Kampusgw.com

Menu

Peraih Beasiswa Bidik Misi dengan Segudang Prestasi

“Siapa sangka sebuah mimpi kuliah di Kota Pelajar, Yogyakarta menjadi kenyataan. Berbekal niat menimba ilmu dan didukung beasiwa Bidik Misi mampu mengantarkan Ahmad Agung Masykuri untuk belajar di Universitas Negeri Yogyakarta.”

Pemuda kelahiran Kediri, 26 Januari 1995 ini diterima menjadi mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta sejak tahun 2013. Anak bungsu dari tiga bersaudara yang hobi membaca buku, menulis, dan desain grafis ini menuturkan kisah perjuangannya ketika merantau untuk berguru ilmu di Yogyakarta. Agung, sapaan hangat dari teman-temannya adalah alumni SMA N 2 Pare, Jawa Timur. Putra dari Bapak Makmur (alm) dan Ibu Siti Munifah ini tidak menyangka pada akhirnya diterima di Jurusan Pendidikan Geografi melalui SNMPTN dan meraih beasiswa Bidik Misi. Padahal, sejak kecil ia bercita-cita menjadi seorang programmer atau developer perangkat lunak. Tetapi seiring berjalannya waktu ternyata pengalaman organisasi dan hobi yang ia tekuni mengarahkan ke geografi. Melihat alam yang luas, tempat-tempat terbaru dan tentunya ada sensasi untuk merasa asing di tempat yang baru tersebut menjadi beberapa alasan mengapa memilih geografi. Apalagi, geografi menjadi unik karena merupakan perpaduan rumpun ilmu alam dan sosial.

Ahmad Agung Masykuri Bersama Keluarga

Ahmad Agung Masykuri Bersama Keluarga

Sosok yang dewasa dan mampu berpikir visioner itulah yang tergambar di wajah mahasiswa berkacamata ini. Bercerita tentang hal yang mendewasakannya mungkin diawali sejak ayahnya meninggal dunia ketika masih duduk di SMP kelas 1. Dengan keadaannya sekolah di RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) kala itu, sedangkan kedua kakaknya sedang kuliah di Yogjakarta (Statistik UGM dan Pendidikan Bahasa Inggris UNY) membuat keluarga mendadak harus berfikir panjang untuk kehidupan selanjutnya.Dia pun mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sehingga dapat melanjutkan sekolah di SMP sedangkan kedua kakak saya mendapatkan beasiswa di kampus.Mulai saat itu, yang awalnya berangkat ke sekolah di antar jemput oleh bapak yang jaraknya kurang lebih 10 km. Pada waktu itu, naik angkot antar kabupaten selama satu tahun. Setelah itu sampai SMA kelas 3, lebih seringnya naik sepeda dengan jarak yang sama.

Penyuka novel-novel Tere Liye ini menceritakan awal mula meraih beasiswa Bidik Misi. “Dapat beasiswa bidikmisi itu pasti awalnya seleksi dulu di sekolah. Ketika SMA ia juga dapat beasiswa untuk keluarga kurang mampu, akhirnya dapat lolos seleksi pula untuk bidikmisi.Awalnya saat SNMPTN milihnya UGM sama ITS Surabaya, hanya saja karena saat itu ibu masih belum ridho akhirnya SNMPTN belum lolos,” tuturnya. Dulu pernah daftar ISI sama MSD (Modern School Design). Paginya dapat pengumuman lolos MSD melalui jalur prestasi dan sorenya juga dapat pemberitahuan lolos SNMPTN ke UNY Jurusan Pendidikan Geografi. Ia pun memutuskan untuk memilih jurusan yang akan mencetak guru geografi SMA ini. Jika ditanya mengapa Jogja? Alasannya karena ikut jejak kakak yang semuanya lulusan universitas di Jogja. Selain itu, tidakterpikirkan juga untuk kuliah di Jawa Timur seperti di Surabaya, Malang, atau Jember.

Banyak pengalaman berkesan yang ia rasakan ketika awal-awal menjadi mahasiswa. Pengalaman berkesan adalah bisa presentasi ke Unair Surabaya untuk lomba Esai. Pertama kali bisa menjadi finalis setelah banyak sekali gagal ikut lomba di bangku SMA. Mulai dari finalis di Surabaya inilah, awal dari segala kesuksesan yang lain. Seperti juara poster di FK UNS, meraih penghargaan Prestasi Mahasiswa UNY 2014 dan 2015, delegasi koordinator gerakan menulis UNY di gerakan menulis DIY-Jateng yang dilaksanakan di Semarang (Kemendikbud) dan masih banyak pengalaman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Salah satu pengalamannya yang menginspirasi dan menyentuh hati adalah saat presentasi di UNS untuk lomba essay islami. “Saya saat itu mengangkat tema tentang tujuan dan arah kemana manusia itu akan berhenti. Maka saya memetik kalimat doa iftitah dalam sholat yang artinya ‘Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah karena Allah SWT semata’. Kalimat ini yang selalu menjadi pegangan saya dalam beraktivitas dimanapun dan kapanpun,” jawabnya. Pengalaman pahit-manisnya saat belajar di UNY salah satunya ketikapernah “diusir” sama penjaga rental komputer karena mau tutup sedangkan esai untuk perlombaan belum selesai. Pada saat itu, belum punya laptop sendiri.Kalau manisnya bisa jalan-jalan ke beberapa daerah di Pulau Jawa untuk perlombaan dan untuk praktik lapangan geografi.

