Kampusgw.com

Menu

Freelancer Gratisan

Nayyla Avisha Kaoy merupakan salah satu penerima Paramadina Fellowship.

Nayyla Avisha Kaoy merupakan salah satu penerima Paramadina Fellowship.

Saya Nayyla Avisha Kaoy, lahir di Sukabumi 22 tahun yang lalu. Saya anak tunggal dari Mama yang asli dari Sukabumi dan almarhum Papa dari Aceh. Papa saya meninggal pada Februari 2010 saat saya masih duduk di bangku kelas 3 SMA dan tengah dalam persiapan satu bulan sebelum Ujian Nasional. Banyak orang bilang bahwa anak tunggal itu dimanja, hidupnya enak, dan sebagainya. Tapi alhamdulillah mama mendidik saya tidak dengan manja yang berlebihan tetapi penuh dengan kedisiplinan.

Masa sekolah saya memang cukup semarak dengan prestasi yang saya dapatkan. Itu semua berkat mama yang selalu menantang saya dan saya selalu merasa tertantang tentunya. Saat saya memasuki kelas 3 SMA, saya mencoba untuk menantang diri saya sendiri lebih besar lagi dari sebelumnya untuk mendapatkan beasiswa S1. Tantangan ini diikuti dengan move saya yang sama sekali tidak mendaftar ke universitas manapun dengan program reguler. Semua pendaftaran yang saya kirim melalui jalur beasiswa. Alhamdulillah saya lolos beberapa program beasiswa seperti Sampoerna School of Business, Universitas Bakrie, Universitas President, Universitas Trisakti, dan Universitas Paramadina. Pertimbangan demi pertimbangan menggugurkan satu per satu beasiswa yang saya dapatkan. Hasilnya adalah Paramadina yang menjadi juaranya.

Paramadina Fellowship 2010

Paramadina Fellowship adalah salah satu program beasiswa yang digagas oleh Universitas Paramadina dengan memberikan beasiswa penuh untuk penerimanya. Bentuk beasiwa ini antara lain tuition fees, tempat tinggal, sampai uang bulanan. Nilai plus lainnya adalah saya dapat bertemu dengan fellow lain yang berasal dari Sabang sampai Merauke. Ini mengajarkan saya mengenai keberagaman suku, adat, dan budaya karena kami tinggal bersama-sama selama 4 tahun lamanya sampai studi S1 kami selesai.

Sistem pendanaan dari beasiswa ini adalah tim dari Paramadina Fellowship mencarikan donor untuk semua fellow dan donor akan memilih anak fellow-nya dari hasil tes kami yang sudah dipersiapkan oleh tim. Dengan sujud syukur, saya mendapatkan donor Rajawali Foundation yang memberikan fund penuh selama saya studi. Ini menjadi sebuah kebanggaan dan sumber motivasi bagi saya untuk menyelesaikan studi dengan sebaik-baiknya.

Hal yang menjadikan saya semangat untuk masuk kampus ini adalah karena sosok Bapak Anies Baswedan yang menjadi idola saya sedari SMA. Sosok beliau yang cerdas, vokal, transparan, dan sederhana menarik saya begitu dalam untuk belajar di kampusnya. Dibuktikan saat saya menjadi mahasiswa di sana, Pak Anies rajin sekali menyapa saat berpapasan dan tidak bosan menanyakan bagaimana kabar selama perkuliahan. Tak jarang saya pun sering curhat mengenai perkuliahan atau hal lain dengan Pak Anies. Betapa saya bangganya sekarang melihat Bapak Rektor menjadi salah satu bagian dari Kabinet Kerja “Jokowi-JK”.

Di Universitas Paramadina, saya mengambil jurusan Manajemen dengan konsentrasi Keuangan. Jujur, sebelumnya saya adalah orang yang agak kesulitan dengan angka-angka. Tetapi, saya bertekad untuk belajar hal yang tidak saya kuasai dan menjadi lebih baik di bidang tersebut. Alhasil konsentrasi keuangan menjadikan saya lebih teliti dan terstruktur lagi. Jadi, jangan takut untuk memilih hal yang kita tidak ketahui karena kadang kita harus memilih sesuatu bukan karena kita sukai atau ketahui tetapi kita harus memilih karena kita perlu atau butuhkan untuk kedepannya. At least sekarang saya jadi sedikit mengerti cara membaca laporan keuangan dan menganalisanya. Kalau sudah di posisi Top Management nanti saya tidak akan dikelabui oleh staf saya.

