Kampusgw.com

Menu

Mimpi itu Gratis

Ucap syukurku tidak akan ada hentinya kepada Sang Pencipta dan maha kuasa Allah SWT yang telah dan selalu menjagaku dalam bimbingannya. Rasa terima kasih pula tidak lupa saya sampaikan untuk kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan mendukung apa yang selalu ingin aku capai dan raih. Tidak lupa aku sampaikan terima kasih sebesar-besarnya untuk Guruku yang selalu memotivasi dan mendorongku untuk jadi lebih baik and one step ahead. Beliau adalah Bapak Mohammad Zamroni dan istrinya Ibu Ida Nurmala. Beliau berdua yang mengarahkan dan mendidikku. Berkat beliau pulalah Aku diajarkan untuk bermimpi karena bermimpi itu gratis dan mimpi itu sesungguhnya dapat diwujudkan.

Baiklah, kisah ini berawal saat aku duduk di bangku kelas X di salah satu SMK swasta di Sidoarjo Jawa Timur. Bapak Mohammad Zamroni yang selalu ku panggil Pak Zam adalah guru Bahasa Inggris. Aku hanyalah seorang murid yang biasa saja tanpa ada prestasi yang menonjol. Tapi entah kenapa Pak Zam mendekatiku dan mengajakku untuk belajar Bahasa Inggris di rumahnya. Padahal waktu itu Aku tidak suka dan tidak tahu sama sekali apa itu Bahasa Inggris alias nol.

Bermula dari Dorongan Guru Bahasa Inggris

Beliau berkata “Lang, datanglah ke rumah, saya akan mengajarimu Bahasa Inggris, karena saya melihat ada sedikit kemampuan yang kamu punya.” Sentak aku kaget, kenapa Pak Zam mengajakku belajar padahal aku sama sekali tidak bisa dan mengerti Bahasa Inggris. Sungguh ajakan yang aneh menurutku pada saat itu. Setelah aku pertimbangkan akhirnya aku menerima tawaran beliau.

Pak zam memiliki sebuah institusi pendidikan non-formal (kursus) yang bernama FIC English Course yang memiliki anak didik kurang lebih 500, dengan 15 staf pengajarnya, dan aku belajar di sana selama kurang lebih 2 tahun untuk mendalami Bahasa Inggris. Beliau tidak hanya mengajarkan bahasa Inggris, melainkan selalu memotivasi dan mendorongku untuk bermimpi, “ayo Lang, kamu harus punya mimpi, dan wujudkan mimpimu itu.”

Selalu terselip dan terbayang di benakku untuk tetap terus melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Tapi saat itu selalu terselip di pikiranku biaya untuk melanjutkan ke tingkat tersebut tidaklah kecil sedangkan aku berasal dari keluarga pas-pasan. Untuk sekolah di tingkat SMK saja, aku sering terlambat untuk bayar SPP dan bahkan pernah selama satu semester aku tidak dapat membayar administrasi sekolah sama sekali karena keadaan ekonomi keluarga. Karena hal inilah aku termotivasi untuk dapat menutupi biaya sekolah yang membengkak.

Pak Zam menyarankanku mencari beasiswa atau orang tua asuh agar pendidikanku tidak putus. Akhirnya, ketika kelas XI aku mencoba untuk mendaftar beasiswa di PT Japfa Comfeed Tbk. 3 bulan kemudian aku mendapat kabar bahwa pendaftaran beasiswa tersebut diterima. Bergembiralah aku saat itu karena aku dapat menutupi biaya sekolah yang membengkak. Saat itu aku berpikir, kalau aku dapat memperoleh beasiswa untuk melanjutkan sekolah, berarti akupun juga dapat mencari dan berorganisasi memperoleh beasiswa untuk biaya studi di perguruan tinggi.

Sebelum kelulusan sekolah, aku mendapat info dari Pak Zam bahwa pemerintah menyediakan beasiswa Bidik Misi untuk lulusan SMA sederajat tahun ajaran 2011 untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Akhirnya aku mencoba untuk mendaftar beasiswa tersebut dan hasilnya gagal. Secara otomatis setelah kelulusan, aku tidak dapat melanjutkan belajar sampai setahun mendatang. Sempat putus asa dan kecewa karena pendaftaran tidak diterima. Tapi saya berjanji bahwa tahun di tahun 2012 atau berikutnya aku akan mencoba mendaftar lagi dan harus lolos.

