Kampusgw.com

Menu

Yuk Kenali Cofounder Kampusgw.com! Asnan Furinto: Sukses Menekuni 4 Profesi   

           Nama Asnan Furinto sudah tidak asing lagi di kalangan akademisi tanah air. Khususnya pada program studi Manajemen. Pasalnya, pria berkacamata ini sehari-hari aktif sebagai pengajar di Universitas Bina Nusantara Jakarta.

Nama Asnan Furinto pun sangat populer di kalangan praktisi. Pasalnya, ia aktif menuangkan pemikirannya di beberapa media seperti majalah SWA, MARKETING, dan KONTAN. Di luar itu, ia kerap diundang sebagai narasumber di beberapa portal daring.

Tidak hanya itu, Asnan Furinto tidak kalah harum di dunia literasi. Karena ia telah menelurkan beberapa buku. Yang lebih mencengangkan lagi, ia tidak jarang menjadi fasilitator pada beberapa topik pelatihan seperti strategi inovasi, strategi pemasaran, riset pasar, dan rancangan strategi.

Singkat kata, Asnan Furinto bisa dikatakan sukses di empat profesi yaitu dosen, konsultan, penulis, dan fasilitator. Nah, menginspirasi sekali bukan?

Kali ini Kampusgw.com berkesempatan mewawancarai Asnan Furinto untuk berbagi inspirasi kepada teman-teman mahasiswa dan pemuda. Khususnya yang ingin menjadi dosen.

Penasaran kan? Siapa sosok Asnan Furinto sebenarnya? Apa yang membuatnya begitu inspiratif? Dan mengapa teman-teman harus banyak belajar dari beliau? Simak nukilan wawancara berikut.

 

 

Siapa nama lengkap Bapak?

Asnan Furinto.

Apa kesibukan Bapak sehari-hari?

Profesi saya adalah kombinasi dari 4 profesi yaitu dosen, konsultan, penulis, dan fasilitator pelatihan. Sebagai dosen, homebase saya adalah di Program Studi DRM (Doctor of Research in Management), Universitas Bina Nusantara. Sebagai konsultan, saya biasanya terikat dalam kontrak selama beberapa bulan dengan perusahaan/instansi pemerintah/LSM untuk membantu mereka melakukan analisis dan pencarian alternatif solusi. Sebagai penulis, saya ada kolom tetap di majalah MARKETING, dan kerap menjadi narasumber dari rekan-rekan di SWA, KONTAN dan beberapa portal berita daring. Sebagai fasilitator, topik pelatihan yang saya bawakan adalah di seputar bidang Rancangan Strategi, Strategi Pemasaran, Strategi Inovasi, dan Riset Pasar.

Bisa diceritakan latar belakang pendidikan Bapak?

Saya menyelesaikan S1 di bidang Teknik, dari ITB (Institut Teknologi Bandung), kemudian S2 saya di Administrasi Bisnis (MBA) dari Monash University, Australia, dan S3 di bidang Manajemen dari UI (Universitas Indonesia).

Apakah sejak kecil Bapak bercita-cita sebagai pengajar?

Sebenarnya saya tidak bercita-cita menjadi pengajar. Waktu kecil saya ingin sekali menjadi detektif di kepolisian, yang tugasnya mengumpulkan data-data dan informasi mengenai sebuah kasus kejahatan misterius. Tetapi jalan hidup mengatakan lain, sehingga saya menjadi berprofesi sebagai pekerja pengetahuan seperti sekarang ini. Saya lebih senang menyebut profesi seperti yang saya jalani sekarang sebagai pekerja pengetahuan (knowledge workers), di mana pengajar atau dosen adalah salah satu bagian dari keprofesian tersebut.

Apakah Bapak pernah menekuni profesi lain sebelum menjadi dosen?

Ya saya adalah praktisi, profesional di industri sebelum banting setir menjadi pekerja pengetahuan. Saya memulai karier sebagai insinyur produksi di sebuah pabrik manufaktur PMA pembuat mata bor sebelum meneruskan studi S2. Saat bekerja di bidang teknik inilah saya menyadari bahwa saya lebih tertarik dalam menyusun strategi bisnis dan pemasaran untuk perusahaan dibandingkan menyusun programming mesin CNC untuk membuat cetakan mata bor. Karena itulah saya mengambil studi MBA agar lebih dapat mendalami aspek manajemen dan bisnis dari perusahaan.

Selesai dengan studi S2, saya bekerja di perusahaan jasa maritim regional (cakupan Indonesia dan ASEAN, sampai ke India) dan ditempatkan di kantor Singapura selama sekitar 4 tahun. Di sinilah saya mendapatkan pengalaman berharga bagaimana bekerja dengan speed yang cepat, efisien, dan bagaimana bekerja dalam lingkungan yang multikultural. Setelah kembali ke Jakarta dan bekerja selama 2 tahun sebagai Country GM untuk perusahaan asing, saya mulai “bosan” karena tidak ada ilmu baru yang saya pelajari, lebih banyak pada menjaga hubungan dan melakukan lobi. Saya memutuskan untuk berhenti bekerja di industri dan memutuskan banting setir ke dunia akademis untuk menjadi dosen.

