Kampusgw.com

Menu

Bisa Kuliah Berkat Menari

“Lakukan apa yang Anda sukai dan sukailah apa yang Anda lakukan”. Kalimat ini seringkali menjadi ‘mantra sakti’ yang memotivasi siapa saja untuk melakukan yang terbaik.

Memang, menurut banyak orang yang ditunjang oleh berbagai penelitian sebelumnya, sebagian besar karya terbaik dunia lahir dari orang-orang yang mengerjakan dengan antusias tinggi, berlandaskan hasrat atau memenuhi panggilan hati. Sebut saja Steve Jobs dengan Apple, JK. Rowling dengan Harry Potter, maupun Agnes Monica dengan musiknya. Berkaca dari hal itu, pelajaran yang dapat dibagi di sini adalah bagaimana setiap individu mengenali dan mendayagunakan hobi untuk mendukung perkuliahan dan pekerjaan.

Sosok yang Kampusgw angkat pada kesempatan kali ini adalah Farah Aini, mahasiswi tingkat akhir jurusan Desain Produk Industri Universitas Paramadina Jakarta.

Dari TK Sampai SMA

Farah – sebutan akrabnya – dilahirkan di kota Jember Jawa Timur pada 15 November 1989. Sebagaimana anak pada umumnya, Farah mulai aktif belajar sejak di Taman Kanak-Kanak dengan segudang aktivitasnya mulai dari menggambar, melukis, menari dan peragaan busana. Karena sang ibu adalah penari, Farah mulai berlatih menari secara intensif sejak duduk di SDN Jember Lor 1 di samping mengikuti les bahasa Inggris. Memasuki SMPN 2 Jember, keaktifan Farah dalam kegiatan ekstrakurikuler semakin menjadi-jadi. Ia tercatat mengikuti pramuka, palang merah remaja, dan klub tari sekaligus yang diwarnai dengan memenangkan berbagai perlombaan. Soal prestasi, Farah Aini selalu menyabet peringkat tiga besar di masa ini.

Farah melanjutkan belajar di SMAN 1 Jember jurusan Ilmu Pengetahuan Alam. Di jenjang ini ia mulai menekuni pencak silat sembari tetap mengembangkan kemampuan menari. Ia juga sempat belajar berbisnis walaupun akhirnya belum berhasil. Karena luar biasanya keaktifan Farah di ekstrakurikuler membuat hampir semua civitas sekolah mengenalnya.

Melanjutkan kuliah adalah salah satu mimpi Farah sejak kecil. Walaupun demikian, mimpi tersebut tidak semudah yang dibayangkan untuk mencapainya. Hal tersebut tidaklah mengherankan mengingat kemampuan ekonomi orang tua Farah yang pas-pasan. Berkat uang tabungan yang dikumpulkannya, ia juga sempat mendaftar kuliah di beberapa perguruan tinggi favorit seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Brawijaya, dan Universitas Jember walaupun pada akhirnya harus ‘gigit jari.’ Beruntung, Farah dinyatakan lolos mendapatkan beasiswa penuh dari program Paramadina Fellowship yang dibesut Universitas Paramadina Jakarta.

Berkat Hobi Menari

Kenyamanan tinggal di kota sekecil Jember membuat Farah harus berjuang ekstra untuk beradaptasi di lingkungan megapolitan Jakarta – jendela Republik Indonesia. Di awal-awal kuliah, ia sempat pusing karena macet dan sempat diledek segelintir temannya karena dianggap ‘kurang gaul’ dan ‘kampungan’. Walaupun menghadapi tantangan yang bertubi-tubi, semangat Farah untuk sukses tidaklah meluntur. Ia pun mengembangkan hobi dan minat – menari yang menjadi salah satu ‘kunci’ keberhasilannya dalam memenangkan program beasiswa tersebut – dengan mendirikan unit kegiatan mahasiswa bernama T-TA.

Di awal-awal merintis organisasi ini, tidaklah mudah untuk meyakinkan kepada mahasiswa lainnya. Ia bahkan sempat diremehkan oleh beberapa pihak. Berkat ketekunan dan semangat juang yang tinggi ia berhasil memimpin organisasi tangguh yang mengantarkannya mengikuti berbagai perlombaan dan pertunjukan di dalam dan luar negeri. Belum genap setahun T-TA berdiri, Farah dan teman-temannya berhasil membawa nama bangsa Indonesia karena memboyong dua penghargaan sekaligus dalam suatu festival seni/tari di Polandia. Mereka juga berpartisipasi dalam program yang tidak jauh berbeda di Uni Emirat Arab, Perancis dan seterusnya. Berkat keberhasilan T-TA, Farah menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa di kampusnya untuk berprestasi. Ini terbukti dengan semakin banyaknya unit kegiatan mahasiswa ataupun komunitas yang bermunculan sesuasi hobi atau minat.

Rupanya menari menjadi ‘senjata ampuh’ Farah untuk beraktualisasi diri dan berprestasi. Karena bakat menari ia mendapatkan beasiswa. Berkat menari ia berhasil membawa nama harum Indonesia. Berkat menari ia mampu memotivasi dan menginspirasi banyak mahasiswa. Berkat menari pula ia bisa mengumpulkan pundi-pundi Rupiah. Di luar pengalamannya bekerja paruh waktu di suatu museum dan tugas magang yang diwajibkan kampus, Farah tercatat bekerja di beberapa tempat karena keterampilannya menari. Ia didapuk menjadi instruktur penari di SD Angkasa Halim dan SD Smart School. Ia juga sering diundang menari dalam berbagai pentas lokal dan nasional. Bisa dikatakan, menari sudah menjadi ‘panggilan hati’ seorang Farah Aini.

Farah berhasil lulus dari Universitas Paramadina dengan masa studi 4 tahun 7 bulan. Ia dengan yakin menekuni di bidang seni yang telah membesarkan namanya ini. “Saya begitu menikmati menari karena saya lakukan dengan senang hati tanpa keterpaksaan.” Tukasnya. Dalam berprestasi ia berprinsip untuk bisa bermanfaat untuk banyak orang, tidak takut gagal dan terus berusaha dari waktu ke waktu. Untuk teman-teman yang ingin kuliah tapi tidak memilki biaya – khususnya pembaca Kampusgw, ia memiliki sedikit pesan yang mendalam. “Jangan takut karena masalah biaya karena begitu banyak beasiswa dan program bantuan lainnya. Jika ada kemauan dan mimpi pastilah ada jalan. Jangan bosan untuk terus mencari informasi. “ Pesan Farah.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!