Kampusgw.com

Menu

Agung Dwi Hardiansyah: Sarjana Farmasi Yang “Bersinar” Di Bidang Penyiaran

                 Dunia memang menawarkan ribuan profesi. Bisa jadi lebih dari itu. Nah, setiap profesi tentunya menawarkan suka dan duka tersendiri. Tantangan yang dihadapi. Masalah yang ditemui. Pun segala pernik yang mengiringi.

Motivasi individu untuk menekuni profesi tertentu beragam sekali. Ada yang tergiur karena uang. Ada yang tertarik karena ketenaran. Ada yang cenderung mengejar kekuasaan. Sebagian memilih karena berbagi. Sebagian lainnya mengambil karena passion. Beberap orang menentukan karena asas pengembangan diri. Dan seterusnya. Intinya, keputusan individu begitu subyektif.

Agung Dwi Hardiansyah adalah salah satu sosok inspiratif di bidang penyiaran. Sewaktu kuliah, ia pernah mencoba berbagai macam pekerjaan. Pasalnya, minatnya memang tidak hanya satu.

Seiring waktu berjalan, Agung Dwi Hardiansyah tidak lagi menjalani profesi secara parelel. Namun, ia memutuskan untuk fokus pada  satu bidang yang dikenal dengan penyiaran. Sebuah ceruk yang memang sesuai dengan passion, minat, dan tipe kepribadiannya.

Uniknya, ia bukanlah jebolan Ilmu Komunikasi, Sastra, atau Humaniora. Melainkan Sarjana Farmasi yang begitu lekat dengan Kimia.

Nah, penasaran kan dengan Agung Dwi Hardiansyah? Siapa sih sosok yang satu ini? Bagaimana liku-liku karirnya? Dan apa saja pesan-pesannya untuk sahabat Kampusgw.com? Simak nukilan wawancara berikut ya.

 

 

Siapa nama lengkap Bapak?
Agung Dwi Hardiansyah.

 

Apa kesibukan Bapak sehari-hari?

Singkatnya, saya adalah seorang jurnalis. Namun kini saya bekerja di salah satu media televisi sebagai seorang News Producer sekaligus News Anchor dalam program yang sama.

 

Apakah cita-cita Bapak di masa kecil?

Menjadi pewayang, pilot, polisi, dokter, tentara, koki, hingga presiden. Waktu kecil, saya termasuk anak yang banyak maunya, mungkin karena cita-cita tersebut tergambar hanya karena ragam tontonan atau buku bahan ajar yang pernah saya baca di masa kecil. Dan semua hal yang saya lihat selalu tampak keren di masanya, saya selalu ingin menjadi semua itu. Namun kenyataan berkata lain, di usia remaja, sambil sekolah dan kuliah saya malah mencicipi rasanya mengenyam berbagai pekerjaan sampingan seperti menjadi penjual yoghurt, penjaga warnet, penjaga toko distro, usaha event organizer, pemain band cafe, siaran radio, hingga wartawan media cetak.

 

Sebenarnya, apa panggilan hidup Bapak?

Saya sebetulnya sangat suka berbagi. Dalam arti yang lebih luas, berbagi di sini tidak hanya berbentuk materiil tetapi juga secara spiritual, intelektual, dan lain sebagainya. Namun pada perkembangannya, kini saya hanya berbagi jika diminta, karena ternyata tidak semua orang ingin diberi. Panggilan hidup saya adalah untuk berbagi, kepada pihak yang tepat. Dalam hal ini, pihak yang “tepat” bisa jadi memang orang yang membutuhkan, sesama manusia, makhluk hidup, maupun alam sekitar. Di antara segela jenis berbagi, saya paling menyukai berbagi ilmu. Bukan berarti saya memiliki banyak ilmu, namun karena saya juga masih selalu tergerak untuk mencari ilmu. Jadi, saya akan dengan senang hati membagikannya walaupun yang saya miliki hanya sedikit.

