Kampusgw.com

Menu

Mutiara Pesantren

Dunia pendidikan di tanah air tidak dapat dilepaskan dari pesantren. Lembaga pendidikan ini memang jauh lebih dahulu lahir sebelum datangnya pendidikan modern ala Barat. Pesantren sudah mengakar ratusan tahun di Indonesia Barat khususnya Jawa. Dulu, pesantren hanya mengajarkan pendidikan agama. Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren memiliki kurikulum paling komplit. Betapa tidak, selain mengajarkan pendidikan agama, banyak pesantren dewasa ini yang mengajarkan berbagai bahasa asing seperti Inggris, Mandarin, dan Jepang. Tidak sedikit juga pesantren yang mengajarkan keterampilan hidup seperti menjahit, memasak, perakitan komputer, otomotif, elektronika, pertanian, peternakan, tata boga, tata busana dan sebagainya.

Dengan semakin majunya kualitas pendidikan pesantren maka semakin tinggi pula kualitas lulusannya. Maka tidak mengherankan jika saat ini sudah banyak alumni pesantren yang berkecimpung di ranah nasional dan internasional, diantaranya adalah mantan presiden Abdurrahman Wachid (Gus Dur, almarhum), pendiri Universitas Paramadina Nur Cholis Madjid (Cak Nur, almarhum), penulis novel Negeri Lima Menara A. Fuadi, dan masih banyak lagi. Salah satu sosok yang saat ini layak diteladani adalah Tika, alumni sebuah pesantren di Jombang Jawa Timur. Ia adalah mutiara pesantren karena prestasi segudangnya ditunjang dengan akhlak yang baik. Apa dan siapa Tika? Berikut adalah wawancara penulis dengannya:

 

 

Siapa nama lengkap Anda?  

Atika Luthfiyyah
 

Kapan dan dimana Anda dilahirkan?  

Probolinggo, 6 April 1990


Apakah orangtua menghadapi kesulitan ekonomi untuk menyekolahkan Anda?
 

Tidak terlalu, maksudnya kalau kebutusan dasar tidak mengalami kesulitan, tapi agak kesulitan membiayai kuliah jika saya tidak mendapatkan beasiswa.
 

Dapatkah Anda ceritakan pengalaman masa SD? Prestasi apa yang pernah Anda raih?  

Selama di SD, saya selalu mendapatkan juara 1 sejak kelas 3 kelas 6. Saya juga pernah menjadi siswa teladan ke-3 se-Pasuruan.

 

Ceritakan pengalaman Anda di jenjang SMP, keterlibatan organisasi dan prestasi ! 

Ketika SMP, saya sudah mengikuti Pramuka sejak kelas 1 hingga kelas 3, tapi sebenarnya saya sudah mengikuti Pramuka secara aktif sejak kelas 4 SD. Pada kelas 1-2 SMP, saya tergabung di OSIS sekolah, di mana saya menjadi bendahara OSIS ketika kelas 2 SMP. Selama di SMP, saya selalu mendapatkan juara umum dan menjadi delegasi sekolah untuk lomba IPA, meskipun tidak pernah memenangkannya.
 

Bagaimana pengalaman Anda di tingkat SMA? Apakah ada kendala biaya sekolah? Prestasi apa yang Anda raih di tingkat ini?

Saya sekolah di SMA Unggulan di Jombang, biayanya cukup mahal jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah SMA di Pasuruan (tempat tinggal saya). Sebenarnya ayah saya agak kerepotan biaya ketika saya SMA, akan tetapi semua saudara saya mendukung saya untuk bersekolah di sekolah tersebut baik moril maupun materiil. Prestasi saya tidak banyak ketika SMA, saya hanya pernah 2 kali juara 1, yakni ketika di kelas 3. Saya juga tidak tergabung di organisasi sekolah.

 

Dimana Anda kuliah? Jurusan Anda kuliah?  Mengapa Anda memilih jurusan dan kampus ini?  

Saya kuliah di Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP), Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. ITP adalah salah satu jurusan terbaik di IPB, dan juga merupakan rujukan teknologi pangan di Indonesia. Saya ingin berkiprah di dunia pangan karena selama manusia hidup di dunia ini, pangan akan selalu dibutuhkan. Saya memilih Institut Pertanian Bogor karena IPB merupakan salah satu universitas terkemuka di Indonesia. Saya mendapatkan beasiswa penuh (4,5 tahun) dari kementerian agama selama kuliah di IPB. Awalnya saya berharap, saya akan mendapatkan ilmu dari dosen-dosen terbaik, mendapatkan teman-teman yang hebat, terbukanya kesempatan bermanfaat (seperti pertukaran pelajar, dll) dan bergabung di organisasi yang mendukung kemajuan diri saya, ternyata saya mendapatkan itu semua selama saya kuliah di ITP, IPB.