Rajawali Foundation

Rajawali Foundation adalah foundation yang masih menjadi bagian dari Rajawali Corpora, didirikan oleh Bapak Peter Sondakh yaitu pemilik dari Rajawali Corpora. Rajawali Foundation menjadi pihak pengelola dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari Rajawali Corpora yang banyak peduli di beragam bidang, termasuk pendidikan. Rajawali Corpora sendiri adalah holding company yang memiliki beberapa business unit antara lain dalam bidang transportasi, agribisnis, properti, tambang, televisi, dan lain-lain. Produk Rajawali Corpora yang cukup familiar di masyarakat antara lain seperti Express Taxi, Four Seasons Hotel, St. Regis, Rajawali TV (RTV), dan masih banyak lagi.

Saya merasa menjadi fellow yang paling beruntung karena Rajawali Foundation adalah donor yang sangat peduli dan sayang terhadap anak-anak fellow-nya. Saya diperlakukan seperti anak sendiri dan selalu dilibatkan di berbagai acara. Saya menemukan keluarga yang nyata di kota perantauan dan memberikan semangat untuk memberikan yang terbaik.

Pengalaman selama saya menjadi fellow dari Rajawali Foundation antara lain selalu diberikan kesempatan magang selama libur kuliah. Tiga tahun berturut-turut saya mendapatkan pengalaman kerja real selama tiga bulan dan ditempatkan di posisi berbeda di setiap tahunnya. Tahun 2011 diberikan kesempatan menjadi General Affairs Staff, tahun 2012 sebagai Finance and Accounting Staff, dan tahun 2013 sebagai Program and Research Staff. Pengalaman tiga tahun tersebut memberikan saya banyak pelajaran berharga seputar bekerja real kantoran. Tahun terakhir saya tidak mengambil kesempatan magang karena saya fokus kepada skripsi yang tidak bisa diduakan oleh kerjaan.

Di samping itu, selama 4 tahun di Rajawali Foundation banyak sekali event yang selalu melibatkan anak fellow-nya. Saya dilatih public speaking di setiap event-nya karena banyak dari acara yang dibuat selalu menempatkan saya di posisi Master of Ceremony (MC). Awalnya banyak sekali kurangnya. Akan tetapi dari hari ke hari makin terlatih keterampilan public speaking tersebut. Rajawali memberikan saya kepercayaan penuh dan menjadikan saya terus ingin belajar. Sampai akhirnya MC menjadi pekerjaan sampingan. Saya pernah menjadi MC pernikahan, acara yang diselenggarakan oleh universitas seperti Harvard dan Northwestern University, acara UNICEF dan United Nation (UN), kementerian, dan event-event perusahaan swasta. Ini berkat Rajawali yang memberikan saya kesempatan belajar.

Non-Money Oriented Freelancer

Namaya juga mahasiswa. Awal bulan hura-hura, akhir bulan suffering. Begitulah hidupnya mahasiswa. Oleh karena itu, banyak mahasiswa yang mempunyai kerja sampingan, tak terkecuali saya. Di samping menjadi mahasiswa, saya juga menjadi freelancer sebagai usher, liaison officer, executive secretary for delegates, personal assisant, MC, event organizer staff¸dan lain sebagainya. Syaratnya yang penting halal dan menyenangkan. Dari pekerjaan sampingan saya mendapatkan banyak sekali pengalaman yang menarik.

Misalnya, pada saat saya menjadi MC untuk acara Gala Dinner Transformation Program for Municipalities, Mayor, and Head of Development Agency (Bappeda) bersama Harvard University Kennedy School of Public Policy dan Kementerian Dalam Negeri; saya membuat sebuah kesalahan yang cukup fatal. Acara tersebut bertujuan untuk melepas bupati, walikota, dan kepala Bappeda yang terpilih untuk belajar beberapa bulan di Harvard mengenai public policy. Salah satu tamu VIP saat itu adalah Bapak Gamawan Fauzi yang masih menjabat menjadi Menteri Dalam Negeri. Saat beliau akan memberikan keynote speech-nya, saya dua kali salah menyebut namanya. Seharusnya saya mengatakan Bapak Gamawan Fauzi tetapi saya malah mengucapkan Bapak Gumawan Fauzi sebanyak dua kali. Sampai Bapak Gamawan sudah berada di podium saya baru menyebutkan nama beliau dengan benar dan beliau pun membuat joke mengenai saya yang salah menyebutkan namanya di depan podium sebagai pembukaan speech-nya. Sebagai MC saya malu sekali dan merasa gagal tapi the show must go on. Yang saya lakukan hanya tetap senyum dan membiarkannya seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Tetapi ini pengalaman menarik sekali dan tidak akan saya lupakan.

