Kampusgw.com

Menu

Penabur Semangat Dari Banyuasin

Kata banyak orang, pendidikan itu mahal harganya. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah karena kenyataannya di Republik ini tidak semua anak bangsa mampu mendapatkan keadilan pendidikan. Ketiadaan biaya, minimnya informasi, dan akses yang kurang mendukung senantiasa mendera para lulusan SMA sederajat berprestasi yang ingin kuliah.

Namun, bagi Edison berbagai kendala tersebut justru menjadi cambuk tantangan untuk kemajuannya. Edison lahir di Taja Raya, Banyuasin, Sumatera Selatan pada 7 Agustus 1990. Anak sulung dari dua bersaudara yang sudah menjadi yatim sejak kecil ini memiliki cerita seru untuk dibagi.

“Bapak meninggal ketika usia saya masih kecil. Oleh karena itu, di tengah segala keterbatasan, Ibu merupakan pahlawan kami. Kami hidup seadanya, pernah kita hanya ditemani oleh sambal terasi saja. Bisa dibilang hidup dibawah rata-rata hidup kala itu”

Masa SD sampai SMA

Karena ingin membuktikan pernyataan bahwa Miskin dan Tidak bisa sekolah tidak benar, Edison tidak menyia-nyiakan kesempatan belajar. Sejak di bangku SD ia sudah berprestasi dalam bidang akademik maupun non-akademik. Berbagai prestasi tersebut ditorehkan karena ia selalu percaya diri. “Saya aktif menari dan PRAMUKA di masa SD. Pernah mengantarkan tim menjadi juara pertama ketika memasak ketan ketika camping.” Kata Edison.

Memasuki SMP, perjalanan hidup Edison semakin memprihatinkan. Ia belajar di SMPN 3 Betung setelah lulus dari SDN 1 Talang Jaya Raya 1. Untuk menuju SMP, ia harus naik sepeda melewati lebatnya hutan karet beberapa kilometer. Jalanan becek dan tidak beraspal tidak membuat semangatnya surut. Lagi-lagi karena ia rajin belajar, Edison masuk dalam kelas favorit hingga mendapatkan kesempatan belajar di sekolah unggulan kabupaten. Di masa ini ia bahkan pernah menjadi juara III lomba membaca teks proklamasi.

Kemiskinan yang harus dijalani membuat dirinya hampir tidak dapat melanjutkan ke jenjang SMA. Kabar baiknya, Edison menjadi salah satu dari 6 lulusan terbaik SMP. Modal inilah yang mengantarkannya belajar di SMAN Plus Negeri II Banyuasin. Pencapaian ini tidaklah mudah karena untuk uang pendaftaran masuk SMA saja ia dapatkan dari guru karena tidak memungkinkan meminta dari ibunya.

“Desa saya berjarak beberapa kilometer dari kota Pangkalan Balai tempat saya belajar di jenjang SMA. Kurang lebih 4 jam perjalanan darat. Saya bisa belajar di SMA ini berkat bantuan seorang pengusaha – Bpk. Imron Rosyadi yang peduli pendidikan dan memberikan satu tahun beasiswa kepada saya dan senior saya di Sekolah. Bahkan, saya pun sempat tinggal di rumah pengusaha itu sambil membantu usahanya. Kemudian, Dua tahun mendapatkan Beasiswa dari KASATLANTAS Banyuasin, Bpk. Syukur Kersana ke Sekolah untuk kampanye menggunakan helm yang kebetulan pada hari itu, saya English Speech di depan kelas ”

Prestasi Edison di masa SMA tidak kalah mentereng. Ia pernah menari di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Pekan Nasional Petani Andalan di Banyuasin, menjuarai lomba pantun bersahut tingkat Sumatera Selatan, menjuarai lomba berbaris se-kabupaten dan aktif di ekstrakurikuler melukis.

Masa Kuliah

Semangat Edison untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi tidak pernah berhenti. Walaupun ia sempat hampir menyerah karena ketiadaan dana untuk mendaftar. Beruntung, ia mendapatkan informasi beberapa program beasiswa dan kemudian mendaftarnya. Ia pun diterima di program beasiswa ATIP Padang dan Paramadina Fellowship. Setelah dipikir masak-masak, ia memilih kuliah di Universitas Paramadina Jakarta.

Edison mengambil jurusan Manajemen dan diharuskan tinggal di sebuah asrama dari program Paramadina Fellowship. Kesempatan belajar di ibukota ini tidak disia-siakan begitu saja. Di semester I ia sudah dipercaya menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Manajemen. Semester berikutnya ia aktif di unit kegiatan mahasiswa yaitu tari – T-Ta Paramadina. Dan berturut-turut membawa harum nama Indonesia dalam festival tari tingkat dunia di Polandia, Perancis dan Uni Emirat Arab. Ia juga aktif di beberapa organisasi sosial yang bergerak dalam bidang hak asasi manusia dan pendidikan budaya.

Perjuangan Edison terbayar ketika ia lulus tepat waktu, 4 tahun lamanya dengan predikat ‘terbaik’ di jurusan. “Kalau ingin maju maka majulah. Jangan mendengarkan kata orang lain yang menghalangi langkahmu.” Pesan Edison untuk teman-teman Kampusgw.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!