 

Di usia berapa Bapak menemukan panggilan hidup?

Lupa tepatnya kapan, namun dengan profesi saya sekarang sebagai jurnalis, panggilan hidup untuk berbagi ini seakan menjadi lebih mudah dikerjakan. Media berperan besar dalam sebuah kontrol sosial karena memiliki impact yang besar terhadap khalayak. Satu kali saja berbicara di depan kamera, ada ribuan bahkan mungkin ratusan ribu telinga yang mendengarkan ketika itu disiarkan. Saya kira ilmu bisa terdapat di mana saja, termasuk dalam sebuah informasi yang saya sampaikan melalui media penyiaran televisi.

 

Apakah Bapak pernah “mencicipi” profesi selain MC dan Pembawa Acara TV?

Pernah. Selain sejumlah pekerjaan sampingan yang pernah saya enyam selama masa sekolah dan kuliah sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, saya juga sempat bekerja untuk salah satu laboratorium uji kualitas air, karena latar belakang pendidikan saya berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan Kimia Analisis. Semasa kuliah, menjadi penyiar radio dan wartawan hanya merupakan pekerjaan sampingan untuk menambah uang jajan, mengingat mata kuliah yang saya ambil pun sangat bertolak belakang dengan pekerjaan tersebut. Setelah lulus sebagai Sarjana Farmasi, saya juga melanjutkan jenjang pendidikan ke kuliah profesi apoteker dan sempat menjalankan profesi tersebut beberapa saat sebelum akhirnya benar-benar menjatuhkan pilihan utama sebagai seorang jurnalis dan menggeser predikat saya sebagai seorang Farmasis.

 

Apa suka duka selaku MC?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, izinkan saya menggarisbawahi bahwa profesi saya, penyiar berita, memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan pembawa acara hiburan atau sekalipun dengan Master of Ceremony. Pembawa acara dan MC dapat dikatakan tidak terlalu berkorelasi dengan dunia jurnalistik. Sementara penyiar berita, umumnya adalah para jurnalis yang sempat cukup lama ditempa di lapangan dalam memperoleh suatu informasi. Sebelum mengenakan jas dasi dan mendapatkan meja siar, kami adalah wartawan lapangan dengan peluh dan segelintir cerita. Kebanyakan dari kami adalah orang-orang yang tidak se-berkelas kelihatannya sebagaimana terlhat di depan layar kaca. Di balik kamera, dulu kami kami sering kali duduk di anak tangga sebuah gedung sambil menanti narasumber keluar ruangan. Kami juga berlarian menantang hujan ataupun panas untuk meliput berbagai berita peristiwa, termasuk terjun ke wilayah konflik atau peperangan. Bagi sebagian orang, di tempatkan ke area berbahaya barangkali merupakan sebuah petaka, tetapi bagi kami, itu adalah sebuah hadiah. Setiap peluh yang kami keluarkan adalah suka cita di masa mendatang ketika tiba waktunya berbagi.

 

Apa pengalaman paling mengesankan sejauh ini sebagai seorang MC?

Barangkali karena saya ini seorang sanguinis-phlegmatis, jadi setiap momen selalu terasa mengesankan, termasuk pengalaman-pengalaman di bidang mastering ceremony. Lagi-lagi saya garisbawahi, bahwa profesi saya lebih kepada jurnalis, meski demikian, tak jarang hingga saat ini saya menekuni bidang mastering ceremony sebagai sambilan, tentu saja jika tawaran acara bertepatan dengan hari dimana saya libur dari kantor atau pengajuan cuti saya diterima, hehe. Anyway, ada satu momen yang selalu saya ingat, ketika suatu hari saya mengisi seminar yang diadakan oleh salah satu perusahaan minyak di Balikpapan. Bukan hanya karena acaranya yang berlangsung meriah, tetapi karena di momen itulah saya membelikan batu alam sebagai oleh-oleh untuk ibu dan nenek saya. Awalnya saya pikir itu norak, tapi ternyata ibu saya suka hingga dijadikan perhiasan olehnya. Hingga kini, batu alam yang saya pikir norak itu selalu menjadi pilihan aksesoris utama ibu ketika bepergian. Sweet mommm 🙂

 

Sejak kapan Anda menjadi MC (amatir dan profesional)?

