Kampusgw.com

Menu

Pantang Menyerah

Hmmm sekarang tanggal 13 Agustus 2013, berarti 10 hari lagi saya akan kembali ke negeri Paman Sam untuk mengikuti UNAOC-EF Summer School tepatnya di kota Big Apple, New York. Tidak pernah menyangka saya akan menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dan menyisihkan 19.900 pemuda dari seluruh dunia.

Well, saya akan berbagi cerita bagaimana akhirnya saya bisa menjelajah ke berbagai negara and the most important one is all are free.

Menunda Kuliah Beberapa Tahun

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Universitas Nasional Jakarta pada 2009, saya sudah bertekad untuk meraih IPK yang tinggi dan berorganisasi. Maklum, saya sudah menunda kuliah beberapa tahun sejak tamat SMA sehingga saya tidak ingin menghabiskan waktu berlama-lama di kampus. Semester pertama saya habiskan waktu untuk berkonsentrasi dengan kuliah dan kursus bahasa Inggris dan hasilnya memuaskan, semester satu saya bisa meraih IPK 3, 75.

Memasuki semester dua, saya mulai memilih organisasi di kampus dan mulai aktif beroganisasi sampai akhirnya saya menjadi anggota di beberapa organisasi seperti PMII UNAS, Global Peace Volunteer dan Senat FISIP UNAS.

Saya mendapat banyak sekali pelajaran dengan berorganisasi mulai dari kepemimpinan, berjejaring, teman-teman baru dan masih banyak lagi. Untuk teman-teman yang sekarang baru menyandang gelar mahasiswa atau masih semester awal bisa langsung cari organisasi sesuai dengan minat, dan ke depannya kamu akan rasakan manfaatnya. Trust me it works!

Mulai mengambil tanggung jawab menjadi ketua pelaksana di beberapa seminar dan kegiatan sosial melalui kegiatan “Power of Rupiah.” Pada tahun 2010 Global Peace Festival Indonesia Foundation (GPFIF) memberikan saya penghargaan Young Leader Award yang langsung diserahkan oleh Kyai Said Aqil Siraj, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Berani Mencoba

Di tahun 2011 saya mulai mencoba peruntungan untuk mengejar beasiswa ke luar negeri. Program pertama yang saya ikuti adalah Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) untuk program ke Jepang. Perjuangannya tidak mudah karena saya merupakan pendatang di Jakarta. Saya harus membuat KTP Jakarta dan rela nama saya dihapus di kartu keluarga di Makassar. Setelah melewati proses yang panjang, akhirnya dengan jantung yang “dad dig dug”……saya melihat nomor peserta saya berada di urutan ke-2 yang artinya gagal – belum beruntung – karena yang diberangkatkan hanya satu orang.

Kecewa itu pasti. Namun ada kabar membahagiakan setelahnya. Saya mendapatkan telpon dari GPFIF bahwa saya akan diberangkatkan ke Malaysia untuk mengikuti Young Leader Assembly di University of Malaya. Rasanya bahagia sekali ketika memberi tahu orang tua akan kepergian saya ke luar negeri untuk pertama kalinya.

Sekitar bulan Agustus 2011 saya mendapat informasi mengenai program beasiswa Study of the US Institute (SUSI) on Religious Pluralism and Democracy in USA. Saya sangat mengharapkan program ini karena 1) ingin mengunjungi Amerika Serikat yang tidak lain merupakan negara impian sejak menonton film Home Alone, 2) program ini berlangsung ketika musim dingin yang berarti aka nada salju, dan 3) tema yang akan dibahas merupakan passion saya yaitu religious pluralism.

11111 (dibaca tanggal 1 bulan 11 tahun 2011) adalah hari yang bersejarah dalam hidup saya. Ini tidak lain karena saya menerima telpon dari Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta yang mengabarkan bahwa saya terpilih menjadi salah satu peserta SUSI Religious Pluralism 2012.

Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.” Istilah tersebut akhirnya berlaku dalam hidup saya dan tentu saja terhadap semua orang yang berani bermimpi. Ya, mimpi saya untuk melihat salju dan berkunjung ke Amerika Serikat dikabulkan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Aktif Berorganisasi

Sepulang dari Amerika Serikat, saya dan beberapa teman membuat komunitas yang kami beri nama Youth Interfaith Community dan berhasil menyelenggarakan acara Interfaith Youth Forum 2012. Di tahun yang sama pula saya dan 19 alumni SUSI lainnya membuat organisasi bernama Cinta Indonesia (Committee for Interfaith Tolerance in Indonesia), dan lebih bersyukur lagi kami memenangkan Alumni Engagement Innovation Fund dari U.S State Department dan akhirnya berhasil mengadakan road show ke 5 kota di Indonesia. Intinya adalah saya dan teman-teman berkomitmen untuk berbagi ilmu dan menciptakan Indonesia aman dan damai.

Tahun 2012 begitu luar biasa dan bersejarah. Saya mengikuti SUSI Religious Pluralism selama 5 minggu di Philadelphia, New York, Miami, dan Washington DC, berhasil membentuk Youth Interfaith Community, melaksanakan Interfaith Youth Forum, memenangkan Alumni Engagement Innovation Fund, Team VO Global Youth Forum 2012, mengisi beberapa acara sebagai pembicara dan akhir tahun 2012 mendapatkan beasiswa dari United Nation Alliance of Civilization (UNAOC) untuk mengikuti UNAOC Youth and Global Forum di Vienna Austria.

Tahun 2013 juga tidak kalah luar biasanya. Diawali dengan sidang skripsi yang artinya saya berhasil mencapai target untuk lulus dalam 3,5 tahun dan lulus dengan menyandang predikat Cumlaude, sekaligus mematahkan teori yang banyak ditakutkan mahasiswa bahwa berorganisasi bisa mengganggu prestasi akademis. Sekali lagi saya tekankan bahwa kuliah dan organisasi adalah kombinasi yang pas untuk memaksimalkan potensi yang kita miliki. Selama bersungguh-sungguh menjalani semuanya, pasti kalian bisa menyeimbangkannya.

Februari 2013 setelah sidang saya berangkat ke Vienna Austria untuk mengikuti UNAOC Global Forum and Youth Event. Mimpi saya kembali dikabulkan Tuhan untuk menginjakkan kaki di Eropa. God is Amazing!

April 2013 setelah wisuda saya mendapat undangan dari Kementerian Luar Negeri Mongolia untuk menjadi pembicara dalam acara Community of Democracies Youth Forum di Ulaanbaatar. Itu adalah pengalaman berkesan karena untuk pertama kalinya saya menjadi pembicara di depan pemuda dari berbagai negara.

Juni 2013 kembali menjadi sejarah karena saya resmi menjadi pegawai di GPFIF yang sejak 2010 saya menjadi volunteer dan sangat senang dengan kegiatan-kegiatannya.

Juli 2013 kabar membahagiakan kembali datang. Saya terpilih menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia untuk mengikuti acara UNAOC-EF Summer School di New York tanggal 23-31 Agustus 2013.

Saya hanya ingin berbagi kepada teman-teman bahwa, jangan pernah menganggap enteng mimpi, dan jangan pernah juga berfikir bahwa meraih mimpi itu akan mudah. Kerja keras, doa dan pantang menyerah adalah kunci untuk meraih keberhasilan. So far itu yang saya rasakan.

Jakarta, 13 Agustus 2013

I Gede Pandu Wirawan

Alumni Hubungan Internasional Universitas Nasional Jakarta

BlogFacebook – Linkedin – Twitter

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!