Kampusgw.com

Menu

Yang Pertama Tak Pernah Tergantikan

“Yang terbaik dapat dikalahkan, namun yang pertama tak pernah tergantikan”

Itulah kalimat yang selalu dibanggakan oleh Rian Pri, S.Psi. Rian adalah alumni program studi Psikologi yang mencatatkan diri sebagai yang tercepat dalam sejarah berdirinya Universitas Paramadina. Ia hanya butuh waktu 2 tahun 10 bulan untuk lulus dalam jenjang sarjana. Rekor ini tidak hanya mengejutkan orangtuanya, para dosen pun mengacungkan jempol dan seluruh mahasiswa Paramadina pun seperti tidak percaya atas pencapaian itu. Pria yang lahir di Simalungun, Sumatera Utara pada 13 Januari 1990 itu menempuh kuliah di Universitas Paramadina melalui jalur Paramadina Fellowship 2008 dengan donor Aburizal Bakrie. Berikut adalah petikan wawancara dengan Rian Pri:

Penulis: Apakah Rian sudah menjadi anak aktif/bekerja keras sejak kecil?

Rian     : Tentu. Sejak SD saya memang sudah menyadari akan arti penting pendidikan. Bagi saya pendidikan adalah modal utama kesuksesan. Hal itu saya buktikan dengan menjadi juara kelas dan menjuarai berbagai lomba hingga memasuki SMP dan SMA. Tidak hanya itu, saya juga aktif ikut berbagai organisasi kesiswaan/kepemudaan yang mengasah kemampuan non-akademik.

Penulis: Kenapa kamu memutuskan bekerja sambil kuliah?

Rian     : Saya sadar, Jakarta adalah ibukota yang kejam. Harga barang dan jasa disini sangat melangit, sehingga uang saku yang saya dapatkan dari program Paramadina Fellowship tidak akan cukup. Sehingga saya memutuskan untuk mencari “uang saku” tambahan untuk menutupinya. Namun uang bukanlah segala-galanya, justru saya ingin mendulang pengalaman dari bekerja. Pun, kuliah adalah yang utama. Artinya, jika ada pekerjaan yang bentrok dengan waktu kuliah, maka saya akan lebih memilih kuliah.

Penulis: Dapatkah kamu menceritakan pengalaman bekerja sembari kuliah?

Rian     : Tentu. Saya pertama kali mencicipi dunia kerja secara professional dengan menjadi tenaga kerja paruh waktu di Museum Di Tengah Kebun yang terletak di kawasan ekspatriat, Kemang Jakarta Selatan. Pekerjaan ini sangat mengasyikkan karena waktu kerja menyesuaikan waktu kuliah, sehingga sama sekali tidak mengganggu. Yang lebih berkesan, saya selalu mau bekerja di akhir pekan. Di museum ini saya menjadi pemandu, terutama pengunjung dalam negeri. Museum yang sangat lengkap dengan koleksi dalam dan luar negeri ini seringkali menjadi rujukan pembelajaran Sejarah atau Budaya Indonesia bagi siswa-siswi SD, SMP maupun SMA.

Penulis: Di tengah kesibukan kuliah dan kerja, masih sempatkah Rian ikut organisasi?

Rian     : Tentu, karena dengan organisasi saya mempelajari arti kehidupan. Saya pernah menjabat sebagai pengurus/anggota Himpunan Mahasiswa Psikologi Paramadina selama dua periode, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Capoeira, UKM T-TA dan PMC (Paramadina Mandarin Club). Pada tahun 2010 saya bahkan menjadi anggota tim T-TA Goes to Poland dalam misi kebudayaan yang berhasil mendapatkan 2 penghargaan langsung dari Uni Eropa.

Penulis: Kamu menjadi lulusan tercepat dalam sejarah berdirinya Universitas Paramadina, lho kok bisa lulus 2 tahun 10 bulan?

Rian     : Ya, “nothing is impossible in the world”. Sedari awal masuk kuliah, saya memang sangat yakin bahwa masa studi tidak melebihi 3 tahun. Apalagi ada sistim Semester Pendek yang menjadi “jalan tol” untuk mengambil banyak SKS (Satuan Kredit Semester) dalam waktu singkat. Disini berlaku “semakin tinggi IP (Indeks Prestasi, maka semakin banyak pula mata kuliah yang dapat diambil”.

Penulis: Lulusan Tercepat, berarti kamu termasuk orang yang pintar?

Rian     : Bukan, saya bukan orang yang paling pintar dalam ranah akademik. Namun yang terpenting bagi saya adalah membangun jaringan, karena saya yakin bahwa jaringan akan sangat menentukan kesuksesan seseorang. Yang menentukan cepat atau tidaknya masa kuliah adalah diri sendiri, bukan orang lain. Sedari awal saya memang percaya prinsip “lebih cepat, lebih baik”. Apalagi, sesuai dengan “nasib” menjadi penerima Paramadina Fellowship, semakin kita cepat lulus maka semakin banyak dana yang kita sumbangkan untuk para penerima beasiswa selanjutnya. Jadi, menjadi yang tercepat bukan untuk kepentingan dan kepuasan pribadi, akan tetapi justru untuk memperbesar peluang siswa-siswi terbaik dari Sabang sampai Merauke untuk kuliah di Universitas Paramadina.

Penulis: Kamu lulus tercepat, IP kamu bagaimana?

Rian     : Lulus tercepat bukan berarti tidak mementingkan kualitas. Justru, saya semakin terpacu untuk memberikan yang terbaik. Alhamdulilah ya, saya mendapatkan IP 3,75. Dengan kata lain saya mendapatkan predikat Magna Cumlaude.

Penulis: Apakah cita-cita Rian?

Rian     : Menjadi psikolog professional setelah kuliah dan pengusaha sukses di masa depan. Saya memang memutuskan diri untuk bekerja dulu di Jakarta, karena disinilah jejaring saya berada. Di masa yang akan datang, saya ingin membangun daerah asal saya, kota Tebing Tinggi.

Penulis: Apa arti kesuksesan menurut Rian?

Rian     : Sukses adalah mampu memaknai hidup dengan baik. Sejatinya tiada masalah di dunia ini. Yang ada adalah kesalahan persepsi atau penilaian diri terhadap situasi dan kondisi.

Penulis: Apa saran Rian untuk dunia pendidikan, misalnya pendidik?

Rian     : Jangan pernah menyamakan kemampuan atau kecerdasan anak, karena setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Namun, seyogyanya pendidik memahami bahwa ada anak yang memiliki kecerdasan/kemampuan lebih, sehingga harus diakomodasi.  Jujur, saya termasuk orang yang setuju dan sepenuhnya mendukung program akselerasi di jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Penulis: Apa pesan Rian untuk teman-teman di bangku SMA/MA?

Rian     : Jangan pernah putus asa, tetaplah semangat. Karena keyakinan dan harapan tak akan pernah sirna jika kita mau berbuat.

Categories:   Karir

Comments

error: Content is protected !!