Kampusgw.com

Menu

Mati-matian Berjuang Untuk Menjadi Dokter

Dokter Dito Anurogo di Eropa

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ilmu Kedokteran adalah jurusan paling favorit untuk lulusan IPA. Tak heran jika siapa saja yang kuliah di jurusan ini dianggap sebagai “anak jenius”, terlebih lagi di perguruan tinggi negeri seperti Universitas Indonesia Depok, Universitas Udayana Denpasar dan Universitas Padjajaran Bandung yang persaingannya sangat tinggi. Anggapan tersebut tidaklah berlebihan, karena mahasiswa kedokteran dituntut untuk memiliki standar kecerdasan “diatas rata-rata”. Bagi yang berkantong tebal tentu saja dapat memilih jurusan Ilmu Kedokteran di perguruan tinggi swasta yang jauh lebih mahal. Namun sebaliknya, bagi yang perekonomiannya lemah hanya bisa “mengelus dada”. Dr. Dito Anurogo membuktikan bahwa “anak kurang mampu” pun mampu menjadi dokter. Berbekal keyakinan, kerja keras dan mimpi dia memujudkannya. Berikut adalah petikan wawancara penulis dengan sang dokter:

Kapan dan dimana anda lahir?

Semarang, Sabtu Kliwon, 23 Juli 1983.

Prestasi apa saja yang Mas Dito raih ketika SD/MI?

  • Bintang Kelas, Ujian Akhir Sekolah dan Nasional Pertama se-SDN Sompok 1,2,3,4 Semarang tahun 1995.
  • Meraih nilai 10 (sepuluh) dalam mata pelajaran Matematika EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) di SD SOMPOK Semarang, 20 Mei 1995.
  • Juara II Putra Pemilihan Siswa Teladan SD Tingkat Kotamadia Semarang, tahun 1994.
  • Juara I Lomba Menata Perangko di SDN Sompok Semarang, 19 Desember 1992.
  • Bintang Kelas Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sompok 2 Semarang 1990-1995.

Apakah di masa SD/MI Mas Dito sudah ikut membantu orang tua?

Sudah, dengan berprestasi dan berusaha belajar giat.

Prestasi apa saja yang Mas Dito raih ketika SMP/MTS?

  • Bintang Kelas SMP Negeri 3 Semarang 1995-1998.
  • Satu-satunya delegasi SMP Negeri 3 Semarang untuk Lomba Penelitian Ilmiah Remaja ke-21 Tingkat Nasional Tahun 1997.
  • Juara I LCT-P4 tingkat SLTP di Kecamatan Semarang Tengah dalam rangka Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 1997, 23 Juli 1997.
  • Satu dari Sepuluh Siswa Berprestasi SMP 3 Semarang berdasarkan keputusan Kepala SMP 3 Semarang Nomor: 427.A/103.33/SMP.03/LL/96, ditetapkan di Semarang tanggal 1 Oktober 1996.
  • Prestasi di antara masa SMP dan SMA: Alumnus terbaik Madrasah Takhashushiyah di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam (PPMIA) Sukoharjo Indonesia, 10 Juni 1999.

Prestasi apa saja yang Mas Dito capai di masa SMA?

  • Nominator Lomba Penulisan Esai Ilmiah Populer Harun Yahya International Award 2003.
  • Delegasi SMA Negeri 1 Semarang dalam Lomba Matematika XIV Nasional 2002 di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) Yogyakarta, 23-24 Maret 2002.
  • Delegasi SMA Negeri 1 Semarang dalam Olimpiade Matematika se-Jawa Tengah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Diponegoro Semarang, 11 November 2001.
  • Delegasi SMA Negeri 1 Semarang dalam Forum Ilmiah Matematika 2001 se-Jawa di Universitas Negeri Semarang, 17-21 September 2001.
  • Delegasi SMA Negeri 1 Semarang dalam Olimpiade Matematika tingkat Internasional di SMU Taruna Nusantara Magelang, 10 September 2001.
  • Bintang Kelas SMA Negeri 1 Semarang 1999-2002.

Kapan Mas Dito mulai aktif di organisasi?

Mulai SMP sudah aktif di OSIS, pramuka, majalah sekolah, ROHIS, dan berbagai kegiatan ekstrakulikuler. Di SMA juga aktif di OSIS, majalah sekolah, ROHIS, dan berbagai kegiatan ekstrakulikuler.

Bisa diceritakan, kenapa Mas Dito memutuskan mengambil Kedokteran?

Panggilan jiwa untuk menolong sesama, serta menemukan banyak hal yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan ilmu pengetahuan. Juga memang cita-cita saya sejak kecil memang menjadi dokter.

Bisa diceritakan, perjuangan kerasnya belajar di SMA sehingga bisa menjadi mahasiswa Kedokteran?

Saya begitu menikmati proses, sehingga semuanya terasa mengalir begitu saja. Seusai sekolah, saya mengikuti kursus bahasa Inggris atau bimbingan belajar, berbagai lomba/workshop/seminar yang dapat menambah kompetensi diri atau pergi ke perpustakaan wilayah Jawa Tengah di JL. Sriwijaya (sebelah TBRS Semarang), atau baca-baca di toko buku.