Sejak aktif di Karang Taruna komplek rumah, terutama pada malam puncak Agustusan, hehe. Selanjutnya aktif menggeluti bidang ini di masa kuliah mengisi sejumlah pentas seni dan acara yang dibuat oleh event organizer tempat saya dan sejumlah teman saya bergabung. Dari event organizer inilah saya mulai mempredikatkan Master of Ceremony sebagai layanan profesional.

 

Apa motivasi menjadi MC?

Meski awalnya hanya sekadar hobi dan sukarela, tak bisa dipungkiri bahwa sejumlah tawaran pekerjaan sebagai Master of Ceremony ini juga pernah menjadi pundi-pundi rupiah di masa kuliah dulu. So ya, realistisnya, motivasi menjadi MC adalah karena kebutuhan secara finansial di masa kuliah dulu. Di bidang kuliah farmasi, setiap praktikum atau percobaan umumnya membutuhkan biaya yang tak sedikit. Uang jajan yang diberikan orang tua tak jarang habis untuk keperluan membeli alat, buku, dan perlengkapan lainnya. Karena tak ingin membebani orang tua, MC ternyata menjadi salah satu pilihan sokongan dana yang menjanjikan di masa itu, hehe. Bayangkan, hanya dalam 1 kali event saja, bayaran MC bisa dihargai layaknya satu bulan gaji saya siaran radio kala itu. hmm.. tergiur ?

 

Apa pengalaman paling mengesankan sejauh ini sebagai seorang pembawa acara televisi?

Ada beberapa posisi vital di industri jurnalistik televisi. Mulai dari reporter yang bertugas terjun ke lapangan mencari berita, produser dan para asistennya yang mengolah supply berita kiriman reporter dan menyuntingnya bersama para editor, hingga news anchor atau pembawa acara berita.

Agar lebih mudah dipahami, saya coba menganalogikan industri jurnalistik televisi sebagai sebuah Rumah Makan Padang ya :).

Reporter ini seakan merupakan tukang belanja bahan-bahan mentah seperti sayur, buah, daging, bumbu dan lainnya. Si tukang belanja inilah yang jago bernegosiasi dengan pedagang, memilih lokasi pedagang, dan bergerak cepat membawa bahan itu kembali ke dapur.

Lalu produser dan para asistennya ini adalah para juru masak di dapur, yang menerima bahan mentah dari si tukang belanja tadi. Mereka memiliki selera tersendiri, satu jenis daging saja bisa dimasak menjadi berbagai rasa, mulai dari daging bumbu rendang, daging lada hitam, atau jenis sajian masakan daging lainnya. Selain membuat rasanya enak, para tukang masak ini berupaya keras mempercantik tampilan makanannya ketika ditata di atas piring saji.

Sementara news anchor atau pembaca berita seakan bertindak sebagai pramusaji yang mengantarkan masakan yang sudah ditata dalam piring tadi ke meja pelanggan di warung nasi padang. Tak peduli si tukang belanja becek-becekan ke pasar, atau seberapa berantakannya suasana dapur saat para tukang masak mengolah makanan, si pramusaji harus berdandan dan tampil cantik atau ganteng ketika mengantarkan makanan ke hadapan pelanggan di depan warung. Saya, mengikuti setiap perjalanan tersebut dari awal, belajar menjadi tukang belanja, belajar menjadi tukang masak, dan belajar menjadi pramusaji. Sejauh ini, tahapan pembelajaran membuka usaha Warung Nasi Padang itulah pengalaman yang paling mengesankan dalam hidup saya ! 🙂

 

Apa pengalaman terbaik sebagai pembawa acara televisi?