 

Apakah orang tua menghadapi kesulitan untuk membiayai kuliah Anda?

Tidak, karena saya mendapatkan beasiswa. Jadi saya tidak meminta uang bulanan dari orang tua.

 

Organisasi apa saja yang Anda geluti di perkuliahan? 

UKM FORCES (Forum for Scientific Studies) IPB, CSS MoRA, IKALUM. Kalau di luar kampus adalah FIM (Forum Indonesia Muda) angkatan 7 dan relawan di Indonesia Menyala Pokja IPB.


Prestasi apa saja yang sudah Anda raih di perkuliahan?
 

Saya pernah menjadi mahasiswa terbaik di program beasiswa Kementerian Agama pada tahun pertama saya di IPB. Saya dan tim pernah didanai PKMP dan PKMM oleh DIKTI, finalis di LKTIA PIMNAS di Malang, Juara Harapan di lomba cipta agribisnis di Polinela Lampung, mendapatkan insentif di PKM-GT dan PKM-AI, juara 3 nasional di Youth Agrotechnopreneurship dari BEM FATETA, Peserta International Conference di SUSTAIN Kyoto 2010 dan ADIC Malaysia 2010, peserta pertukaran pelajar di Mae Fah Luang University, Chiang Rai, Thailand. Juara 1 di lomba kisah kasih ibu, dimana kisah tersebut dimasukkan dalam buku antologi yang diterbitkan Dar!Mizan.

 

Siapa tokoh nasional yang menjadi idola atau favorit Anda? 

 BJ Habibi, Anies Baswedan, Joko Widodo, dan Dahlan Iskan

 

Pernahkah Anda mengikuti kompetisi? Apa manfaat mengikuti kompetisi?

Pernah. Manfaatnya adalah menambah kepercayaan diri, menambah teman, menyadarkan bahwa masih banyak orang yang lebih hebat dari kita, mengasah berpikir sistematis, belajar menganalisis masalah dan memberi solusi, mengalahkan ketakutan diri, dan belajar menghargai proses.

 

Pernahkah Anda mendapatkan beasiswa? Jika pernah, bagaimana tips dan trik memburu beaasiswa?

Pernah. Datangi informasi beasiswa di kampus, aktif mencari info di internet, bergabung di grup (Facebook atau  milis) yang menyediakan info lomba, mempersiapkan TOEFL, mempersiapkan CV yang bagus, dan berlatih wawancara.

 

Pernahkah Anda bekerja paruh waktu dan atau freelance? Mengapa? Apa suka dukanya? Jelaskan dengan detail !

Pernah. Untuk mencari pengalaman kerja dan merasakan bagaimana susahnya mendapatkan uang. Saya kerja di akhir minggu di SEAFAST Center untuk memproduksi mi jagung. Suka nya pasti mendapatkan pengalaman baru dan mendapatkan gaji. Dukanya, terkadang sulit membagi waktu dengan organisasi dan tenaga lebih terkuras. Gaji saya di pekerjaan tersebut dapat dikatakan sangat sedikit, tapi etos kerja itulah yang saya pelajari untuk masa depan saya.

 

Pernahkah Anda menjadi relawan sosial? apa motivasi Anda?

Pernah, di Indonesia Menyala, program turunan dari Indonesia Mengajar. Saya dan 2 teman saya mengumpulkan buku anak-anak layak baca dan mengkoordinasi penarikan sumbangan ke kelas-kelas untuk dibelikan buku bersama anak-anak Indonesia Menyala di Jakarta.

 

Apa cita-cita Anda?

Memiliki sebuah yayasan sosial yang bergerak di bidang pendidikan

 

 

Anda adalah penerima beasiswa BUD, apa itu BUD?Bagaimana perjuangan mendapatkan beasiswa itu?  

Beasiswa Utusan Daerah, tepatnya BUD Kementerian Agama Republik Indonesia. Saya mendapatkannya dari proses seleksi di SMA. Seleksinya antara lain, seleksi berkas dan seleksi tulis (Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, Kimia, Fisika, Psikotest, kepesantrenan).

 

 

Berapa prosentase mahasiswa kurang mampu yang mampu menembus bangku kuliah di IPB? Saya kurang tahu, tetapi setahu saya IPB banyak menerima mahasiswa dari kalangan kurang mampu dengan sistem subsidi silangnya.

 

 

Apakah citra IPB sebagai “kampus rakyat” masih layak disematkan?  

Ya, jika setiap tahun kenaikan biaya belajar tidak naik secara signifikan

 

 

Apa kesan-kesan Anda belajar di pesantren? Apakah itu mempengaruhi pola pikir Anda sekarang ini? 

 Saya sangat beruntung pernah berkesempatan belajar di pesantren ketika saya SMA. Saya belajar hidup bersama dengan banyak orang berlatar belakang berbeda. Saya lebih mudah menerima perbedaan dan kemoderatan.