Pengalaman selanjutnya adalah saat saya menjadi executive secretary untuk delegates dari United Arab Emirates (UAE) dalam acara Multilateral Coordination Meeting for Indonesian Workers bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Inti dari acara tersebut adalah penandatanganan semua delegasi dari semua negara atas MoU yang telah dibuat pihak Indonesia dalam menjamin TKI yang bekerja di negara mereka masing-masing. MoU tersebut dibuat atas persetujuan Bapak Muhaimin Iskandar sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada saat itu. Semua negara menandatangani MoU yang telah dibuat tetapi hanya UAE saja yang tidak mau menandatangani. Sebetulnya hal ini terjadi karena campur tangan saya di dalamnya. Bagaimanapun juga pada saat itu client saya adalah UAE dan saya juga bertindak sebagai advisor untuk para delegasi UAE. Setelah saya baca MoU nya, banyak sekali terjadi kesalahan tata bahasa Inggris dan Arab dalam kontrak. Isinya terlalu menguntungkan Indonesia, padahal seharusnya ini menjadi win win solution bagi kedua negara. Lagi pula, ini akan mengancam eksistensi usaha para delegasi bila pemerintahan UAE tidak menyetujui perjanjian, segingga sangat risky. Saya belajar bisnis di kampus dan MoU ini sangat tidak menguntungkan bagi delegasi saya.

Memang poin-poin MoU ingin menjamin salary, keamanan, dan kesejahteraan TKI di negara lain. Tetapi karena ini ranahnya juga bisnis, seharusnya dengan delegasi yang notabene adalah agency yang menyalurkan TKI mendapatkan kualitas yang baik atas TKI yang dikirim. Banyak permasalahan TKI seperti kinerja yang kurang bagus, minimnya penguasaan bahasa dan seterusnya. Permasalahan banyak timbul karena kualitas TKI yang belum siap untuk dikirim ke luar negeri. Saya menjelaskan segala konsekuensi bila delegasi mendatangani MoU dan akhirnya MoU khusus untuk UAE pun dirombak beberapa poin dan disempurnakan lagi grammatical-nya serta ada beberapa agreement khusus yang dibuat. Saya menyarankan untuk menunda tanda tangan MoU bila tidak ada agreement dari pihak pemerintah UAE dan agency lain di sana. Akhirnya UAE baru menandatangani MoU satu bulan setelah mereka membawa MoU-nya ke negaranya dahulu. Setelah saya mempersilahkan untuk tandatangan, maka MoU pun rampung. Pada akhirnya semua delegasi meminta saya untuk bekerja di UAE dan mereka masih meminta saya bekerja di sana sampai sekarang. Pengalaman yang menyenangkan.

Pengalaman terakhir yang akan saya ceritakan di sini adalah pengalaman menjadi liaison officer (LO) untuk Ibu Sri Mulyani Indrawati dan delegates dari World Bank selama APEC Finance Minister Meeting (FMM) yang berlangsung di Nusa Dua Bali. Saya berhasil lolos seleksi LO yang berlapis-lapis banyaknya oleh Kementerian Keuangan. Saya dan tim berada di Bali lebih dari satu minggu diawali dari persiapan sampai beres-beres. Karena saya paham betul pertemuan ini amat penting, maka saya betul-betul mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat rinci dan baik.

Menjadi LO untuk Ibu Sri Mulyani adalah sebuah pengalaman yang tidak bisa digantikan oleh materi apapun. Banyak sekali kehebohan yang terjadi selama APEC berlangsung karena Ibu Sri tidak membawa ajudan sama sekali, jadi saya harus handle semuanya sendirian sampai membawakan tasnya dan menyediakan teh atau kopi selama meeting. Tetapi secara umum, Ibu Sri mengajarkan saya mana yang harus dilakukan mana yang tidak, pengalaman beliau, dan cara kerjanya. Lega sekali setelah tahu Ibu Sri dan semua delagasi World Bank merasa puas dengan service yang saya berikan sampai salah satu delegasi World Bank dari Singapura mengundang saya ke kantor World Bank Singapura satu bulan setelah pelaksanaan APEC. Beliau adalah Head of Infrastructre di World Bank Singapura. Di sana saya diberikan company tour, penjelasan mengenai struktur World Bank, dan info lainnya. Pengalaman selama APEC dan di World Bank Singapura adalah pengalaman yang sangat luar biasa.

