Kampusgw.com

Menu

Jangan Mudah Putus Asa

Nama lengkap saya Gina Maulidawati yang biasanya dipanggil Gina. Saya adalah seorang mahasiswi tingkat akhir di Politeknik Negeri Bandung jurusan Teknik Sipil dengan program studi D4-Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan. Saya lahir pada tanggal 27 Agustus 1993 di sebuah desa kecil yang mungkin hanya sedikit orang yang tahu. Tidak lain yaitu Luragung yang terletak di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Saya adalah anak tunggal di keluarga saya di mana ayah saya telah meninggal dunia ketika saya masih duduk di bangku SMP kelas 2.

Belajar Hidup Mandiri

Saya berasal dari keluarga yang sangat sederhana dan dididik untuk mandiri serta tidak membandingkan kondisi keluarga saya dengan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, ayah dan ibu saya berdagang bakso di depan bilik kecil kami. Bilik kecil tersebut bukanlah rumah kami, melainkan sebuah kontrakan yang terletak di Kota Tangerang. Ketika kecil, saya tidak pernah dibelikan ataupun minta dibelikan sebuah mainan seperti anak kecil lainnya, karena alasan lebih baik uang tersebut ditabung untuk membayar SPP sekolahku. Untuk membeli apa yang saya inginkan, saya harus membantu ekonomi keluarga saya dengan berjualan brownies kukus yang didapatkan dari pabrik brownies di sekitar rumah kontrakan di mana kami tinggal. Setiap harinya saya selalu membawa 4 boks brownies kukus ke sekolah dan Alhamdulillah daganganku selalu habis dibeli teman – teman di sekolahku.

Saya tidak pernah malu di kala seumuranku sudah mengenal kata “gengsi” untuk menenteng boks – boks daganganku dan menjualnya keliling sekolah. Saya menuntut ilmu sekolah dasar di SD Negeri 15 Tangerang yang letaknya berada di pusat Kota Tangerang dan berjarak 5 km dari tempat tinggal saya, sehingga untuk mencapainya saya harus menaiki angkutan umum. Terkadang beberapa penumpang angkutan umum yang saya naiki merasa tidak nyaman untuk naik/turun, karena boks-boks brownies yang ada dipangkuanku mempunyai ukuran yang cukup besar.

Untuk menambah uang jajan saya, tak jarang saya mengikuti kegiatan dan perlombaan yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Saya tidak pernah malu dengan keadaan saya yang berasal dari keluarga yang tidak berada, karena saya yakin Tuhan mempunyai rencana besar untuk saya dan keluarga saya. Semasa sekolah dasar saya selalu berjuang keras untuk memahami semua pelajaran yang ada, hingga saya selalu menempati ranking 10 besar di kelas saya. Sejak saya kecil saya selalu berpegang teguh dengan keinginan saya menjadi orang yang sukses dan dapat memperbaiki kehidupan keluarga. Saya ingin sekali membahagiakan kedua orang tuaku dan tidak ingin rasanya mereka merasa susah di masa tua, apapun akan saya lakukan demi kebahagiaan mereka.

Setelah lulus sekolah dasar, saya melanjutkan sekolah di SMPN 4 Tangerang. Biaya yang sangat tinggi pun menuntut saya untuk tetap berjualan di sekolah. Benar, Tuhan selalu mempunyai rencana besar untuk saya, Tuhan selalu mengetahui apa yang dirasakan oleh hamba – Nya, Tuhan tidak pernah diam dan tidak akan meninggalkan hamba – Nya di saat sulit. Di saat saya SMP, pemerintah sedang gencar mengadakan program BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Dengan bermodalkan surat keterangan tidak mampu yang didapatkan dari pejabat setempat, Alhamdulillah saya mendapatkan bantuan tersebut dan dapat meringankan beban orang tua.

Singkat cerita di saat saya masih di bangku SMP kelas 2, hal yang membuat saya hancur adalah ayah saya meninggalkan saya dan ibu saya untuk selamanya. Benar – benar hancur hati saya dan tidak dapat dijelaskan dengan kata – kata. Ayah saya adalah sosok inspiratif bagi saya. Beliau selalu berusaha keras dan banting tulang agar saya tetap bersekolah. Beliau ingin sekali melihat anaknya ini dapat meneruskan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Sempat saya berpikir bagaimana dengan sekolah saya? Apakah saya akan putus sekolah? Bagaimana nasib saya dengan ibu saya yang tiap harinya dinafkahi oleh ayah saya? Masihkah saya bisa menemukan sesuap nasi tiap harinya? Pertanyaan bodoh tersebut terlintas di benak saya yang merasa sangat putus asa pada waktu itu. Tetapi Tuhan menepis semua keputusasaanku dan lagi – lagi benar, Tuhan selalu punya rencana besar untuk hamba – Nya. Pamanku (kakak ibu saya) berbaik hati untuk membiayai sekolahku dan segala kebutuhanku sejak ayahku meninggal sampai detik ini. Saya percaya tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua yang terjadi atas kehendak Yang Maha Kuasa. Sejak itulah, saya bertekad kuat untuk mewujudkan mimpi – mimpi ayah terhadap saya, berjuang keras dan selalu mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa adalah kuncinya.

