah dengan menjadi pengajar privat dan bimbel (bimbingan belajar). Ya, profesi ini dapat dikatakan paling populer di tanah air dan merata dijumpai di pemukiman atau wilayah dimana sebuah perguruan tinggi berada dari Sabang sampai Merauke.

Pengajar Privat

Bagi mahasiswa berprestasi namun kurang mampu secara ekonomi dapat mencoba profesi ini, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Palembang, Padang, Malang, Solo, dan seterusnya. Lalu bagaimana caranya? Sangat mudah, kamu dapat menawarkan diri dengan membuat brosur sederhana dan ditempel di dinding-dinding SD/SMP/SMA. Cara lainnya adalah bekerjasama dengan guru Bimbingan Konseling (BK) baik di SD, SMP maupun SMA untuk memberikan “les privat” maupun kursus kolektif di luar jam pelajaran. Namun, biasanya orangtua murid/siswalah yang lebih aktif jasa kamu, sehingga tidak repot “mengiklankan diri”.

Para orangtua di kota-kota besar memang cenderung sibuk, sehingga mereka lebih mempercayakan jam tambahan pelajaran di rumah untuk anaknya kepada para mahasiswa. Pengajar privat yang banyak dicari adalah untuk pelajaran eksakta yaitu Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi ataupun yang berbasis hitungan seperti Akuntansi. Bahkan sekarang ini yang mahir berbahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Mandarin, dan bahasa Perancis banyak dicari.

Lalu apa untungnya menjadi pengajar privat? Sangat banyak. Secara materi, kamu akan mendapatkan upah setimpal yang dapat digunakan untuk membayar biaya kuliah dan uang saku. Namun yang terpenting bukan materi tersebut, akan tetapi adalah pengalaman mentransfer ilmu kepada orang lain yang tidak akan didapatkan di bangku kuliah. Menjadi pengajar privat juga mendorong dirimu untuk sabar, ulet, pengertian, berpikiran terbuka dan menghargai waktu. Ini tidaklah mudah karena orang yang pandai belum tentu dapat membuat pandai orang lain jika tidak diiringi dengan kemampuan mengajar.

Belakangan ini, pengajar privat tidak hanya diperuntukkan pada pelajaran di sekolah, akan tetapi sudah meluas pada keterampilan. Misalnya pengajar piano, pengajar gitar, pengajar tari, pengajar vokal, dan masih banyak lagi. Ehmmm, lebih terbuka lebar bukan?

Pengajar Bimbel

Bimbingan Belajar atau yang lebih akrab disebut Bimbel berkembang pesat seiring dengan majunya taraf perekonomian masyarakat. Hampir di setiap kota kecamatan, kabupaten dan provinsi memiliki Bimbel dengan keunikannya masing-masing. Bimbel biasanya akan banyak dicari beberapa bulan sebelum Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Akhir Sekolah (UAS). Dan dua dekade terakhir, Bimbel juga semakin diminati untuk program persiapan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SNMPTN).

Rekrutmen pengajar Bimbel sedikit lebih ketat dibandingkan pengajar privat. Jika pengajar privat mengandalkan jejaring (dari mulut ke mulut). Setiap Bimbel biasanya sudah memiliki sistim rekruitmen yang lebih professional. Dapat dikatakan bahwa untuk menjadi pengajar Bimbel dibutuhkan perjuangan ekstra. Keahlian yang dicari tidak jauh berbeda dengan pengajar privat. Bimbel paling membutuhkan mahasiswa/pengajar yang menguasai ilmu eksakta (Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi) dan bahasa asing. Saat ini sudah terdapat ratusan bimbel berukuran kecil, sedang dan besar di seluruh pelosok tanah air. Sehingga dapat kamu coba untuk melamarnya menjadi pengajar. Namun jika kamu kreatif, kamu dapat mendirikan Bimbel sendiri bersama teman-teman.

Nah, apakah kamu tertarik untuk kuliah sembari mengajar? Apa salahnya dicoba. Toh, ini dapat mendorongmu untuk terus belajar dan berbagi. Mengamalkan ilmu dan pengetahuan kepada orang lain itu manfaatnya akan abadi selama orang yang kita ajar itu juga mengajarkannya kembali kepada orang lain. Ibarat air mengalir, buah manfaat akan berjalan sampai akhir menutup mata.

Categories:   Karir

Comments

error: Content is protected !!