Kampusgw.com

Menu

Perjalanan Cut Nyak Dhien Masa Kini Dari Aceh

Well”, nama saya Ida Fitria. Dulu biasa dipanggil Fitri atau Ida waktu kuliah di Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh (June 2007-2011). Saya asli Aceh, lahir 25 Mei 1988 di sebuah Desa Kecil di Kabupaten Pidie yang sehari-harinya ke sekolah dengan sepeda mini ke SMP/SMA kecamatan yang berjarak sekitar 15 menit, dengan kecepatan mendayung sepeda “moderate.” Alhamdulillah dulu hampir tiap hari terlambat dan mendapatkan hukuman dari kepala sekolah karena pintu gerbang sekolah sudah ditutup. Pulang sekolah sehari-hari mengaji di pesantren tradisional memakai kain sarung, hampir 20 tahun berbahasa tradisional Aceh bahkan jarang sekali menggunakan bahasa Indonesia.

Alhamdulillah, sekarang saya sedang sekolah S-2 di Malaysia melalui beasiswa Pemda Aceh dengan “full free”. Yeah, semua akomodasi ditanggung.. such a lucky life I have… ? ini merupakan puncak keemasan dalam hidup saya yang tidak pernah ada dalam target. Ini saya anggap sebagai hadiah terindah dari Allah karena usaha dalam kehidupan sebelumnya.

So, yang ingin saya bagikan di sini perjuangan saya waktu S-1 di Aceh yang diiringi dengan kerja part-time menjadi apa saja.. moto, “ngga pake gengsi kalu kerja, yang penting halal”.. heheh.. sebenarnya saya sudah terbiasa dididik untuk mandiri sejak SD. Jadi dari dulu Almarhumah ibu saya sudah mengajarkan untuk mengatur uang sendiri. Waktu SD-SMA saya diberikan modal untuk buka usaha kecil-kecilan menjual es manis seharga Rp.100 saat itu. Padahal kedua orang tua saya dulu adalah PNS, di kampung kehidupan kami bisa dikatakan cukup, atau lebih dari cukup. 2004 ibu saya menghadap yang Kuasa dalam tragedi Tsunami dan 2 tahun setelahnya bapak saya menyusul karena sakit diabetes tepat di hari pengumuman saya lulus ke universitas. Sepeninggal kedua orang tua saya, tidak ada tabungan yang berarti yang ditinggalkan karena masa itu biaya besar diperlukan untuk pengobatan bapak sakit. Tahun 2007, dimulai dengan hidup mandiri!

Selanjutnya saya melanjutkan S-1 di Banda Aceh dengan sokongan beberapa saudara orang tua. Mereka selalu memberi dukungan apa saja, tapi saya tidak mau membebani. Saya tidak pernah menolak setiap pemberian dari mereka, tetapi dalam fikiran saya akan hidup mandiri di Banda Aceh dengan penghasilan sendiri. Semester 1, saya orang satu-satunya yang melamar kerja di salah satu TPA dekat dengan kamar sewa (kost). Sebenarnya saya tidak punya pengalaman untuk menjadi ustadzah tetapi dengan harapan mungkin diterima saya selalu mencoba. Tidak ada kata menyerah sebelum mencoba, kalau orang lain bisa saya juga pasti bisa.. toh sama-sama manusia. Then, luckily saya diterima dan lulus seleksi dari 16-an calon. Penerimaan hanya sekitar 6 orang saat itu.