Setelah saya lulus SMP, saya dan ibu saya memutuskan untuk tidak lagi tinggal di Tangerang dan kembali ke desa asalku yaitu Luragung. Tetapi pada saat itu saya memutuskan untuk tinggal bersama kakak sepupu saya di Kota Cirebon yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 jam dari Luragung. Saat itu saya gagal untuk mendapatkan sekolah negeri, sehingga saya memutuskan untuk menuntut ilmu di sekolah berbasis agama, yaitu SMA Muhammadiyah Cirebon. Mungkin pada saat itu banyak yang berpaham menuntut ilmu haruslah di sekolah favorit supaya bisa diterima di PTN mana saja. Tetapi saya salah satu orang yang menyangkal hal tersebut. Menurut saya doa dan perjuanganlah yang menentukan hasil, dan saya percaya jika Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba–Nya. 3 tahun sudah saya mengenyam pendidikan di bangku SMA, saya harus memutuskan perguruan tinggi manakah dan jurusan apakah yang sesuai dengan minat saya.

Menepis Keraguan, Meneguhkan Keberanian

Alhamdulillah berkat doa seorang ibu dan keluarga saya serta ridha Tuhan, saya dapat menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Berbekal kesenangan saya dalam pelajaran eksakta dan menggambar, saya memutuskan untuk memilih jurusan Teknik Sipil di Politeknik Negeri Bandung. Banyak orang – orang di sekitar meragukan saya yang merupakan kaum wanita apakah mampu untuk menggeluti dunia teknik. Katanya teknik itu sulit, katanya kalau perempuan di teknik mau jadi apa? Ingin rasanya membuktikan kepada orang – orang yang sempat meragukan saya bahwa tidak ada yang salah jika perempuan menggeluti dunia teknik.

Awal kuliah saya sempat berpikir, sampai kapan saya akan membebani paman saya? Biaya kuliah saya per semesternya pun cukup besar. Sejak saat itu, saya rajin membuka website resmi kampus untuk mencari berita tentang beasiswa. Suatu saat saya membaca sebuah pengumuman bahwa akan ada seleksi beasiswa unggulan khusus untuk program D4 angkatan 2011. Semua persyaratan saya penuhi dan mengumpulkan berkas segera mungkin. Tidak lama kemudian setelah saya menjalani masa perkuliahan, Alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa tersebut dan terbebas dari SPP selama kuliah dengan syarat IPK selalu di atas 2,75. Setidaknya dengan mendapatkan beasiswa tersebut beban pamanku untuk membiayaiku berkurang.

Selama masa kuliah saya tertarik untuk mengeksplorasi bidang jalan dan jembatan. Sejak saat itu saya mengikuti dan memenangkan perlombaan ketekniksipilan, seperti Kompetisi Jembatan Indonesia yang diselenggarakan oleh DIKTI. 2 tahun berturut – turut (2012 dan 2013) saya bersama tim mendapatkan juara 2 (2012) dan juara 3 (2013) untuk kategori jembatan baja. Di dua tahun yang berturut – turut pula kami mendapatkan juara kategori yang sama yaitu jembatan terkokoh dan implementasi terhadap rancangan terbaik. Senang dan bangga rasanya dapat mendesain jembatan baja yang kokoh dan ringan bersama tim saya dan kerja keras kami terbayar. Dari situlah saya belajar bahwa usaha sekecil apapun tidak ada yang sia – sia, semua punya hikmah untuk dipetik, asalkan kita selalu lapang dada dan mawas diri.

Menjadi Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional

Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena selalu membukakan pintu kesempatan untuk saya. Pada bulan Juni tahun 2014 saya lolos seleksi dan menjadi perwakilan kampus saya yang tercinta di ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional (Mawapresnas). Kecintaan saya terhadap bidang jalan dan jembatan membuat saya peduli akan masalah yang kerap terjadi terutama pada jembatan baja, yaitu korosi. Hal tersebut saya angkat menjadi topik karya ilmiah saya dalam ajang Mawapresnas. Ajang tersebut diselenggarakan di Pulau Dewata Bali. Dengan mengikuti ajang tersebut akhirnya saya dapat menginjakan kaki saya di Bali. Mungkin terdengar mainstream bagi kalian yang sering traveling ke Bali, tapi tidak bagi saya yang tidak pernah berpergian jauh karena faktor ekonomi.

Alhamdulillah, dengan proses yang berlika-liku dan panjang, tepat pada tanggal 12 Juli 2014 dengan bangga saya meraih Mahasiswa Berprestasi Terbaik Kedua Tingkat Nasional Program Diploma. Rasa syukur tiada henti saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan kepada saya. Dengan adanya ajang tersebut saya mendapatkan pengalaman berharga dan dapat mengenal mahasiswa/i yang hebat dari seluruh Nusantara.

Perjalanan hidup saya masih panjang dan masih banyak hal–hal yang harus saya raih. Dalam perjalanannya pun banyak kegagalan yang saya alami. Tetapi hal tersebut menjadi cambuk dan motivasi bagi saya agar bisa lebih baik kedepannya. Karena menurut saya, motivator terhebat dalam hidup kita adalah diri kita sendiri bukanlah orang lain. Yang bisa membuat diri kita bangkit adalah diri kita sendiri.

Jadi janganlah mudah putus asa, meskipun sekarang kita merasa sulit, yakinlah pasti ada jalan keluarnya. Perjuangan itu tidak ada yang sia–sia kawan. Meskipun apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan hasilnya, bukan berarti kita gagal, pasti ada hikmah yang bisa kita petik. Karena Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, dan apa yang kita inginkan belum tentu sesuai dengan apa yang kita butuhkan.

Terimakasih atas perhatiannya. Semoga cerita singkat dari saya dapat menginspirasi para pembaca agar selalu memotivasi dirinya ke arah yang lebih baik lagi.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!