Kampusgw.com

Menu

Pasha Agoes: “Jagoan” Dalam Komunikasi Antarbudaya

          Ilmu Komunikasi ialah salah satu jurusan paling diminati dalam satu dekade terakhir. Betapa tidak, setiap tahunnya puluhan ribu mahasiswa masuk di program studi ini dari Sabang sampai Merauke. Tidak mengerankan kendati  ada saja kampus  yang membuka jurusan baru ini, peminatnya tetap tinggi.

Jurusan (atau Fakultas) Ilmu Komunikasi sendiri memiliki beberapa peminatan. Mulai dari Hubungan Masyarakat, Jurnalistik, Kajian Media, Penyiaran, Manajemen Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Komunikasi Korporat, Periklanan, Komunikasi Strategis, hingga Komunikasi Antarbudaya.

Nah, kali ini Kampusgw.com berkesempatan mewawancarai jebolan Ilmu Komunikasi. Kebetulan saat ini beliau aktif sebagai Konsultan Komunikasi Antarbudaya. Bidang pekerjaan yang memang menjadi passion dan panggilan hidupnya.

Kira-kira bagaimana suka dan duka menjadi konsultan komunikasi antarbudaya? Dan bagaimana perjalanan seorang Pasha Agoes menceburi bidang tersebut dari titik nol hingga menjadi “jagoan” seperti sekarang? Mari kita simak nukilan wawancara berikut ini.

 

Siapa nama lengkap Bapak?

Nama lengkap saya Pasha Agoes.

 

Apa kesibukan Bapak sehari-hari?

Saya sehari-hari bekerja sebagai Director Agoes & Agoes Management and Intercultural Consultants, sebuah education and consulting firm di bidang komunikasi dan antarbudaya. Saya juga mengajar di Binus International.

 

Bisa diceritakan latar belakang pendidikan Bapak?

Latar belakang pendidikan saya adalah S1 di State University of New York at Buffalo di bidang Communication. Setelah itu saya mengambil S2 di University of Northern Iowa (Full Scholarship) di bidang Communication Studies, dengan penekanan di Communication Education (Komunikasi Pendidikan).

 

Apakah cita-cita Bapak di masa kecil?

Cita-cita saya sempat menjadi musisi hehe….karena saya dulu bermain piano. Sekarang masih bermain, tapi sebagai hobi. Later on in life, saya menyadari bahwa cita-cita saya adalah menjadi pengajar.

 

Sebenarnya, apa panggilan hidup Bapak?

Panggilan hidup saya adalah untuk menjadi pengajar, menjadi seorang guru.

 

Di usia berapa Bapak menemukan panggilan hidup?

Saya menemukan panggilan hidup saya di umur 33 tahun.

 

Jika boleh tahu, apa misi hidup Bapak?

Misi hidup saya adalah untuk menjadi manusia yang selalu mengirimkan energi baik dan positif ke orang-orang disekitarnya. Menjadi sumber perdamaian dan selalu menciptakan hubugan yang baik melalui “kind communications”, yang berbasis “integrity” dan “authenticity”.

 

Apakah Bapak pernah “mencicipi” profesi selain konsultan komunikasi antarbudaya sebelumnya? Mengapa?

Ya, saya pernah menjadi marketing manager, tapi kurang sesuai dengan jiwa saya.

 

Apa suka duka selaku profesional konsultan komunikasi antarbudaya?

Kadang-kadang di Indonesia lebih mementingkan hal-hal teknis dan dapat dihitung, jadi seringkali tidak paham dan meremehkan pengetahuan komunikasi antarbudaya. Tugas saya adalah untuk mendidik klien saya mengenai hal ini. Apalagi di tatanan dunia kerja global dan upper management, it’s very important to have a highly-developed intercultural communication skills, knowledge, and mindset. Kepuasannya adalah, contohnya pada saat saya melihat kolega internasional dan kolega Indonesia bisa mulai memahami satu sama lain dengan lebih baik, dan menghargai satu sama lain dengan lebih baik, dikarenakan intercultural knowledge. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap kinerja, apalagi di tatanan upper management.

Apa pengalaman paling mengesankan sejauh ini sebagai seorang profesional konsultan komunikasi antarbudaya?

Pernah ada orang ekspatriat yang sangat galak dan tidak disukai. Setelah diberi intercultural session, dia lambat lain jadi lebih sering senyum, bahkan mengikuti lomba memberi pidato dalam Bahasa Indonesia.

 

Apa saja kesibukan Bapak selain di dunia komunikasi? Apakah juga aktif di bidang lain?

Saya suka menulis dan bermeditasi. Saya juga adalah partner untuk Enagic International, sebuah perusahaan Jepang di bidang teknologi dan SDM.

