Kampusgw.com

Menu

Niat Kuat, Tekad Bulat

Jalan hidup setiap orang tentunya berbeda. Ada kaya-miskin, sukses-gagal, beruntung-sial, dan seterusnya. Yang membedakan derajat manusia adalah perjuangannya. Derajat untuk menghadapi peliknya permasalahan kehidupan di dunia yang hanya sementara ini. Ya, kehidupan di dunia adalah sebuah proses wajib yang harus dijalani setiap umat manusia. Didalamnya ada berbagai tantangan, hambatan, masalah dan ujian yang seringkali menjadi kerikil tajam yang membawanya ke jurang kenistaan. Suhariyanto adalah satu dari jutaan generasi muda Indonesia yang rekam jejaknya patut diteladani. Apa yang membedakan Suhariyanto dengan kawula muda lainnya? Berikut adalah wawancara penulis dengannya.

 

Apa tantangan terbesar Anda di masa kecil?

Saya dilahirkan dari keluarga kurang mampu di Demak, Jawa Tengah. Kedua orangtua sebagai buruh tani yang berpenghasilan tak menentu. Tragisnya lagi, ibu mengidap sakit sejak saya masih bayi dan meninggal dunia ketika saya masih remaja. Ayah adalah tumpuan ekonomi satu-satunya keluarga agar dapur tetap mengepul. Masa SD saya lalui sebagaimana murid pada umumnya. Saya belajar dan bermain. Saya selalu masuk dalam 5 murid terbaik di kelas sampai lulus.

 

Pengalaman hidup di masa SMP?

Walaupun saya lahir dan tinggal di Kabupaten Demak, desa kami berbatasan langsung dengan Kabupaten Kudus. Kedua kabupaten hanya dipisahkan oleh sungai. Selama tiga tahun di SMP, saya melewati persawahan beberapa kilometer dan menyeberangi sungai dengan menggunakan “gethek” (sampan bambu) untuk menuju sekolah. Seringkali ketika musim tanam padi tiba atau ketika curah hujan sedang tinggi, saya selalu menghadapi banjir atau kondisi jalan di persawahan yang buruk, akibatnya saya harus menggunakan baju ala kadarnya melewati sawah dan baru memakai seragam sekolah sesampai seberang sungai. Di masa SMP, saya mendapatkan peringkat pertama dari kelas satu sampai lulus. Saya juga menjadi Ketua OSIS, Sekretaris PMR, pramuka dan masih banyak lagi. Yang lebih membanggakan lagi, saya didualat menjadi Siswa Teladan tingkat Kabupaten Kudus yang juga mewakili di ajang seleksi siswa teladan tingkat Provinsi Jawa Tengah di Semarang.

 

Pengalaman terbaik di jenjang SMA?

Di jenjang SMA orang tua sudah tidak kuat lagi membiayai sekolah. Bersyukur, saya mendapatkan orang tua asuh yang tidak lain adalah guru SMP. Saya menuntut ilmu di SMAN 1 Kudus yang notabennya adalah sekolah terbaik dan terfavorit di kabupaten. Memang, tidak mudah untuk menjadi anak asuh. Kita harus tahu diri dan sadar akan posisi. Untuk  itu, saya berusaha memberikan yang terbaik kepada orang tua asuh dengan berprestasi di SMA dan membantu pekerjaan rumah sepulang sekolah.

 

Riwayat Hidup

Nama Lengkap                      : Suhariyanto

Tempat / Tanggal lahir   : Demak / 21 Agustus 1987

Agama                                          : Islam

Hobi                                               : Menyanyi

Alamat                                        : Desa Sambung Rt.03 / 02 Kecamatan Gajah, Demak

                                                          Jawa Tengah 59581

Prestasi                                      :

  • Ketua OSIS (2001)
  • Sekretaris Kepramukaan (2002)   
  • Ketua Kepramukaan (2005)
  • Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (2005)
  • Bendahara Kerohanian Islam (2007)
  • Juara Harapan 3 Lomba Karaoke (2005)
  • Juara 1 Lomba Pentas Seni (2005)
  • Peraih Paramadina PT.Adaro Indonesia Fellowship (2008-2011)
  • Ketua DKM (Dewan Keluarg Masjid) Universitas Paramadina (2010-2011)
  • Juara II Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) KOPERTIS III Jakarta (2011)
  • Lulusan Terbaik Program Studi Psikologi Universitas Paramadina (2011)
  • Lulus kuliah dengan predikat Magna Cumlaude (2011)

 

Anda pernah bekerja sebelum kuliah, bisa diceritakan?

