Kampusgw.com

Menu

Anak Yatim Pun Bisa Kuliah

Di tengah era globalisasi ini, pendidikan dan keterampilan merupakan modal mutlak untuk memenangkan ketatnya persaingan kerja. Pendidikan saja tidak cukup tanpa memiliki keterampilan yang memadai, begitu juga sebaliknya. Dalam konteks perguruan tinggi memang terdapat beberapa jurusan yang mengedepankan keterampilan atau praktek, salah satunya adalah perhotelan. Sebagai salah satu negara yang dianugerahi kekayaan alam dan budaya luar biasa, Indonesia membutuhkan para talenta muda untuk memajukan pariwisata nasional. Salah satu sosok yang jeli melihat peluang ini adalah Rhena, alumni BIHTI (Bandung International Hotel and tourism Institute) Jawa Barat. Anak yatim ini adalah memiliki jurus jitu untuk keluar dari rantai kemiskinan, tidak lain adalah kerja keras. Apa dan siapa Rhena? Berikut adalah petikan wawancara penulis dengan Rhena.

Siapa nama lengkap Anda?

Rhena Sopandi Rokhidiat. itu nama lengkap saya, dan rokhidiat adalah nama resmi keluarga saya.

Di mana dan kapan Anda dilahirkan?

Purwakarta Jawa Barat, 10 November 1989. Ibu dan ayah saya adalah orang Subang, namun saya lahir di Purwakarta karena saat itu ayah bertugas di sebuah pabrik pembuatan benang sintetis yang bertempat di Kabupaten Purwakarta.
Apakah kesulitan yang Anda hadapi ketika duduk di bangku SD?

Kebetulan saya adalah anak yatim.  Di saat saya duduk di kelas 6 SD, ayah meninggal dunia. Sehingga, dengan sendirinya tiada orang yang memenuhi kebutuhan keluarga secara finansial.
Prestasi apa yang Anda raih di jenjang SD?

Prestasi saya sudah nampak bukan dari sejak SD, namun dimulai saat TK (Taman Kanak-Kanak)  Purnama. Saat itu saya menjuarai lomba mewarnai tingkat kabupaten berlanjut di tingkat nasional, 4 piala saya borong. Acaranya berlangsung di Gedung Minyak Bumi dan Gas TMII Jakarta.  Ketika duduk di bangku SD saya selalu peringkat 1 dan aktif di kegiatan pramuka.

Prestasi apa yang Anda raih di tingkat SMP?

Setelah lulus SD, saya menuntut ilmu di sebuah SMP ternama/terfavorit di Purwakarta yaitu SMP 1 Purwakarta. Di SMP ini saya sibuk di Palang Merah Remaja (PMR) dan Organisasi Siswa dan Intra Sekolah (OSIS). Walaupun diberi amanah di bagian kerohanian, saya lebih aktif di bagian kesenian OSIS. Namun, kegiatan PMR sangat membuat hidup saya lebih berarti karena mengajarkan solidaritas untuk sesama dan saling tolong menolong.

Prestasi apa yang Anda raih di masa SMA?

Setelah lulus SMP, saya mendapatkan beasiswa penuh (mencakup biaya sekolah dan biaya hidup) dari provinsi Jawa Barat yang disalurkan melalui Yayasan Darmaloka. Tidak lain adalah SMAN I Cisarua Bandung. Program beasiswa ini mempertemukan saya dengan para putera terbaik dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat.

Selama di SMA, saya aktif menjadi anggota unit kegiatan drama/teatrikal, puisi, pencak silat, kegiatan keagamaan, KIR (Karya Ilmiah Remaja) dan Paskibraka. Saya bersama teman-teman seperjuangan pernah menjuarai lomba drama berbahasa Inggris se-Jawa Barat yang diadakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Sudikah Anda menceritakan suka duka kuliah?

Tentu bersedia. Mengingat biaya kuliah sangat mahal, pada saat itu saya mulai memikirkan untuk bagaimana mendapatkan beasiswa melanjutkan ke universitas. Berbagai macam cara saya lakukan, mulai dari panggilan beasiswa S1 Prasetya Mulya, beasiswa pemerintah Singapura, beasiswa pemerintah Jepang, beasiswa Bakrie Management School (sekarang Universitas Bakrie.

Pada saat itu saya berhasil mendapatkan beasiswa Kementerian Perindustrian dengan jurusan Kewirausahaan. Namun beasiswa itu tidak saya ambil. Akhirnya saya kuliah di salah satu sekolah kejuruan bidang perhotelan, yaitu BIHTI (Bandung International Hotel and tourism Institute). Pada saat itu saya memutuskan untuk cepat-cepat besekolah agar tidak terserang penyakit “malas”. Lagi pula saya berfikir dunia pariwisata itu sangat menjanjikan dan terkadang pula tren pengangguran saat itu masih tinggi, persaingan dunia kerja sangat keras.