Di awal melamar pekerjaan, kita tidak perlu melihat berapa gaji yang akan kita dapatkan tetapi yang terpenting adalah pengalaman awal yang lebih dari gaji untuk langkah selanjutnya. Bayangkan saja, gaji pertama yang saya dapatkan saat itu hanya Rp.7000,-/hari. Di tahun 2007, uang sebanyak itu hanya bisa untuk sekali makan siang. Dan percaya atau tidak, bulan pertama saya menerima sebuah amplop penghasilan pertama saya di Banda Aceh benar-benar hanya Rp.7000,-, itu karena bulan pertama, sebagai training, saya banyak izin tidak masuk karena terbentur dengan jadwal kuliah sehingga di bulan kedua digantikan untuk bulan pertama dan hanya sisa satu hari yang dibayarkan gaji. Tetapi mengajar di TPA adalah ibadah tersendiri sebagai tabungan lain di sisi yang Maha Esa. Namun, saya tidak berhenti di situ saja, begitu saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru di sebuah biro psikologi, saya pun orang pertama yang ke sana. Heheh..

Kerja kedua sudah didapatkan, menjadi guru bimbingan belajar di biro psikologi yang kebetulan mencari mahasiswa psikologi untuk menjadi tenaga kerja di sana. Meskipun jarak tempat agak jauh, itu tidak menjadi masalah karena merupakan kesempatan kerja yang sangat sesuai dengan jurusan saya. Saat itu ada sekitar 8 orang kawan saya juga ikut ke sana untuk mencoba kerja. Seperti biasa, bulan pertama tidak dibayar sebagai training. Kerja yang sangat padat dan melelahkan saya dapatkan di sana, membuat laporan psikologis anak setiap hari, scoring beberapa psikotes untuk penerimaan PNS dari beberapa instansi di Aceh, outbond untuk anak-anak, rapat di malam hari dan kerja lembur yang lainnya membuat banyak teman saya yang mengundurkan diri. Akhirnya yang bertahan hanya 2 orang, saya dan kawan sejawat yang juga mahasiswa psikologi. Bekerja penuh waktu dan gaji tak seberapa banyak membuat orang memilih keluar. Moto saya adalah “bertahan sampai selesai”. Konsisten dengan keputusan yang saya buat diawal. Saya mendapatkan kontrak 6 bulan kerja dengan gaji maksimal per-bulan Rp. 850.000-, sesuai dengan program yang kita ambil. Untuk mendapatkan gaji dalam bilangan tersebut, saya rasa harus melupakan kuliah saya dan mengambil program full day. Kesibukan mulai terasa sekarang, menjalani dua kerja sekaligus dengan salah satunya memiliki jadwal strict.

Gaji pertama saya saat itu Rp.600,000. Hari pertama saya memegang uang dari hasil jerih payah sendiri terasa wow! Dari Rp.7000 ke Rp.600.000,- Masyaallah, sepanjang jalan saya hanya tersenyum dan terus membayangkan hasil jerih payah itu, terasa sangat nikmat kawan.. hehehe.. bagaimanapun susahnya, saya akan bertahan mengingat rasa ini. Well, karena saya sudah sangat sibuk sekarang sehingga TPA mulai terbengkalai, tetapi kuliah masih OK, Alhamdulillah tidak pernah ada masalah, bagaimanapun sibuknya kuliah tetap prioritas.

Dilema pertama saya rasakan saat itu ketika akan meninggalkan satu pekerjaan dan harus memlih. Pilih dunia atau akhirat. Hehehe, akhirnya saya mengganti jabatan saya di TPA menjadi volunteer yang tidak perlu dibayar karena saya mulai kewalahan mengatur waktu. Tetap saja di hari-hari pertama saya merasa galau karena saya sudah mencabut prinsip, tidak akan mengundurkan diri. Setelah beberapa lama, jadwal kuliah pun semakin padat, saya terikat kontrak kerja, TPA pun saya tinggalkan menjelang akhir semester 1. Hal yang sangat tidak saya sangka IPK pertama saya di Fakultas Kedokteran ini 3,9. Sungguh terharu mengucapkan syukur.