 

Dengan melihat usia Bapak sekarang ini, Anda telah mengantongi berbagai prestasi yang membanggakan. Sebenarnya berapa jam rata-rata Anda istirahat (tidur) setiap harinya?

Saya coba tidur sekitar 6 jam setiap harinya untuk menjaga kesehatan.

 

Apa kegiatan Anda di waktu luang?

Saya bermain dengan anak-anak dan istri saya.

 

Kalau boleh tahu, apa sebenarnya passion Bapak?

Passion saya adalah teaching, writing, editing, translating, music, and connecting with people. Being in good relations with people.

 

Di usia berapa Bapak menemukan passion?

Saya menemukan passion saya di umur 20, yaitu writing. Passion untuk teaching saya temukan di umur 27, dan menjadi panggilan hidup saya di umur 33.

 

Menurut Bapak, seorang konsultan komunikasi yang baik itu seperti apa?

Konsultan komunikasi yang baik itu selalu berkomunikasi dengan baik, penuh integritas, dan tulus. Selalu mengecek data dan sumber sebelum menyampaikan sesuatu. Berkomunikasi selalu untuk membangun pemahaman, hubungan baik, dan persahabatan. Tidak sombong, rendah hati dan bisa berkomunikasi dengan semua lapisan masyarakat. Saya suka sekali ngobrol sama satpam, supir ojek, dan penjaga warung. But I can also communicate with the highest level of management in the corporate boardroom. The most important thing for me is authenticity. Berkomunikasi dari hati. Jangan pernah jadi orang palsu. Harus dari hati. Harus tulus. Ketulusan itu membawa energi tersendiri, dan mampu mentransformasi hubungan dan keadaan.

 

Setiap orang biasanya mengalamai momen yang mengantarkannya titik balik. Apakah Bapak pernah mengalaminya? Jika ya, apa  pelajaran terbesar dari kejadian tersebut?

Pernah. Pelajaran yang saya tarik adalah: “Allah SWT yang pegang kuasa”. Jadi hidup saya ini benar-benar diatur Tuhan. Tapi, saya harus tetap berusaha, buat goals, dan berdo’a. Tapi jalan hidup kita tidak akan pernah tahu persis. Oleh karena itu harus selalu minta tolong, perlindungan, dan bimbingan dari Allah SWT. Semoga saya bisa selamat menjalani hidup saya sampai akhir. Amin.

 

Siapakah tokoh panutan/teladan Anda? Mengapa Anda mengaguminya?

Tokoh panutan saya ada banyak. Yang pertama adalah Bapak Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo. Menurut saya beliau benar-benar sukses lahir dan batin dalam hidupnya. Yang kedua adalah Triadi Joko Cahyadi, karena dia mengajarkan saya untuk selalu maju terus, berpikir dengan sederhana, dan jangan takut berbuat kesalahan.

 

Apa karakter yang harus dimiliki oleh seorang profesional konsultan komunikasi antarbudaya menurut Bapak?

Integritas, sensitivity, menyukai orang, suka membangun hubungan baik, dan tidak menghakimi perbedaan.

 

Apa arti kesuksesan bagi Bapak sebagai seorang profesional konsultan komunikasi antarbudaya?

Saya sukses jika saya dapat membuat orang lebih memahami, menyayangi, dan menghargai satu sama lain.

 

Apa arti kebahagiaan di mata Bapak sebagai seorang profesional konsultan komunikasi antarbudaya?

Pada saat kita sadar bahwa kita semua sama, tapi hanya tempat lahir dan budayanya yang berbeda-beda. Tapi sejatinya tetap manusia, ciptaan Tuhan. Saya berpegang kepada Surat Al-Hujurat ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Ayat ini menjadi landasan buat saya dalam komunikasi antarbudaya.

 

Jika waktu bisa diputar ulang, bagaimana Anda ingin memanfaatkan masa kuliah/masa muda?

Saya ingin lebih banyak belajar English Literature, atau mengambil beberapa kelas di bidang Counseling.

 

Apa pesan-pesan Bapak bagi para mahasiswa yang ingin menjadi konsultan komunikasi antarbudaya?

Belajarlah menggunakan hati. Jangan terbelenggu oleh segudang teori. Pelajari teori-teorinya tapi jangan terbelenggu oleh itu. Berkomunikasilah dengan sebanyak mungkin orang-orang yang berbeda budaya dengan kita, dan lakukanlah dengan hati dan pikiran yang terbuka. Komunikasi antarbudaya sejatinya bukan skill, tapi sebuah paradigma. Paradigma kita dalam melihat dunia, dan satu sama lain.

 

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!