Oh iya, sampai saat ini saya belum pernah pacaran dan jarang menonton TV (kecuali acara Discovery Channel, film kartun yang lucu seperti Doraemon, Casper, Tom and Jerry), dan juga tidak pernah main PlayStation/ video game. Sehingga waktu muda saya benar-benar maksimal untuk menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat.

Terus terang, saya orang rumahan dan bisa dibilang bukan “anak gaul”. Hal lain yang masih saya lakukan hingga jadi dokter adalah: puasa sunah Senin Kamis, bersodaqoh, memperbanyak sholat sunah terutama sholat malam (Tahajud), selalu membaca atau membawa buku dan alat tulis kemanapun saya pergi. Jadi intinya: Waktu adalah Ilmu dan Pengalaman. Oh iya, sedikit menambahkan, saya sudah lama memformulasikan dan memadukan rumus ABC (Agama-Akal, Budaya-Bisnis, dan Cintakasih) sebagai kunci sukses saya.

Bisa diceritakan, perjuangan Mas Dito ketika berjualan untuk membiayai kuliah kedokteran UNISSULA (Universitas Islam Sultan Agung) Semarang?

Ya, waktu kuliah saya sempat berjualan kue pia, software, dan buku-buku kedokteran untuk tambahan uang saku…dan lumayan…lah…untuk membiayai sebagian biaya kuliah saya. Tentu aktivitas berjualan itu tidak mengganggu kuliah saya.

Bisa diceritakan pengalaman Mas Dito berkunjung ke Eropa? pelajaran yang bisa dipetik?

Saya pernah ke Italia dan Hungaria sebagai satu-satunya delegasi Indonesia untuk riset dan pelatihan. Pengalaman saya disana sungguh membuat saya berubah menjadi lebih baik. Karena disana saya belajar banyak hal, mulai dari kedisiplinan, bahasa, kerjasama, dan soft skills lainnya. Singkat kata: Our soul, heart, brain, and mind are the greatest laboratory from the Almighty God (Allah). Therefore, we must use and explore them maximally.

Bisa diceritakan pengalaman Mas Dito menulis di media cetak?

Butuh perjuangan selama 2-3 tahun hingga tulisan saya memenuhi kriteria. Saya menulis untuk berbagi dan mencerahkan umat manusia. Motivasi menulis: mewariskan ilmu pengetahuan kepada generasi berikutnya.

Bisa diceritakan pengalaman mencetak buku pertama?

Buku pertama bisa terbit, Alhamdulillah, karena faktor persiapan dan kesempatan baik. Ada juga sih, faktor keberuntungan.

Bisa diceritakan pengalaman memberikan proposal dana ke Gubernur Jawa Tengah?

Alhamdulillah, proposal saya saat itu disetujui Rp24,5 juta dari Rp25 juta yang diajukan. Peran Tuhan disini sangat saya rasakan, sebab saat itu saya maju saja, tanpa KKN, tanpa koneksi, tanpa permainan apapun. Hanya ada dukungan surat dari Rektor UNISSULA, itupun banyak pihak yang sengaja menghambat agar saya tak jadi berangkat.

Salah satu yang memotivasi adalah perkataan oknum dosen, saat saya belum mendapatkan dana untuk riset ke Italia, “Dito, sepertinya semua pintu di bumi sudah tertutup untukmu!” Langsung saja saya jawab ke dosen itu, “Bapak, seandainya semua pintu bumi sudah tertutup untuk saya, pintu langit pasti masih terbuka untuk saya!” Dan, waktulah yang membuktikan bahwa saya benar! YES!!!

Apa arti kesuksesan menurut Mas Dito?

Sukses itu ketika kita bisa mensukseskan orang lain. Sukses itu adalah proses dan bukan tujuan. Bagi saya pribadi, ketika saya bisa mencerahkan masa depan seseorang, membahagiakannya, atau membuatnya tersenyum, maka itu lebih dari sekadar sukses.

Apa cita-cita Mas Dito di masa yang akan datang?

Menjadi ilmuwan, hartawan, dermawan, sekaligus “dokter cahaya”, yang menerangi, memotivasi, menginspirasi dan mencerahkan, serta bermanfaat bagi umat manusia.

Bisa diceritakan, bagaimana cara mengatur waktu kuliah dengan kerja?

Di saat luang, saat tidak ada jam kuliah/praktikum, saya bekerja (menawarkan kue pia, atau berjualan buku ke mahasiswa kedokteran, perawat, bidan, dokter, atau ke dokter spesialis).

Pesan  untuk adik-adik yang kurang mampu finansial tetapi ingin kuliah?

Teruslah bermimpi, berdoa, dan berusaha! Ora et labora! Tuhan selalu beserta kita! Manfaatkan waktu luang untuk hal-hal positif. Belajar dapat dilakukan dimanapun, tidak hanya di bangku sekolah atau kuliah, bisa juga dari internet, membaca buku di perpustakaan atau taman bacaan terdekat, mengunduh E-book gratis di hotspot yang juga gratis, membaca buku di toko buku, dsb. Rajin-rajinlah mencari beasiswa dari manapun.

Bagaimana jika kita jatuh/gagal dalam sebuah rencana/niat?

Berdoa serta meminta doa dari orang tua dan semuanya. Terus bangkit dan berusaha lagi hingga berhasil. Belajar dari tokoh lain yang lebih sukses. Membuat rencana lain dengan “berkonsultasi” terlebih dahulu kepada Tuhan.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!