Sebenarnya, apa panggilan hidup Bapak?

Saya selalu tertarik mengikuti perkembangan IPTEK dan bagaimana dapat membantu manusia menjadi hidup lebih baik dan di saat yang sama dapat memberikan implikasi yang juga berbahaya bagi manusia jika tidak dikelola dengan bijak. Nah saya ingin selalu bekerja dan berkarya di area di mana manfaat  IPTEK dimaksimalkan dan dampak negatif diminimalkan. Inilah esensi dari inovasi Karena itulah di dalam materi kuliah, tulisan, konsultasi, dan pelatihan yang saya bawakan, selalu saya sisipkan konten terkait perkembangan IPTEK, peluang inovasi, termasuk risiko-risiko yang timbul dari penerapan teknologi tersebut. Saya ingin selalu menjadi bagian dari kemutakhiran pengetahuan mengenai IPTEK tanpa berarti harus menjadi pakar dari konten teknologi tersebut.

Jika boleh tahu, apa misi hidup Bapak?

Menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak melalui ilmu yang berguna bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Mungkin ada orang lain yang merasa bermanfaat hanya dengan akumulasi kekuasaan atau kekayaan, silakan saja. Bagi saya, bermanfaat adalah berbagi ilmu yang dapat membawa perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih baik.

Apa suka duka Bapak sebagai dosen?

Sukanya adalah selalu mendapat kesempatan, forum (paling tidak di depan kelas) untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Otomatis kita harus juga updated dengan perkembangan bahan yang kita akan sampaikan, karena mahasiswa tidak mau hanya mendengarkan materi yang kuno, tidak kekinian. Dukanya adalah ketika mahasiswa menganggap proses belajar adalah hanya untuk cari nilai, atau untuk menghabiskan waktu, atau untuk prestise. Ada cara atau jalan pintas yang lebih cepat dan murah, untuk mendapatkan nilai dan mencari prestise, dan saya sayangnya tidak bisa menjadi bagian dari jalan pintas tsb, silakan cari di tempat lain atau dengan orang lain.

Apa pengalaman paling mengesankan sejauh ini sebagai dosen?

Yang mengesankan adalah karena saya banyak mengajar di program pascasarjana, jadi saya banyak bertemu dengan para praktisi senior yang juga passionnya tinggi terhadap pendidikan. Jadi saya seperti melihat diri saya sewaktu 20 tahun yang lalu, dan senang melihat para eksekutif perusahaan yang haus ilmu karena mereka inilah penggerak inovasi yang sebenarnya di tempat kerjanya.

Apa saja kesibukan Bapak selain Tri Dharma Perguruan Tinggi? Apakah Bapak berkecimpung di bidang lain?

Ya seperti saya sampaikan sebelumnya, saya juga aktif menjadi konsultan utk beberapa organisasi baik profit, non profit maupun untuk K/L Pemerintah. Saya juga rutin menulis, publikasi, dan membuat pelatihan. Semua kegiatan saya tsb pada dasarnya mengandalkan ilmu manajemen dan aplikasi pengetahuan serta inovasi.

Di luar sana ada asumsi yang mengatakan bahwa sangat dianjurkan bagi anak muda yang bermimpi menjadi dosen untuk langsung melanjutkan S2 dan S3 tanpa jeda setelah tamat S1. Bagaimana tanggapan Bapak?

Tergantung peluang yang ada dan tergantung bidangnya. Kalau pascasarjana di bidang ilmu-ilmu terapan seperti manajemen, hukum, teknologi, komunikasi dll, memang lebih baik untuk bekerja dulu selama beberapa tahun sebelum mengambil studi S2 dan S3, supaya ada exposure rill di lapangan. Karena praktik-praktik di lapangan bisa jadi tidak seindah yang ada di buku-buku teks. Kalau bidang ilmunya sangat basic science, seperti fisika, matematika, filsafat, mungkin OK saja kalau langsung lanjut mengambil pascasarjana, agar bisa menjadi scholar andal yang paham sekali dengan ilmunya dan bisa menjadi pengajar yang inspiratif.

Tergantung juga dengan kondisi dan peluang yang muncul seperti saya dulu mengambil S2 karena kebetulan sedang krisis ekonomi tahun 1998.  Jadi, daripada “bengong” karena menjadi korban PHK, lebih baik mengambil S2. Saya mengambil S3 juga di saat di mana anak-anak saya masih balita, belum bersekolah, jadi sumber daya bisa saya pakai duluan untuk saya meneruskan studi. Saat ini tentunya fokus sumber daya saya adalah untuk sekolah anak, jadi live event dan alokasi sumber daya juga menentukan kapan sebaiknya mengambil studi pascasarjana.

Dengan melihat usia Bapak sekarang ini, Anda telah mengantongi berbagai prestasi yang membanggakan. Sebenarnya berapa jam rata-rata Anda istirahat (tidur) setiap harinya?