Semester 2 saya masih bekerja seperti biasa. Tiba-tiba tawaran tak disangka-sangka kembali datang. Saya terpilih untuk menjadi guru privat anak Gubernur Aceh melalui biro saat itu. Masyaallah, saya hanya bermodalkan kemampuan untuk mengajar siswa SD dengan ingatan semampu saya. Saya tidak muluk-muluk harus mengajar anak SMP atau SMA, yang penting bisa maksimal. Jadi saya memilih menjadi guru anak SD atau TK pun tidak masalah. Hari-hari baru dimulai dengan menjadi guru privat eksklusif sekarang. Wow.. hehehe.

Modal hanya satu, meskipun saya berasal dari SD di kampung and SMP/SMA dari kecamatan, tapi sangat confident untuk kembali ke masa itu. Anggap saja kita kembali belajar setingkat SD di umur universitas, apa susahnya. Niatkan dan positifkan diri! Jangan terlalu banyak fikir, kerja dulu baru evaluasi, jangan kelamaan evaluasi tak jadi kerja. Gaya harus selalu seperti expert meskipun sebenarnya tidak. Tak ketinggalan, gaya harus menjual,” kata bos saya di Biro. Juga fleksibel, menyesuaikan diri dengan tempat bekerja. Saat itu kehidupan seorang gubernur sama sekali berbeda dengan saya. Namun saya tetap cool, karena toh sama-sama juga sebagai manusia biasa.

Bekerja dengan “orang besar” memerlukan kebijakan yang besar, segala macam pengalaman yang luar biasa dan di luar dugaan didapatkan di sini. Kembali ke moto awal, bertahan dan tidak akan mengundurkan diri, meskipun kadang harus lembur dari siang sampai malam atau harus menginap. Kadang-kadang pulang malam dengan motor dan kemudian basah karena hujan, tak tertahankan akhirnya menangis juga. Untung hujan menutupi airmata saat itu. Tapi itu bukan masalah besar, hanya perasaan sensitif saat hujan turun dan mendramatisir keadaan. Mulai saat itu saya mengajar jadwal malam kadang sampai jam 23.30 WIB karena anak-anak memiliki banyak “pekerjaan rumah.” Kali ini saya benar-benar konsisten, masih dipercayakan untuk mengajar di sana sampai saya harus mengundurkan diri karena lulus beasiswa S-2 ke Malaysia. Saat itu “murid les privat” saya menjelang kelulusan SMP dan masuk SMA. Wah tidak terasa hampir 4 tahun di sana. Gaji yang lumayan lebih dari cukup untuk 4 tahun sudah menjadikan saya sosok yang sangat mandiri. Sejak saat gaji pertama itu dimulai, saya hidup mandiri tanpa kekurangan sesuatu apapun. Terbiasa bekerja, saya masih mempunyai waktu siang sampai sore untuk melirik pekerjaan yang lain. Tidak berhenti di sini. Heheh.. yang diingat adalah rasa bahagia saat dapat gaji pertama, tidak pernah mempertimabangkan adegan air mata dalam hujan.

Di sela-sela waktu, saya juga selalu melihat kesempatan untuk kerja yang tidak terikat. Saat itu saya sedang mengantarkan kawan saya ke Badan Pusat Statistik (BPS) untuk melamar menjadi PNS dengan ijazah SMA. Saya ke sana hanya untuk membantu proses pendaftaran. Di saat seperti ini, menulis Surat Permohonan dengan tulisan tegak bersambung adalah kesempatan emas. Kebetulan tulisan tegak bersambungku lumayan bisa dipakai. Lagi-lagi, kualitas moderate dan saya hanya duduk di kaki lima untuk menulis Surat Permohonan untuk teman saya itu. Tiba-tiba dua orang datang dan menyapa saya, bertanya “berapa selembar kak?”. Lho, saya kembali cool dan dengan adaptasi dalam detik menjawab, “seperti biasa, Rp.10.000,-“.. hihi.. kerja tidak sengaja pun saya lanjutkan. Itu pengalaman tak terduga dan sangat mengesankan. Saat saya terbiasa mengajar di rumah Gubernur sebagai mahasiswa Psikologi sekarang saya duduk di kaki lima menulis manual Surat Permohonan tegak bersambung. Orang mulai berkumpul mengantri. Ada yang marah, ada yang sabar, ada yang membentak, bermacam-macam. Tetapi memang waktu itu saya cukup “cool” untuk menjadi kuli menulis. Kewajibannya, customer service yang bagus. Cukup manis untuk dikenang sekarang.