Mahasiswa yang tinggal di kos daerah Samirono ini bercerita pengalamannya dalam beradaptasi di tempat rantauan. Siasatnya ya seperti orang yang berpuasa. Walaupun perlu (makan/minum) tetapi waktu (buka) belum diizinkan, harus bersabar (masalah finansial).Begitu pula tentang bahasa dan lingkungan, berpuasa memberikan nuansa menebar kebaikan. Menyapa duluan walaupun tidak kenal. Karena memang itu tetangga kita. Mulai berbicara sesuai tata perilaku di masyarakat (bahasa Jawa krama) karena memang lingkungan kos-kosan kebanyakan lebih sering bertemu dengan penduduk sekitar.

Perjalanan pemuda yang bercita-cita menjadi ilmuwan Islam mendunia untuk dapat meraih berbagai penghargaan dan prestasi luar biasa selama menjadi mahasiswa ini tidak mudah. Tantangan menyeimbangkan prestasi akademik, organisasi, dan prestasi ekstrakurikuler telah membawanya untuk berproses. Kutipan “Allah selalu bersama kita (allahu ma’ana)” menjadi peletup semangatnya selama berjuang meraih prestasi. Ia pu menyampaikan, “Prosesnya mah panjang mas, hanya satu sih, ridho ibu di kampung halaman. Entah ikut apapun kegiatannya, pasti izin dulu sama ibu. Kalaupun nggak punya pulsa, setidaknya laporan dulu sama Allah SWT (Sang Pemilik Hidup) untuk mendapatkan ridho-Nya. Berusaha sebaik mungkin, walaupun nanti gagal itu berarti jatah gagal kita berkurang satu demi satu. Selama kita berkeyakinan, Allah SWT selalu bersama kita selama kita berkhusnudzon kepada-Nya.”

Baru-baru ini Ahmad Agung Masykuri meraih predikat Juara 2 Mahasiswa Berprestasi di Fakultas Ilmu Sosial UNY. Tentu ini tidak lepas dari capaian prestasinya. Berbagai prestasi yang berhasil ia torehkan sampai tahun 2015 antara lain : Juara 2 Poster HUT Reality FIP UNY, Juara 2 Poster Metamorphosa FK UNS Tingkat Nasional, Juara 2 Poster UMY Accounting, Juara 1 Poster Eksis UNNES, Finalis Poster IEPC IPB, Juara 1 Lomba Menulis Surat Perubahan AUBMO UNAIR, Finalis Lomba Essay AUBMO UNAIR, Finalis Lomba Poster Universitas Jember, dan lain sebagainya. Menurut penyuka film Kingdom of Heaven ini, rahasia sukses adalah menjadi anak yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah.Anak sholeh yang berbakti kepada kedua orang tua dan mendoakan kebaikan mereka.Hambatan terbesar untuk meraih kesuksesan adalah tidak bisa menjadi lebih baik dibandingkan dengan hari kemarin. Merugi, jika seseorang hanya bisa sama dengan dirinya di hari kemarin.

Pemuda yang mempunyai obsesi ”Melahirkan dan mendidik generasi emas Islam, seperti Ibnu Sina, Ibnu Batutah, Imam Syafi’ie” ini memberikan resep manajemen waktu. “Selama sholat berjamaah di masjid beres, semuanya beres,” tuturnya. Jadi selama hal-hal yang memang wajib sudah diselesaikan, yang diselesaikan selanjutnya adalah hal-hal yang sekiranya perlu segera diselesaikan.Agung pun saat ini mempunyai mimpi untuk segera menerbitkan buku ke-2 nya semoga menjadi buku best seller nasional.

Agung memberikan tips-tips untuk adik-adik SMA agar semangat melanjutkan di bangku kuliah dengan beasiswa. “Kita tidak pernah salah kamar. Rezeki sudah Allah yang mengatur semuanya. Tinggal bagaimana kita berusaha dan berdoa. Sebab, kedua-duanya adalah langkah yang paling mujarab untuk dilakukan. Selalu berbaik sangka dengan keadaan yang sedang atau pun yang telah terjadi. Sebab, proses pendewasaan kitalah yang mengarahkan kita kepada keputusan-keputusan kita.” Dari kisah peraih beasiswa Bidik Misi ini kita belajar bahwa untuk meraih segudang prestasi tidak hanya sebatas bermimpi, tetapi perlu perjuangan keras, doa yang selalu terucap, dan tentunya ridho dari orang tua.

Sukses itu ketika bisa suksesnya bersama-sama dengan orang lain, teman dan keluarga.

– Ahmad Agung Masykuri –

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!