 

 

Anda adalah salah satu mahasiswa Indonesia yang berkesempatan mencicipi pendidikan di Thailand, tulislah perjuangan Anda meraih kesempatan tersebut dan kesan-kesan selama di Thailand !

Saya mengetahui program ini sejak tahun lalu ketika dua kakak kelas saya di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan mengikuti program serupa. Kemudian ketika program ini dibuka saya mendaftarkan diri dengan mengisi aplikasi dan akhirnya berkesempatan mengikuti seleksi dari departemen yakni seleksi wawancara dalam bahasa inggris. Ada tiga tujuan dalam program ini, yakni Mae Fah Luang University di Thailand dan Universiti Putra Malaysia serta Universiti Teknologi Mara di Malaysia.

 

 

Mengapa mengikuti program ini?

Program pertukaran pelajar adalah program yang tepat untuk membuka wawasan global tentang perkembangan negara lain. Selain itu, atmosfer pendidikan internasional pasti berbeda dengan yang biasa kita rasakan, akan ada banyak tantangan yang lebih menantang yang menjadikan kita lebih maju. Saya selalu takut berbahasa inggris, karena itulah bahasa inggris saya tidak pernah baik. Oleh karena itulah saya memberanikan diri untuk mengikuti program ini agar saya “dipaksa” untuk berbahasa inggris. Melawan keterbatasan akan membuat kita menjadi pemenang.

 

 

Mengapa memilih Mae Fah Luang University di Thailand?

Tahun ini adalah tahun terakhir saya di IPB, oleh karena itu saya harus melakukan penelitian untuk tugas akhir skripsi. Di Mae Fah Luang ini saya dapat melakukan penelitian saya, sedangkan di Malaysia hanya tersedia untuk program kuliah saja. Selain itu, Thailand memiliki komitmen untuk menjadi “the Kitchen of the World”, departemen saya adalah Ilmu dan Teknologi Pangan, hal ini sangat menarik minat saya untuk melihat perkembangan teknologi pangan di Thailand. Alasan yang ketiga adalah jika saya memilih Malaysia, mungkin saya akan lebih banyak berbahasa Melayu, hal ini tidak akan membantu saya belajar bahasa inggris dengan baik.

 

Apa yang kamu lakukan di Mae Fah Luang University?

Saya melakukan penelitian tentang karakterisasi kimia teh yang diproduksi di Thailand. Penelitian ini di bawah bimbingan Dr.Theerapong Theppakorn yang merupakan direktur dari Tea Institue MFU. Saya sangat beruntung mendapatkan dosen pembimbing yang ahli di bidang teh. Selain itu saya pun banyak dibantu oleh para teknisi yang baik. Selain penelitian, saya juga mengambil 1 mata kuliah di major Food Technology dan 1 mata kuliah di Major Liberal Art yakni Basic Thai Language Course. Jadi selain penelitian, saya juga kuliah.

 

 

Apa yang kamu rasakan selama di Thailand?

Saya sangat senang dapat menjadi peserta pertukaran pelajar ini. Banyak pelajaran kehidupan yang saya dapatkan, khususnya pelajaran tentang “Mencintai Indonesia”. Ketika anda melihat dari luar, anda akan dapat lebih memposisikan diri menjadi orang lain dalam melihat Indonesia. Saya lebih menyadari bagaimana kekurangan dan kelebihan negeri ini dan lebih ingin bermanfaat untuk negeri ini. Saya sangat senang berada di Thailand karena hampir semua orang yang saya temui sangat baik. Mereka selalu tersenyum pada siapapun dan berperilaku sopan. Bangsa Thailand sangat mencintai negaranya, ini adalah salah satu pelajaran berharga selama di Thailand. Selain berinteraksi dengan masyarakat Thailand, saya pun berinteraksi dengan bangsa lain, seperti Malaysia, Korea, Kamerun, China, Myanmar, Nepal, dan lainnya. Saya semakin merasakan betapa pentingnya kerja sama antar negara, khususnya ASEAN. Semoga Indonesia dapat berperan aktif dalam ASEAN.

 

 

Apakah ada pesan untuk pembaca?

Saya sangat merekomendasikan pembaca untuk mengikuti berbagai program bermanfaat yang dapat membuka wawasan kebangsaan dan keahlian bidang kita. Ayo terus mencoba hal-hal baru dan nikmati hidup dengan kebermanfaatan untuk orang lain. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada Kementerian Agama yang telah membiayai masa belajar saya selama di IPB selama 4.5 tahun. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap jajaran tim BUD IPB yang telah membantu saya sejak sebelum saya masuk IPB hingga kelulusan nanti.

 

 

 Apa pesan-pesan Anda untuk calon mahasiswa yang menghadapi kesulitan biaya? Berprestasilah di segala bidang! Karena dengan prestasi, pintu-pintu kesempatan lain akan terbuka lebar.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!