Dalam waktu luang lain, saya juga ikut mempromosikan inai pengantin melalui teman dan Facebook. Untuk kerja yang satu ini, keterampilan dan bakat seni sangat diperlukan. 1 hari mendapatkan Rp.100.000,- dan rata-rata pengantin akan perlu 3 hari untuk inai pengantin. Ini merupakan kerja sambilan yang paling saya sukai. Pernah satu minggu saya mendapatkan tawaran yang bertubi-tubi sampai menghasilkan uang Rp.600.000 dalam 6 hari. Lagi-Lagi, peningkatan penghasilan. Sekarang benar-benar saya seperti business woman yang tidak pernah duduk. Semua tugas kuliah dikerjakan pulang mengajar atau akan duduk untuk tugas presentasi sampai pukul 4 pagi. Waktu bukan masalah, yang penting mau dan menikmati pekerjaan dan situasai apa saja yang kita lewati. Seringnya saat itu saya mulai belajar untuk mata kuliah terutama saat presentasi. Saya baca slide show, dicerna saat itu juga dan dijelaskan kembali. Hehe.. Nobody knows…baru baca di situ.. yang penting apa? “Tetap cool dan gaya menjual. Jangan mengeluh.. santai saja.. pasti bisa..” Untuk bekerja lebih dari satu tempat dan menjadi sangat sibuk, meskipun terasa berat di awal, paksakan minimal sampai 30 hari, kemudian tambah jadi 45, 60 sampai seterusnya. Kesibukan itu menjadi kebiasaan sehingga tidak terasa bahwa kita belajar mengatur waktu secara otomatis. Jangan dirasa-rasa, jalani saja, lama-lama menjadi kebiasaan.

Sejauh ini IPK masih stabil, organisasi tetap jalan, dan uang semakin lancar, CV semakin penuh dengan hal-hal yang wow…recommended!!! Ups… ada juga, jangan lupa melirik papan beasiswa setiap semesternya. Alhamdulillah selama kuliah S-1 juga dapat beasiswa sampai 3 tahun meskipun persemester hanya Rp 1.500.000. Tetap sangat membantu setidaknya mengisi tabungan. Kawan-kawan yang membawa mobil ke kampus dan tinggal dengan orang tua saja sudah memanggil saya orang kaya.. haha.. maka jadi semakin kaya. Biar jangan bosan baca harus ada kalimat nonsense-nya sedikit. Uang lagi, lagi dan lagi. Mencari uang itu jangan terperosok dalam pola pikir bahwa saya terpuruk. Tidak ada yang membiayai sehingga harus banting tulang dan menyedihkan. Tapi coba tukar pola pikir bahwa mencari uang itu karena memang saya suka mencari uang dan menikmatinya. Jangan pelit untuk mentraktir kawan kalau mendapatkan gaji dan sering-seringlah membagi rezeki karena itu kana menambahkan rezekimu. Dimulai dari saya gila mencari uang ini, saya sudah menjadi super sibuk! Satu lagi, Tidak pacaran! Menghabiskan waktu untuk mencari uang alias kerja. Kemudian hari-hari berjalan terasa biasa bahkan sama sekali tidak merasa kewalahan lagi, semakin bjiak.

