Kampusgw.com

Menu

Yang Muda, Yang Berjiwa Wirausaha

Di tengah kerasnya menjalani kehidupan, kemandirian menjadi modal yang harus dimiliki setiap orang. Termasuk dalam memenangi dunia kerja yang semakin ketat. Tingginya angka pengangguran yang tidak diiringi oleh ketersediaan lapangan kerja menjadi problem sosial yang seakan-akan tidka berkesudahan, Menyadari hal itu, sejak keci Ema Nurhasanah (25) tulus membantu warung kelontong kecil milik ibunya.

Gadis yang lahir dan besar di Sukabumi, Jawa Barat tersebut merupakan anak bungsu dari lima bersaudara yang dibesarkan dalam didikan keluarga yang mandiri. “Sepulang sekolah saya membantu ibu menjaga toko, membungkus gula pasir dan barang dagangan lainnya.” Tandas Ema.

Walaupun harus sekolah dan sambil membantu orang tua, prestasi Ema tidak mengecewakan. Ia bahkan meraih NEM ke-2 terbaik ketika lulus SD dan selalu masuk 5 besar di masa SMP. Ema juga menjadi ketua kelas, aktif di ekstrakurikuler seperti PMR, OSIS, dan mengikuti banyak perlombaan.

Jiwa wirausaha Ema semakin terasah memasuki SMKN 3 Sukabumi jurusan Tata Busana. Di masa ini, ia juga pernah dipercaya menjadi ketua kelas, anggota OSIS dan juara pidato bahasa Inggris tingkat kabupaten Sukabumi. “Ketika itu saya bisa juara pidato dengan modal percaya diri dan tekun. Saya berlatih menghafal dan berbicara sekitar sebulan sebulan bertanding. Tidak menyangka bisa menang.” Ujar Ema.

Suka Mencoba dan Tak Takut Gagal

Berkat kerja keras, ketekunan, kesabaran dan kedisipilinannya; Ema berhasil menjadi juara pertama LKS Tata Busana tingkat provinsi Jawa Barat dan sekaligus mewakili provinsinya di ajang yang sama tingkat nasional di Bali.

Lulus dari SMK, Ema mendapatkan beasiswa pelatihan dari sebuah sekolah busana asal Jerman di Jakarta. Ia pun sempat pindah di beberapa tempat dan menikmati gurihnya hasil kerja keras dan menabung. Namun ia merasa belum puas, dan haus belajar lagi.

“Awalnya saya tidak pernah bermimpi untuk bisa kuliah karena sadar itu pasti mahal. Setelah lulus saya langsung bekerja dan menikmatinya. Di tengah perjalanan ternyata ada ‘diskriminasi penggajian, fasilitas penunjang & perlakuan’ antara lulusan SMK dan S1 dengan posisi dan kualifikasi yang sama. Seketika itu juga saya bertekad untuk kuliah untuk mengembangkan diri padahal sebenarnya sudah merasa nyaman dari sisi penghasilan.” Curhat Ema.

Berkat kemauan yang kuat dan semangat yang tidak pernah padam, Ema mendapatkan beasiswa Paramadina Fellowship jurusan Desain Komunikasi Visual di Universitas Paramadina Jakarta. Selama menjalani kuliah ia juga masih aktif di dunia fesyen. Di antaraya menjadi pekerja lepas (freelance), aktif di Indonesian Fashion Week, Jakarta Fashion Week, Goethe Institute, Femina, Kids Fashion Festival, HijUp.com dan seterusnya.

Kini Ema sudah memasuki semester akhir. Kelak ia ingin membuat usaha bisnis sendiri, membantu memperkerjakan banyak orang. Pesan yang terus menerus disematkan ke sahabat Kampusgw adalah bahwa sejatinya tiada kata terlambat untuk belajar.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!