Ya, karena keterbatasan dana, saya tidak langsung melanjutkan kuliah ketika lulus pada tahun 2006. Saya sudah mati-matian mencoba seleksi beasiswa dan perguruan tinggi kedinasan. Apa boleh buat, selama dua tahun berturut-turut yakni pada 2006 dan 2007, saya belum beruntung. Dua tahun saya habiskan dengan bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik rokok di Kudus. Dua tahun ini pula saya belajar banyak hal tentang arti kehidupan. Saya merasakan sendiri mendapatkan sesuap nasi. Namun, saya justru bersyukur karena terinspirasi dan termotivasi oleh atasan/bos di tempat kerja yang sudah mapan karena pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun 2008, saya mendapatkan beasiswa penuh Paramadina Fellowship di Universitas Paramadina jurusan Psikologi.

 

Apa motivasi Anda mengambil jurusan Psikologi?

Sebenarnya setelah lulus SMA, saya ingin mengambil jurusan pendidikan karena ingin menjadi guru. Namun karena dua tahun berpengalaman sebagai buruh pabrik, saya harus menjalani  tes psikologi yang menentukan diterima atau tidaknya untuk menjadi karyawan. Saya ingin tahun, ilmu apa yang digunakan dalam rekruitmen kerja itu. Jadi, saya putuskan untuk mengambil jurusan Psikologi. Teman saya juga lebih dahulu mengambil jurusan ini di kampus lain karena memiliki dana.

 

Apa tantang pertama yang Anda rasakan selama kuliah di Jakarta?

Karena sempat kerja selama dua tahun sebelum kuliah, saya merasa kesulitan untuk memahami mata kuliah. Kepercayaan diri saya berada di titik nadir. Saya benar-benar “down”, rendah diri. Titik baliknya adalah ketika memasuki pasca UTS di semester pertama. Setelah 3 bulan kehilangan kepercayaan diri, saya mulai bangkit dari keterpurukan.

 

Apakah Anda sempat mengikuti organisasi di kampus?

Ya, tentu. Saya ingin mengembangkan diri. Untuk itu, saya terlibat di organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Psikologi, Parmagz, dan Dewan Keluarga Masjid (DKM). Saya memiliki prinsip untuk fokus dan totalitas. Dengan fokus, saya tidak menjadi setengah-setengah dalam berkarya. Sehingga, saya dapat berkontribusi lebih.

 

Apakah Anda pernah bekerja selama kuliah?

Ya, saya pernah menjadi pengajar di sebuah bimbingan belajar. Saya juga beberapa kali terlibat sebagai asisten penelitian dosen. Yang membanggakan adalah ketika menjadi asisten dosen untuk mata kuliah. Jadi, sembari bekerja dapat belajar banyak hal. Uang bukan motivasi utama, tetapi pengalaman.

 

Berapa lama studi Anda untuk meraih sarjana?

Saya hanya menghabiskan 2 tahun 10 bulan untuk meraih gelar sarjana.

 

Apa pesan-pesan Anda untuk calon mahasiswa kurang mampu?

Percayalah, setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Setiap masalah pasti ada solusinya. Bersabarlah jika menemui kesulitan. Saya yakin, Tuhan Maha Besar. Teruslah berusaha semaksimal mungkin untuk menggapai cita-cita. Jangan pernah putus asa dan menyerah. Kerja keras dan doa adalah kunci dari kesuksesan.

Dari kisah nyata Suharyanto diatas dapat disarikan bahwa hidup adalah perjuangan. Pasti ada kenangan pahit, manis, asam, asin, hambar dan pedas dalam setiap jengkal prosesnya. Hanya niat kuat, tekad bulat, kerja keras, dan keyakinan pada Tuhan yang akan mengantarkan setiap orang pada puncak kesuksesan. Faktor keberuntungan pasti tetap berperan, tetapi yang terpenting adalah usaha dan doa. Salam sukses Indonesia.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!