Di pertengahan semester 5, suatu hari di kampus dibuka tawaran magang di sebuah lembaga sosial untuk menjadi konselor untuk anak-anak jalanan. Dengan penuh percaya diri saya lagi-lagi orang pertama yang melamar ke sana. Sempat terlintas, sekarang saya sudah punya satu kerja tetap dan terikat apa mungkin sanggup menambah satu lagi pekerjaan yang juga terikat? Tapi ini kesempatan baik. Ok, lets we try it. Kesempatan ini hanya untuk satu orang saja, dan harus melewati beberapa tes wawancara. Nah, sekarang saatnya melampirkan usaha di masa lalu untuk rekomendasi kesempatan ini. Riwayat Hidup yang hampir 3 halaman dengan pengalaman kerja yang runut dan konsisten itulah yang kemudian membuat saya terpilih dari seluruh teman seangkatan yang juga ikut mendaftar. Ragu diawal ya, tapi saya sudah bertekad, sudah ambil keputusan, konsisten, bertahan, bertanggung jawab. Sekarang bekerja dalam bidang yang benar-benar di ranah Psikologi.

Menjadi pegawai magang kontrak di lembaga sosial pemerintah bagi mahasiswa semester akhir bukan kesempatan yang sembarangan. Lagi-lagi ini dari Allah. Saya mulai menjadi konselor untuk anak-anak jalanan dan korban pelecehan seksual dan beberapa kasus lain. Ini merupakan kerja yang paling menantang dan menguras energi fisik dan psikis. Bahkan minggu pertama saya hanya mendapat “nightmare” tentang pengalaman traumatis anak-anak di sana. Penerimaan yang berbagai macam juga sangat menguras emosi dan energi. Tapi tetap saja, harus bertahan dan menikmati pekerjaan. Di sisi lain, hidup terasa lebih berharga ketika berada dan mendengarkan keluh kesah mereka.

Alur indah dalam kehidupan saya dimulai dalam bulan ke dua ketika saya mulai beradaptasi dan menempatkan diri sebagai pendengar dan kawan bagi mereka. Juga bagaimana berinteraksi dalam dunia kerja dengan sesama pegawai yang lain. Tidak banyak orang seberuntung saya yang sorenya pergi ke tempat anak jalanan yang nasib mereka jauh di bawah saya kemudian pulang pindah ke istana megah rumah Gubernur sebagai guru privat yang masih saya jalani. Hidup ini terlalu indah untuk dikeluhkan dari kaca mata kekurangan yang kita miliki. Ini merupakan perasaan terhebat ketika saya meninggalkan panti asuhan setiap harinya dan mengubah pola pikir dari konselor anak jalanan sekarang akan jadi guru eksklusif. Saya tidak pernah mengubah diri saya. Hanya cara dan sajian ajaran yang ditawarkan disesuaikan dengan kebutuhan anak. Pesanan inai pengantin juga masih selalu diterima saat ini. Hehehe.

Di tahap ini saya beberapa kali mengorbankan kuliah untuk bekerja tetapi tidak melebihi batas. Saat belajar adalah saat berada di kelas, mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan dosen seperti menonton film sehingga waktu ujian dengan mudah mengulangnya. Fokus! Selama IPK masih stabil, saya cool saja. Tetapi tidak berniat untuk menambah pekerjaan lagi. Alhamdulillah pekerjaan ini saya jalani sampai akhir. Harus legowo mengundurkan dari hanya karena mendapatkan beasiswa S2 ke Malaysia. Mendapatkan apresiasi lulusan pertama dengan nilai terbaikm, Cum Laude. Pun menjadi mahasiswa yang pertama kali disidangkan dengan nilai A skripsi. Nikmat mana lagi yang diingkari sekarang? Life gone complete and perfect!!! Berhasil lulus dengan masa studi 3 tahun 8 bulan sebagai mahasiswa pertama di angkatan pertama yang saat itu hanya berjumlah 4 orang. Hal yang sempat saya ragukan selama kuliah.

