Kampusgw.com

Menu

Kuncinya Fokus

Kehidupan ibarat putaran roda. Ada kalanya suka dan duka; sedih dan gembira, kaya dan miskin, beruntung dan sial, sehat dan sakit, dan sebagainya. Pun, kehidupan di dunia ini tidaklah abadi. Maka tidak salah jika orang bijak selalu mengingatkan setiap orang untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Karena waktu tak dapat diulangi, ia tak pernah kembali. Hidup adalah proses perjalanan. Dari sinilah setiap orang memiliki cerita beragam untuk memaknainya.

 

Enur Nursyamsi adalah salah satu sosok yang patut diteladani. Ia menjadi seorang yatim piatu ketika umurnya masih belia. Tentu, beban hidup yang ditanggung sangat berat. Bisa dibayangkan, betapa berat beban psikologisnya pada waktu itu.Namun ia tak pernah menyerah. Enur tumbuh menjadi sosok pekerja keras, jujur, dan ramah. Apa dan siapa Enur?

 

Kapan Anda dilahirkan?

Aku dilahirkan pada 1 Oktober 1989 di Tasikmalaya Jawa Barat.

 

Pengalaman pendidikan jenjang SD & SMP?

Dapat dikatakan bahwa masa SD dan SMP tidak ada hambatan berarti dalam hal pendidikan, karena ayah dan ibuku masih hidup. Namun, yang ku ingat dari masa ini adalah pesan ibu agar diriku belajar rajin, jujur dan harus berprestasi diatas rata-rata.

 

Pengalaman di masa SMA?

Masa ini adalah masa yang penuh perjuangan, sekaligus ketidakpastian. Orantuaku sudah meninggal dunia di masa ini. Beruntung, aku mendapatkan beasiswa dari berbagai pihak ketika belajar di SMAN 2 Tasikmalaya. Setidaknya ada empat pihak yang memberikan bantuan kepadaku:

  • Beasiswa Daarut Tauhiid yang mencakup biaya sekolah dan berbagai pelatihan kepemimpinan. Yayasan Daarut Tauhiid didirikan dan dipimpin oleh Aa Gym atau Abdullah Gymnastiar, salah satu da’I sekaligus pengusaha kondang.
  • Beasiswa Alumni SMAN 2 Tasikmalaya. Para alumni-lah yang menjadi donor dalam program ini.
  • Beasiswa Yayasan Sampoerna
  • Orangtua asuh. Keluarga ini tidak memiliki hubungan kerabat. Aku dikenalkan oleh salah seorang teman. Mereka menanggung biaya hidup, tempat tinggal dan semua kebutuhan selama studi di SMA.

 

Pengalaman organisasi?

Sedari kecil, aku cenderung lebih individualis. Namun aku sadar, hal itu tidak baik untuk pergaulan di masyarakat ke depan. Maka dari itu, aku memberanikan diri mengikuti organisasi di bangku SMA. Aku berpikir bahwa fokus itu pilihan bijak. Oleh karena itulah, menurutku yang terpenting bukanlah berapa banyak kita mengikuti organisasi, akan tetapi seberapa fokus kita pada hal yang kita minati. Dengan fokus pada apa yang kita kerjakan, niscaya akan datang keistimewaan dan keuntungan di kemudian hari.

 

Apakah ada kesulitan mempertahankan prestasi akademis di SMA?

Tidak. Selama ada kemauan, pasti ada jalan. Aku mendapatkan beasiswa dari berbagai pihak selama di SMA, dan salah satu syaratnya adalah mempertahankan nilai 8 (minimal). Karena aku belajar sungguh-sungguh, aku mampu mempertahankannya. Bahkan aku masih mampu meraih beberapa prestasi, antara lain:

  • Juara 2 Lomba Cepat Tepat Biologi (2007)
  • Juara 1 Tilawatil Quran (2006)
  • Juara 2 Lomba Siswa Berprestasi (2007)

 

Pengalaman mendapatkan Paramadina Fellowship?

Aku mendapatkan beasiswa penuh para program Paramadina Fellowship di Universitas Paramadina Jakarta jurusan Manajemen. Tidaklah mudah mencapai titik ini. Aku masih ingat, setidaknya butuh waktu empat bulan untuk mempersiapkan pendaftaran yang dimulai dari melengkapi dokumen hingga wawancara. Pelajaran yang dapat diambil dari pencapaian ini adalah persiapan matang.

 

Apakah kesan pertama kali menginjakkan Jakarta?

Shock Culture.  Ya, aku lahir dan tumbuh di Tasikmalaya yang jauh dari hiruk pikuk metropolitan. Sebelum aku pergi ke Jakarta, banyak tetangga yang memiliki pandangan bahwa warga Jakarta itu pada umumnya pembohong, hedon, individualis dan tak ramah. Namun hal itu sirna ketika aku berada di Jakarta. Aku sadar, semua itu hanyalah anggapan, bisa benar dan bisa salah.

 

Pengalaman kerja di saat kuliah?

Aku mendapatkan kerja paruh waktu pertama kali di sebuah perusahaan milik keluarga teman. Ini patut ku syukuri karena pengalaman banyak. Sejak tahun kedua hingga saat ini, aku masih menjadi pekerja lepas di harian terkemuka Kompas divisi Litbang (Penelitian dan Pengembangan). Terakhir, aku juga magang selama 3 bulan di salah satu bank.

Di luar itu, aku juga menjajakan kerajinan khas Tasikmalaya. Awalnya aku hanya iseng karena mendapatkan pesanan dadakan dari teman. Namun karena animo masyarakat Jakarta cukup bagus, aku berani memasarkan berbagai produk kerajinan dari kampungku dengan kepercayaan diri tinggi. Disinilah aku mendapatkan pengalaman praktik pemasaran yang luar biasa. Di kampus, aku hanya mendapatkan bekal teori.

 

Apa Prinsip Hidup Anda?

Sangat sederhana. Aku termotivasi dari semua orang yang lebih tidak beruntung dari diriku. Pengemis, gelandangan, anak jalanan, penyandang cacat dan si miskin yang semangat menjalani hidup. Jadi aku malu kepada diri sendiri. Mereka menginspirasi untuk bekerja keras.

Dari perjalanan hidup Enur diatas dapat disimpulkan bahwa hidup adalah perjuangan. Enur membuktikan bahwa anak yatim piatu pun mampu meraih pendidikan tinggi dengan kerja keras dan satu kunci: fokus. Ia terinspirasi dari orang-orang yang jauh kurang beruntung. Ia sadar bahwa bersyukur tidak cukup dengan doa belaka. Akan tetapi harus dipraktikkan dengan perbuatan nyata, kerja keras.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!