Aku Harus Bisa Bangkit

Selama setahun tidak mengenyam bangku sekolah/kuliah, aku aktif di ProFauna, sebuah NGO (Non-Government Organization) yang fokus dan peduli akan konservasi alam, hutan dan satwa liar. Tidak hanya itu, aku juga diberikan kesempatan untuk mengajar di FIC English Course selama kurang lebih 1 tahun. Dalam waktu setahun itu pula aku mulai mencari dan mencoba berbagai lowongan beasiswa, mulai dari dalam negeri sampai luar negeri.

Yang kedua setelah kegagalanku yang pertama yaitu tidak lolos Bidik Misi. Saya mencoba mendaftar untuk mengikuti program Pertukaran Pemuda Indonesia-Canada yang digagas oleh kerjasama Kementerian Pemuda dan Olahraga RI dan Kementerian Luar Negeri Kanada. Saya pun juga mengalami kegagalan. Aku hanya dapat menembus sampai seleksi wawancara. Dua bulan setelahnya aku mencoba mendaftar lagi untuk menjadi LO (Liaison Officer) ASEAN School Games yang pada saat itu Surabaya ditunjuk Menpora untuk menjadi tuan rumah mewakili Indonesia dalam acara tersebut. Dan akhirnya gagal lagi.

Teman-teman sempat mengejekku dengan sinis “Wes Lang, mblenger aku ngrungokno ceritomu gagal terus, kapan awakmu berhasil” dalam Bahasa Indonesia (aduh Lang, aku bosan mendengar cerita kegagalanmu terus-terusan, kapan kamu berhasil?) Ejekan teman-teman malah membuatku bangkit dan aku anggap sebagai tolak ukur diriku saja. Justru aku harus membuktikan kalau diriku bisa. Orang tua, Guru dan teman terdekatku selalu memotivasi dan mendorongku untuk mewujudkan impianku. Di awal tahun 2012, aku memperoleh 3-4 informasi beasiswa dan aku tidak membuang kesempatan itu. Aku mendaftar semua beasiswa itu dengan harapan ada yang lolos, namanya juga berusaha, bismillahirrahmanirahiim.

Dari beasiswa Etos aku gagal. Akhirnya berlanjut ke Monbukagakusho (Beasiswa S1 Pemerintah Jepang) yang alhamdulillah lolos untuk lanjut ke seleksi Tes Tulis. Sayangnya, aku tidak dapat mengikuti tes tersebut karena temanku yang akan menjemputku di rumah membatalkan karena berhalangan. Wassalam, akhirnya harus merelakan beasiswa S1 ke Jepang. Sempat putus asa tetapi tidak boleh berlarut, Allah telah menentukan skenario yang jauh lebih indah di mana kita tidak akan pernah tahu.

Seminggu setelah kegagalan itu, pengumuman Bidik Misi keluar dan apa hasilnya? Gagal? Oh tidak, kali ini berhasil. Aku lolos, diterima di program studi Sastra Inggris Universitas Brawijaya Malang. Langsung ku sujud syukur dan menghubungi ibu dan menyuarakan kabar bahagia ini. Seminggu setelah pengumuman tersebut aku harus daftar ulang, tapi aku mengalami kegalauan karena 1 pengumuman beasiswa lagi belum keluar yakni Paramadina Fellowship (PF) 2012. Pengumuman PF akan keluar 2 hari setelah tenggat waktu akhir daftar ulang di Universitas Brawijaya.

Setelah berpikir, akhirnya aku memutuskan untuk daftar ulang saja terlebih dahulu, kalau memang aku nantinya akan lolos PF maka aku akan siap untuk meninggalkan Universitas Brawijaya. Itu adalah yang ku pikirkan saat itu. Berangkatlah aku pada tanggal 18 Juni 2012 untuk melakukan daftar ulang di Universitas Brawijaya dan tidak disangka aku bertemu dengan Jumrotin, teman seleski tes wawancara PF di Surabaya yang saat itu dia juga dinyatakan diterima di Universitas Brawijaya. Kami sempat berunding dan ngobrol-ngobrol masalah kemungkinan yang terjadi apabila kami lolos PF.