Alhamdulillah, di akhir sesi pertama dalam keindahan perjuangan ini, saya mendapatkan 3 tawaran: akan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika masih sanggup bertahan di Dinas Sosial sebagai konselor, melanjutkan tawaran kerja di rumah Gubernur, berangkat ke Malaysia untuk S-2 hidup ditanggung pemerintah. Bagi saya ini adalah liburan terindah, hanya kuliah tanpa bekerja. Setelah minta izin dari kepala Dinas Sosial dan ibu Gubernur saya terbang ke Malaysia untuk melanjutkan S-2 di minggu kedua saya lulus dari S-1. Ini merupakan di luar target, hal yang tidak pernah terpikirkan. Apa lagi kalau bukan karena Allah selalu melihat usaha hamba-Nya.

Sekarang saya sudah di semester akhir untuk program master di sini. Akan segera menyelesaikan tesis dalam waktu dekat untuk melanjutkan tahapan hidup selanjutnya. Selama di Malaysia, saya sudah mendapatkan terlalu banyak sertifikat: menjadi sekretaris untuk International Students Program, mengkoordinasi minggu orientasi siswa internasional, promosi budaya Aceh-Indonesia, dan presentasi penelitian di beberapa konferensi internasional dan banyak lagi pengalaman yang unbelievable saat saya mendapatkan sesuatu dari “dunia”, pengakuan, espektasi, penghargaan, ujian, masukan, kritikan, kepercayaan, dan banyak sekali hal yang lebih dari sekedar akan mendapatkan gelar Master di umur 25 ini. Insyaallah. Salah satu artikel terbaru saya sudah diterbitkan dalam proceeding dalam jaringan dengan ISBN yang bisa diakses di sini.

Ini merupakan prestasi di luar rencana, menulis dalam bahasa Inggris kemudian diluncurkan nama di Google bahkan tidak ada dalam mimpi. Tapi saya dalam kawasan ini sekarang. Subhanallah! Saya buka orang yang suka membaca dan ikut les ke sana-sini untuk meningkatkan bahasa Inggris. Yang saya pikirkan adalah “kalau orang lain bisa, saya pun bisa, sama-sama manusia.” Saya baru mengambil kursus bahasa Inggris pada Februari 2013 di kampung Inggris Surabaya karena masih kewalahan dengan tata bahasa.

Saya bukan tipe orang yang “prepare” tapi “on the spot” dan “focus” apa yang diperlukan sekarang. Tidak terlalu bermimpi dan mengandai-ngadai yang belum didapatkan. Tetapi bagaimana memaksimalkan yang sudah didapatkan. Here and now! Focus dan maksimal dengan apa yang didapatkan sekarang. Dulu saya tidak pernah bercita-cita untuk menjadi seorang ilmuan psikologi. Cita-cita saya sederhana: menjadi guru bahasa Inggris untuk anak SMP dan SMA. Kemudian saya ditakdirkan di bidang Psikologi. I’m OK and happy. Saya rencananya mau menjadi psikolog klinis. Ditakdirkan mendapatkan Master by Full Research, I’m OK and happy. Orang bilang Malaysia sama seperti Indonesia, I’m OK and Suhanallah. I got everything here. Kuncinya adalah bagaimana membuat Malaysia atau Indonesia menjadi jendela dunia bergantung pada pemain perannya. So the last message, “No matter we start from moderate, then focus, maximal, istiqamah, Insyaallah u can make it extraordinary”. Keluar dari batas yang difikirkan orang-orang dengan optimis dan percaya diri, stay cool.

Salam, tetap semangat, keep smiling..
Tersenyumlah dari hatimu, karena hati mampu mengubah pikiranmu (Ida Fitria, 2013)

Categories:   Sosok

Comments

  • Posted: Jul 18, 2013 01:27

    fadhillah

    subhanallah...amazing sister...:) *always smiling...:)
  • Posted: Jul 23, 2013 03:53

    zulfikar

    I love your way, you never give up in anything kmu membanggakan anak pidie yg laen,, tq so much about your experience

error: Content is protected !!