Saat berkuliah di BIHTI saya lolos mendapatkan On The JoB training (praktik kerja) ke Malaysia. Selama 6 bulan saya menjalani praktek di Kuala lumppur. Sepulang dari Malaysia, saat itu keluarga saya sedang tersangkut banyak masalah, terutama finansial keluarga mulai terkuras guna mengurus kakak yang tersangkut masalah kriminal. Pada saat itu saya memutuskan untuk mengalah, padahal saat itu saya mendapatkan panggilan kedua untuk praktik kerja ke hotel bergengsi lainnya di Malaysia. Semuanya sirna, namun cita-cita saya tidak sirna dan padam begitu saja. Saya bukan orang idealis namun realis. Tren keadaan serta pengalaman hidup menjadi bekal saat mengarungi kehidupan nyata ini.

Siapakah tokoh idola Anda?

Tokoh idola saya ada 2, yaitu: mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad dan adalah Sri Mulyani. Saya kagum dengan Mahathir Mohammad karena berhasil membangun perekonomian Malaysia dan saya kagum dengan Sri Mulyani karena menjadi salah satu menteri keuangan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Apa prinsip hidup Anda?

PRinsip hidup saya sangat sederhana, rahmatan lil’alamin,di mana saya menginjakkan kaki semoga selalu berarti dan bermanfaat bagi sesame.

Pernahkah Anda mengikuti kompetisi? Apa manfaatnya?

Tentu saja pernah. Kompetisi yang pernah saya ikuti mulai dari tingkat RT/RW, kabupaten, provinsi dan nasional. Motivasi mengikuti kompetisi tentunya untuk menjadiyang terbaik. Namun harus diingat, menjadi yang terbaik itu tidak harus nomor satu, akan tetapi mampu dikagumi oleh orang banyak.
Apa tips dan trik mendapatkan beasiswa?

Menurut pengalaman saya, berikut adalah tips dan trik mendapatkan beasiswa:

  1. Rajin-rajinlah mencari informasi melalui internet, optimalkan “Google”;
  2. Tingkatkan kemampuan bahasa Inggrismu, TOEFL/IELTS;
  3. Tingkatkan kemampuan Matematika, bahasa Indonesia dan pengetahuan umummu;
  4. Tingkatkan kemampuan menulis esai dan teknik wawancara beasiswa;
  5. Usahakan menguasai alat atau kesenian daerah;
  6. Berdoa kepada Tuhan, pasrahkanlah dirimu kepada-Nya.

Pernahkan Anda bekerja paruh waktu?

Tentu saja pernah. Bekerja di manapun pasti capek. Tapi itulah fitrahnya hidup, Tuhan tidak akan memberi rezeki secara tiba-tiba. Semuanya membutuhkan proses perjuangan dan waktu.
Apa cita-cita Anda?

Cita-cita saya adalah menjadi menteri pariwisata, pemilik hotel dan butik.

Apa alasan Anda memilih jurusan perhotelan di perkuliahan?

Saya memilih jurusan ini karena optimis bahwa jasa pariwisata dibutuhkan oleh setiap orang, baik masyarakat kecil, menengah maupun elit. Nah, tugas kita adalah memikirkan bagaimana agar masyarakat menegah ke bawah memiliki keterjangkauan akan konsumsi pariwisata serta untuk melindungi pasar masyarakat elit agar mau erwisata dan mengeluarkan uangnya untuk pariwisata domestik. Potensi pariwisata Indonesia sungguh besar dan menjanjikan. Ingat, indikator kemajuan pariwisata suatu negara adalah bidang pariwisata, lihatlah kemajuan Singapura, Qatar, Taiwan, Uni Emirat Arab, atau Hongkong.

Apa arti kesuksesan menurut Anda?

Kesuksesan adalah bagaimana kita mampu membuat orang lain sukses dan dalam tulisan ini saya bangga untuk mengucapkan ” mari kita sukses bersama”.

Apa karakter yang harus dimiliki oleh anak bangsa agar mampu meraih kesuksesan?

Karakter yang harus dimiliki adalah keramahtamahan. Hal ini penting sebagai jati diri bangsa Indoenesia, terutama di mata internasional. Selanjutnya berturut-turut adalah optimis, mandiri serta malu menjadi orang yang tertinggal.

Apa pesan-pesan Anda untuk anak-anak Indonesia yang kurang mampu secara ekonomi namun memiliki semangat untuk kuliah?

Pesan saya adalah bahwa selama kita mau berusaha dan berusaha, maka jalan akan selalu terbuka. Hidup itu terkadang seperti menyetir mobil, terkadang lurus, dan terkadang berliku-liku. Tuhan tidak akan mengubah nasib umatnya selama tidak berusaha sendiri. Kuliah itu sangat penting untuk meniti karir di masa depan sesuai impian kita semua.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!