Di stasiun TV sebelum TV tempat saya bekerja sekarang, saya pernah membacakan satu berita tentang seorang ibu yang kehilangan anaknya dalam sebuah insiden beberapa tahun silam. Lalu entah bagaimana kronologi pastinya, informasi yang ditayangkan dalam program tersebut ternyata ditonton oleh sang anak, dan akhirnya mereka berhasil dipertemukan kembali.

See? Berbagi itu bisa dalam bentuk apa saja. Tidak hanya materi, bentuk lain dari berbagi adalah informasi. Sangat lega rasanya ketika mengetahui bahwa informasi yang saya dan tim coba sampaikan ternyata bisa berdampak baik bagi khalayak. In this case, menjadi saksi bahwa tayangan bisa menjawab kerinduan seorang ibu terhadap anaknya yang telah lama hilang adalah salah satu bagian terbaik saat menjadi pembawa acara televisi.

 

Apa saja kesibukan Bapak selain di dunia penyiaran atau komunikasi?

Meski telah cukup lama menanggalkan predikat sebagai seorang farmasis, tak bisa dipungkiri bahwa saya masih memiliki minat tertentu di dunia obat-obatan. Secara berkala di tiap pekannya saya berangkat ke Bandung. Selain untuk mengunjungi orang tua, tujuan ke Bandung juga secara rutin dilakukan untuk melakukan supervisi di sebuah toko obat yang dikelola bersama kakak saya.

 

Siapa sih penyiar, MC, atau pembawa acara TV yang Anda teladani baik di Indonesia maupun luar negeri?

Saya mengidolakan Michaela Pereira. Di tanah air, saya memiliki pujaan tersendiri yang tak lain merupakan rekan seperjuangan saya, Fristian Humalanggi Griec. Keduanya adalah sosok wanita tangguh yang sangat hebat di lapangan maupun meja redaksi.

 

Dengan melihat usia Bapak sekarang ini, Anda telah mengantongi berbagai prestasi yang membanggakan. Sebenarnya berapa jam rata-rata Anda istirahat (tidur) setiap harinya?

Belum cukup membanggakan. Makanya hingga sekarang saya hanya tidur sekitar 4-5 jam dalam semalam.

 

Apa kegiatan Anda di waktu luang?

Membaca, dan sesekali menulis.  Sejak lama saya ingin menuangkan ide saya ke dalam sebuah cerita  novel, namun hingga kini belum terealisasi karena masih banyak ini itu. hehe.. Ada ide tulisan tapi kebetulan saya lagi di luar, begitu proper untuk menulis, idenya sudah menguap lupa entah gimana. fiuhhh…

 

Kalau boleh tahu, apa sebenarnya passion Bapak?

Saya rasa saya sedang berada di jalur yang tepat saat ini. Passion saya mungkin memang di bidang jurnalistik. Meskipun menjadi “wartawan” tidak pernah menjadi daftar cita-cita saya ketika kecil dulu. Tuhan punya rencana untuk menjawab setiap keinginan hambanya.

 

Di usia berapa Bapak menemukan passion?

Bayangannya sudah muncul sejak belasan tahun. Tapi waktu itu saya masih rakus. Berbagai pekerjaan ini itu masih selalu ingin dicoba, namanya juga anak muda ya kan, hehe. Urusan pilihan, saya pernah menjajaki kehidupan yang cukup pararel. Pemain band cafe sekaligus penikmat musik metal, traveling ke gunung tapi suka sekali pantai, ahli obat tapi seneng juga nyari berita. Perlu waktu sampai akhirnya saya ketok palu untuk fokus di satu bidang.

 

Bagaimana Anda melihat diri sendiri 5,10, dan 25 tahun ke depan?