Di usia saya yang masih muda ini J, saya selalu mengusahakan waktu tidur yang cukup. Sleep is the best medicine. Jangan pernah mengorbankan waktu tidur kecuali untuk urusan yang urgent, dan tentunya urusan mendesak ini muncul hanya sekali-sekali. Saya tidur paling sedikit 5 jam sehari, seringnya lebih dari 5 jam. Dengan tidur yang berkualitas, produktivitas akan terjaga dan yang lebih penting, kesehatan kita juga jadi prima.

Apa kegiatan Anda di waktu luang?

Saya senang menonton film-film lama (klasik) yang sudah pernah saya tonton sebelumnya saat saya kecil/remaja.

Saya juga senang mendengarkan musik era 90an dan bernyanyi serta bermain musik bersama anak-anak saya. Jadi kalau pekerjaan saya lebih banyak mengharuskan saya untuk melihat ke masa depan, maka hobi saya lebih banyak membawa saya ke masa lalu. Jadi seimbang kan J

Kalau boleh tahu, apa sebenarnya passion Bapak?

Saya ingin menjadi penyambung antara praktisi dengan akademisi. Antara riset dengan aplikasi, antara perguruan tinggi dengan perusahaan. Di Indonesia banyak sekali diskusi yang tidak “nyambung” alias ada gap antara hal-hal tsb di atas. Jadi, saya menempatkan diri sebagai jembatan yang menghubungkannya.

Banyak yang mengatakan bahwa menjadi dosen itu tidak bisa kaya, tapi bisa dikatakan cukup. Bagaimana menurut Bapak?

Ya kondisi di Indonesia seperti itu. Tapi ini kondisi yang harus berubah secara bertahap. Gaji dosen harus juga kompetitif, harus sejajar dengan para pekerja profesional di industri. Dosen yang mumpuni harusnya juga mampu menulis, melakukan riset dan publikasi, menjadi konsultan dan narasumber bagi banyak pihak, sehingga dosen tidak hanya mengandalkan gaji.

Menurut Bapak, apa saja permasalahan paling mendasar di dunia pendidikan tinggi Indonesia?

  • Penghargaan bagi pengajar masih minim, tidak ada apresiasi yang signifikan
  • Kualitas peserta didik yang semakin parah (sistemik, dimulai dari jenjang SMA)
  • Infrastruktur yang minim, terkait lab dan sarana multimedia pengajaran
  • Terlalu berkiblat pada publikasi internasional berindeks tertentu, seakan-akan dosen yang tidak memproduksi papers yang terindeks standard tsb, maka dosen tsb “tidak bernilai”.

Apa karakter yang harus dimiliki oleh seorang dosen?

Jujur, mampu mengelola waktu dan sumber daya yang terbatas, rajin memperbarui pengetahuan, senang menulis dan berbagi, kemampuan komunikasi, dan public speaking.

Apa arti kesuksesan bagi Bapak sebagai seorang dosen?

Jika muridnya berhasil menjadi manusia yang lebih baik setelah selesai proses formal belajarnya dan murid tersebut membina hubungan baik terus dengan almamaternya setelah lulus.

Apa arti kebahagiaan di mata Bapak sebagai seorang dosen?

Bahagia adalah pilihan dan mindset. Orang bijak mengatakan bahwa hidup ini 10% adalah tentang apa yang terjadi pada kita, dan 90% adalah tentang bagaimana kita merespon dan bersikap terhadap hal-hal yang terjadi dalam hidup kita. Jadi kebahagiaan bergantung dari cara kita menanggapi hidup. Asal keluarga sehat, makan minum cukup berkualitas, tempat tinggal aman dan nyaman, anak-anak bisa bersekolah di sekolah yang baik, secara periodik bisa berlibur ke tempat wisata, itu sudah jadi alasan yang sangat banyak untuk menjadi bahagia.

Apa pesan-pesan Bapak bagi para mahasiswa yang ingin menjadi dosen?

Bekerjalah sebaik mungkin setelah lulus, timba pengalaman, kemudian lanjutkan studi pascarjana. Jika setelah selesai studi ada passion untuk berbagi pengalaman dan ilmu kepada generasi muda, mulailah menjadi dosen tamu, tidak harus banting setir total menjadi dosen. Jika setelah beberapa kali menjadi dosen tamu dan merasa senang dan ada panggilan dari dalam diri, maka baru putuskan untuk menjadi dosen. Jadi jangan jadi dosen karena “kepepet”, karena terpaksa.

Apa pesan-pesan Bapak bagi mahasiswa jaman now? 

Dari awal adanya bumi, sampai sekarang, satu hari ya terdiri dari 24 jam. Manfaatkanlah waktu dengan baik. Time is the most precious resource, menurut Steve Jobs, dan di agama Islam yang saya anut, pemanfaatan waktu adalah penentu apakah seseorang itu beruntung atau rugi. Jadi seimbangkanlah waktu yang digunakan untuk belajar, untuk bermain, untuk bersosialisasi, untuk berolahraga, untuk beribadah dan kegiatan lainnya agar hidup kita seimbang dan akan menjadi teroptimalkan penggunaannya.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!