Kampusgw.com

Menu

Liku-Liku Perburuan Beasiswa Nou Gorontalo

Beasiswa. Sebuah kata yang mungkin bagi sebagian orang merupakan harapan untuk bisa melanjutkan studi tanpa harus memikirkan biaya pendidikan. Dikatakan demikian karena pendidikan di zaman sekarang tidaklah murah. Begitu juga dengan saya.

Sebelumnya perkenalkan nama saya Melisnawati H. Angio yang biasa dipanggil Melis oleh teman-teman dan dipanggil Nina oleh keluarga. Saya berasal dari Provinsi Gorontalo yang sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara. Ingat ya, bagian dari Pulau Sulawesi! Karena banyak orang yang menganggap bahwa Gorontalo itu merupakan provinsi dengan pulau sendiri. Gorontalo terletak di bagian utara Pulau Sulawesi yang memiliki sumber daya cukup melimpah, keindahan panorama alam yang menarik dan terkenal dengan keramahan masyarakatnya.

Setelah menyelesaikan penelitian untuk skripsi, saya kemudian mulai berfikir setelah lulus nanti saya mau jadi apa? Mau jadi gurukah? Santai sejenak selama setahun? atau melanjutkan studi? Pilihan hati saya lebih condong untuk melanjutkan studi. Tapi, hal yang umum dihadapi adalah kendala biaya. Satu-satunya cara yang tepat untuk melanjutkan studi adalah dengan beasiswa.

Saya bercita-cita untuk mengambil S2 jurusan Biologi Tumbuhan dan pilihan saya jatuh pada Institut Pertanian Bogor (IPB). Kenapa saya memilih IPB? Karena latar belakang keluarga saya sebagai petani dan saya pun berasal dari desa pertanian serta IPB dikenal memiliki rekam jejak yang baik dalam hal pertanian. Cita-citanya sederhana, ingin memajukan sektor pertanian dan ingin menerapkan ilmu biologi yang nanti akan saya dapat ke masyarakat.

Berdasarkan informasi dari teman, ada beasiswa pasca sarjana dari pemerintah setiap tahun dengan jumlah nominal yang bisa dikatakan lebih dari cukup dan yang terpenting bisa meringankan beban orang tua. Tanpa banyak berfikir, saya pun langsung mencari informasi beasiswa tersebut dan hasilnya kurang jelas. Satu tips untuk para pencari beasiswa, jangan pernah bosan mencari segala rinci mengenai beasiswa yang akan kalian daftar.

Satu yang pasti, saya segera mencari alamat situs web dan mendaftarkan diri. Malangnya, saya langsung mengisi tanpa membaca dengan rinci petunjuk yang ada. Saya mendaftar dengan nama yang berbeda (nama yang saya daftarkan Melisnawati Hamza Angio) karena pada kolom pendaftaran diperintahkan untuk mengisi nama lengkap. Selidik demi selidik, ternyata nama yang diminta adalah nama yang sesuai dengan yang terdaftar di IPB (Melisnawati H. Angio).

Awalnya saya tidak panik. Namun setelah berkonsultasi dengan pihak universitas tujuan bahwa nama yang digunakan harus sesuai dengan nama yang terdaftar di DIKTI. Saya pun panik dan mencoba untuk menghubungi pihak DIKTI. Setelah menunggu selama berminggu-minggu, saya juga tidak mendapatkan balasan dari DIKTI. Tips yang dapat dibagi di sini, pastikan membaca petunjuk dengan cermat dan bertanyalah kepada pihak yang berkepentingan.

Namun, bagian terbaik menurut saya dalam drama pencarian beasiswa ini adalah membawa saya bisa mengenal teman-teman dari seluruh Nusantara yang terkumpul dalam sebuah grup di Facebook. Walaupun belum pernah bertemu secara langsung, namun kami merasa seolah-olah sudah kenal dan bisa berbincang akrab walaupun hanya dalam dunia maya. Dalam grup itulah banyak informasi (walaupun tidak semua valid) yang diperoleh. Sekedar informasi, masa pendaftaran dan masa pengumuman penerima beasiswa memiliki rentang waktu sekitar 4 bulan. Dan selama itu kami mengalami masa-masa galau. Mulai dari informasi yang kurang jelas, jadwal yang tidak konsisten, kontak DIKTI yang sulit dihubungi dan sistem penetapan penerima beasiswa yang sedikit membingungkan. Di tengah itu semua, semua pelamar beasiswa saling mendoakan satu sama lain, berbagi cerita, bercanda dan bahkan ada yang nekat menjadi peramal.

Akhirnya pengumaman beasiswa keluar, Alhamdulillah saya lulus. Namun, banyak teman-teman yang saya kenal tidak lolos. Ada rasa sedih yang mendalam karena walaupun tidak pernah bertemu namun ada rasa duka dalam hati.

Tidak berselang lama, saya memberitahukan kabar gembira ini kepada keluarga dan sahabat saya. Keluarga saya amat bahagia, terutama ayah. Bisa menjadi orang pertama dari desa saya yang melanjutkan S2 di Pulau Jawa membuat bukan hanya beliau bangga namun masyarakat di kampung saya turut memberikan selamat dan menjadikan saya contoh untuk anak-anak mereka. Dalam hati, saya bertekad untuk bisa menjadi kebanggaan mereka.

Dan seperti mimpi, saya akhirnya bisa menulis ini tepat di tengah kota Bogor yang sedang hujan. Tanpa bermaksud berbangga diri, saya ingin sekedar berbagi pengalaman. 

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!