Malam sebelum pengumuman PF, kegalauanku makin menjadi. Akhirnya tak ambil pusing, aku langsung ke toilet ambil wudlu dan sholat. Aku berdo’a dan meminta pada Allah semoga diberikan yang terbaik. Aku hanya memohon “Ya Allah ku pasrahkan dan ku serahkan semua keputusan padamu dan Insyaallah hamba siap menerima apa yamg menjadi takdir dan jalan hidup hamba”.

Setelah berdo’a aku tidur dan tak disangka dalam tidurku aku diberikan mimpi yang indah di mana dalam mimpi tersebut aku diterima dan lolos PF. Bangun tidur pagi-pagi langsung aku cek di situs web Universitas Paramadina. Ternyata belum ada berita atau pengumuman muncul. Setiap 5 menit sekali aku mengecek situs web Universitas Paramadina dan selalu berharap agar pengumuman itu muncul sampai akhirnya aku capek sendiri untuk selalu mengecek dan aku bergumam:  “Lek rejeki ya ga bakal mblayu kok” (dalam bahasa Indonesia, “kalau memang rejeki tak akan ke mana kok”).

Mendapatkan Beasiswa Universitas Paramadina

Jam menunjukkan pukul 14.30 WIB, akhirnya aku bergegas menjalankan rutinitasku pada saat itu yakni mengajar di FIC English Course. Di tengah proses aku mengajar, telpon genggam tiba-tiba berdering. Aku mendapat SMS dari teman wawancara PF1 yang berisi “Selamat ya Gilang, kamu lolos dan kamu peringkat satu di prodi TI, sampai ketemu di UPM yah.” Langsung ku buka situs web Universitas Paramadina dan mengunduh berkas pengumuman dan ternyata namaku tercantum di salah satu 38 anak dari kurang lebih 1000 pelamar se-Indonesia.

Sungguh sebuah hadiah yang tak ternilai harganya mendapat anugerah Paramadina Fellowship. Ku hubungi orang tua, guru dan orang-orang di sekitarku. Sepulangku mengajar, aku berunding dengan orangtuaku, mana yang harus aku ambil apakah Bidik Misi di Universitas Brawijaya Malang atau Universitas Paramadina Jakarta. Ibuku lebih condong mendukung ke Universitas Paramadina karena sejak awal ku memberitahu beliau, respon beliau sungguh luar biasa antusias dan mendukung. Aku pun juga minta pendapat Pak zam dan Bu Ida di mana mereka juga lebih menyarankan untuk belajar di Universitas Paramadina karena di Jakarta aku akan dapat mengembangkan dan mengasah kemampuan. Karena di Jakarta banyak “orang penting” di mana aku dapat mengembangkan network. Karena banyak pendapat yang masuk untuk memilih Universitas Paramadina, akhirnya aku putuskan untuk mengambil beasiswa Universitas Paramadina.

Keesokan harinya, aku langsung mengurus surat pengunduran diriku dari Universitas Brawijaya Malang. Dan alhamdulillah semuanya lancar dan sampai sekarang aku sedang menjalani studi S1 Teknik Informatika di Universitas Paramadina Jakarta. Ibu, akhirnya aku dapat mewujudkan mimpiku untuk kuliah dan engkaupun tak perlu terbeban dengan biayanya.

Ayo untuk kalian semua mulailah bermimpi dari sekarang, dan yakinlah kalau mimpimu akan terwujud suatu hari nanti. Jangan lupakan restu orang tua terutama Ibu.

Mimpi itu gratis, bermimpilah sebanyak-banyaknya. Kalau belum beruntung coba lagi, masih banyak kesempatan dan jalan untuk meraih mimpimu.

Moch Gilang Pratama Hendyanto

Mahasiswa S1 Teknik Informatika Universitas Paramadina Jakarta

Facebook : Gilang Hendyanto  – Twitter : @mgilangph  – Blog : gilangph.blogspot.com

Email :mgilangph@gmail.com dan moch.hendyanto@students.paramadina.ac.id

 

 

 

Categories:   Sosok

Comments

Sorry, comments are closed for this item.

error: Content is protected !!