The Lessons

Sebetulnya masih banyak pengalaman saya di dalam dan luar negeri yang ingin saya share. Tetapi poin dari semuanya adalah kita harus berani dalam menghadapi tantangan apa saja yang ada di hadapan kita. Awalnya saya hanyalah anak polos yang berasal dari kota kecil di Jawa Barat dan datang ke Ibu Kota untuk merajut masa depan. Awalnya saya takut karena tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi, malu karena dikelilingi anak-anak ibu kota yang gaul dan keren, juga minder pada awal-awal kedatangan ke Jakarta. Tetapi bila perasaan-perasaan negatif kita pelihara terus, kita tidak akan pernah naik tingkat menjadi lebih baik.

Dari semua pengalaman saya selama empat tahun di Jakarta, apakah semuanya dibayar? Tidak. Tidak semua pekerjaan yang saya kerjakan selama ini selalu dibayar. Oleh karena itu saya beri judul non-money oriented freelancer. Orang-orang mengira bahwa setiap saya update foto sedang mengurusi acara sesuatu atau mendengar saya sedang di mana pastinya ada bayaran yang sesuai dengan besar acaranya. Padahal tidak semua dan saya tidak masalah dengan itu.

Saya berfikir usianya anak kuliah adalah masa di mana kita mencari ilmu, pengalaman, dan skill untuk bekal masa depan. Saya rela bekerja banting tulang, susah payah sampai larut malam untuk bantu acara UN, MC untuk acara Harvard atau Northwestern yang notabene universitas terbaik di dunia, dan masih banyak pekerjaan “keren” lainnya sebagai volunteer atau tanpa bayaran. Mengapa? Bukan bayaran yang melulu menjadi poin kita, tetapi pengalaman, portofolio, dan ilmu yang didapat dari setiap pekerjaan itu.

Jadi, jangan meremehkan pekerjaan yang dilakukan for free. Kalau menurutmu pekerjaan tersebut akan memberikan ilmu dan pengalaman, mengapa tidak untuk diambil? Kita investasikan waktu dan tenaga kita saat ini untuk pengalaman dan ilmu yang tidak bisa diukur oleh materi. Karena saya merasakan sendiri sekarang manfaatnya. Saya merasa ada ”nilainya” di mata masyarakat dan orang-orang percaya terhadap saya untuk melakukan pekerjaan apapun.

Poin selanjutnya adalah keep in touch dengan orang-orang yang pernah bekerja dengan kalian atau untuk kalian, client-client dari pekerjaan yang pernah kalian kerjakan, dan orang-orang besar yang pernah kalian temui. Kartu nama memang hal yang sederhana kelihatannya, tetapi memiliki dampak yang besar. Simpan kartu nama orang-orang di atas dan jalin hubungan baik dengan mereka, jangan sampai terputus. Misalnya saat hari raya kita tidak lupa mengirimkannya pesan singkat. Walaupun tanpa balasan kita jangan bersedih hati. Dan kalian juga mulai membuat kartu nama sendiri yang menandakan kalian siap menjalin hubungan dan siap menjadi profesional.

Poin terakhir adalah public speaking dan penampilan menjadi cukup penting di sini. Saat kita berkenalan atau mengajak seseorang berbincang dalam sebuah forum atau acara, maka hal yang penting adalah first impression yang kita perlihatkan kepada mereka. Apakah mereka tertarik atau tidak tergantung kepada menit-menit pertama.

First impression menurut saya adalah public speaking yang baik yaitu bagaimana manner dan etika kita saat pertama kali memulai pembicaraan serta penampilan seperti pakaian apakah yang kita pakai. Apakah pakaian itu sesuai untuk acara tersebut atau tidak misalnya. Karena dalam ranah profesional, cara kita berbicara dan berpakaian adalah memperlihatkan seberapa profesional kita di mata mereka. Jangan sampai juga kita menghadiri forum besar di hotel berbintang lima tetapi kita memakai t-shirt dan jeans. Mengapa hal ini penting? Karena ini cukup menentukan apakah kita layak untuk diperhitungkan, dijadikan relasi, dan dilihat sebagai profesional.

Sebagai mahasiswa yang berada dalam era free trades, saat ini persaingan sangat ketat dan hukum rimba pun berlaku yaitu siapa yang tidak bisa survive, dia akan mati. Di saat kita tidak bisa bertahan dalam persaingan profesional seperti ini dari mulai tahap mahasiswa maka saat kalian memasuki dunia kerja akan butuh effort yang lebih besar untuk mencapai tujuan. Yang paling penting adalah jangan berhenti bermimpi selagi mimpi itu gratis dan lakukan setiap perkerjaan kalian dengan tulus dan berikan yang terbaik.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!