5 tahun ke depan saya mungkin masih akan berkutat di dunia jurnalistik sambil ngumpulin modal.. Modal pengalaman, modal ilmu, modal kuliah lanjutan kimia medisinal, modal nikah. hehe. 10 tahun ke depan saya rasa saya sudah harus kembali ke Bandung dan mengajar bidang Kimia dan Farmasi di salah satu perguruan tinggi. Seperti saya sampaikan sejak awal, saya suka berbagi. Mengajar bagi saya juga akan menjadi wadah untuk berbagi ilmu, konon pahala untuk ilmu yang bermanfaat akan terus mengalir hingga keliang lahat. Pilihan lainnya, dalam 10 tahun ke depan, saya ingin menjadi walikota Bandung. Dalam sejarahnya, Bandung pernah dipimpin oleh pimpinan dari berbagai latar belakang, mulai dari ahli hukum hingga ahli arsitektur, namun belum pernah dipimpin oleh ahli obat sekaligus pewarta. Hmm, siapa tahu kesempatan itu nantinya tersedia bagi saya, hehe.

 

Siapakah orang yang paling mempengaruhi hidup Anda?

Ibu. What can i say about this? ahh.. she’s everything!

 

Apakah Anda memiliki teladan atau panutan? Jika ada, siapa itu? Mengapa Anda mengagumi sosok tersebut?

Belum pernah bertemu langsung, hanya sering mendengar ceritanya dan membaca kisahnya dari kitab Al-Quran. Saya sangat terkagum dengan sosok Nabi Muhammad SAW, apalagi ketika Muhammad bergerak dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso lalu terbang ke langit sebagaimana dikisahkan dalam Surat Al-Isra. Sebagian orang mungkin meragukan kisah ini. Tapi secara pribadi saya meyakini kebenarannya karena saya pernah menemukan sebuah korelasi ilmiah tentang kisah terbangnya Muhammad ke langit.

 

Apakah Anda pernah mengalami kejadian yang membawa pada titik balik yang “mengubah” hidup? Apa pelajaran terbesar dari kejadian tersebut?

Pernah. Saya hidup di lingkungan keluarga berlatar belakang pendidikan hukum. Baik ayah maupun ibu saya keduanya adalah orang-orang yang bergerak di bidang hukum. Namun kami memiliki semacam usaha keluarga. Pada saat saya menginjak usia remaja, usaha tersebut dinyatakan pailit sebagai buntut dari tragedi krisis moneter di tahun 1998an. Kondisi finansial keluarga yang berubah drastis tersebut mau tidak mau memaksa saya mulai bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Dari situlah saya mulai selalu berpikir untuk mencari uang tambahan sambil bersekolah. Tanpa disadari sikap prihatin tersebut membuat saya menjadi sosok seperti saat ini.

 

Menurut Bapak, seorang pembaca acara TV, dan MC yang baik itu seperti apa?

Banyak parameternya, tapi saya kira itu sifatnya teknis sekali. Bagi saya, pembaca berita yang baik adalah mereka yang tetap menjaga independensinya ketika menyampaikan suatu informasi tanpa menyertakan keberpihakan. Bagaimanapun juga, media berperan penting dalam kontrol sosial, sehingga apa yang disampaikan pembaca berita tentu akan didengar oleh khalayak luas dan berdampak pada perubahan pola pikir penontonnya.

 

Apa arti kesuksesan bagi Bapak?

Sukses berarti bahagia.

 

Apa arti kebahagiaan di mata Bapak?

Bisa tidur tanpa harus mengaktifkan alarm di keesokan harinya. ahhaa.. berikutnya? “Flight Mode : on” Anyway, saya belum menjadi sosok yang sebahagia itu. saya masih harus tetap menyetel alarm bahkan pada akhir pekan. hehe.

 

Apa pesan-pesan Bapak bagi para generasi muda yang ingin menjadi MC dan pembaca acara TV?

Tetap positif, dan lakukan segalanya dengan ikhlas. Saya percaya setiap langkah positif dan sikap ikhlas dalam menjalankan sesuatu pasti akan diapresiasi oleh Tuhan YME. Dia punya rencana, dan hadiahnya menanti jika kita tekun dan tak menyerah. 🙂

 

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!