Kampusgw.com

Menu

Ruthi Maharani: Ibu Adalah Sumber Kekuatan

Semenjak kepergian Sang Ayah, Ruthi Maharani, salah anak dari sebuah keluarga yang bekecukupan dari Jepara mengalami perubahan drastis. Hidup dengan tabungan peninggalan Sang Ayah, membuat ia dan keempat saudaranya harus mulai ‘mengecangkan ikat pinggang’. “Uti pribadi berubah pula sikapnya, pandangan serta membangun sedikit demi sedikit kekuatan untuk beradaptasi bukan menjadi seorang yang hidup serba kecukupan lagi dan apapun dapat diperoleh karena status sebagai anak perempuan satu satunya. Hal tersebut dikarenakan melihat kelima anak Ibu dan Ayah masih menempuh pendidikan sementara ibu telah sendirian dengan mengandalkan peninggalan bapak untuk hidup kami berlima”

Kekhawatiran akan tidak bisanya melanjutkan sekolah pun mulai timbul. Tabungan Ayah rasanya akan habis karena keempat kakaknya pun masih sekolah. Sehingga pemikiran untuk mandiri pun timbul dengan sendirinya di dada Ruthi. Ibu yang berprofesi sebagai Kepala Sekolah Swasta, merasa penghasilannya tidak mencukupi untuk itu Ibu Ruthi mengundurkan diri. Dan mulai fokus terhadap aku dan saudara yang lainnya.

Untuk menumbuhkan kemandirian yang dapat berdiri sendiri untuk membiayai kuliah, Ruthi mendaftarkan diri sebagai salah satu penerima beasiswa Paramadina Fellowship. Dengan persyaratan yang dilakukan adalah: mengisi formulir, membuat essay, dan “Hal yang membuat Uti tambah semangat kala itu adalah ketika berhasil mendapat rekomendasi dari Wakil Bupati.. Beliau memotivasi untuk terus lanjut setidaknya menjalani proses seleksi”

Karena Ruthi adalah satu-satunya anak perempuan yang dimiliki Sang Bunda, Ibu selalu merasa khawatir dengan keadaannya. Bahkan Ibu sering kali berdoa agar Ruthi tidak diloloskan, karena beliau ingin Ruthi selalu dekat dengan dirinya. Yakni, bersekolah di Semarang saja. Namun kegigihanku dalam berdoa supaya diterima di Universitas Paramadina pun begitu gigih. Hingga aku yang memenangkannya. “Aku menjadi salah satu mahasiswa Universitas Paramadina dengan jurusan …

Vina: Sepertinya, kamu begitu dekat dengan Ibu. Alasan apa yang membuat kamu rela meninggalkan Ibu dan mengambil beasiswa ini?

Ruthi: “Alasannya …

  1. Alasan pertama, klasik yaitu finansial. Meskipun Ibu bilang tabungan Bapak cukup untuk membiayai pendidikan kami semua, tapi Uti takut saja uang itu habis. Dan dengan beasiswa ini, Uti jadi bisa berdiri sendiri. Kakak Uti memang jadi dokter dan hidup berkecukupan. Tapi hal itu tidak membuat Uti bergantung sama dia, arena dia pasti punya banyak keperluan
  2. Aku menginginkan hidup yang lebih baik. Dari yang awalnya berkecukupan jadi serba harus mengikuti realita. Sehingga hal tersebut membuat derajat keluarga turun, Uti disini untuk ikut menaikkannya lagi
  3. Kedekatan Uti dengan sang Ibu menjadikan Uti lemah, sulit beradaptasi ketika pertama kali berada di Jakarta. Tidak jarang Uti menangis dan merindukan Ibu. Hampir berpikir bahwa Uti kualat karena tidak mengikuti nasihat Ibu. Tapi, Ibu adalah sumber kekuatan. Ibu selalu mendukung Uti, sehingga pada akhirnya Uti dapat tinggal di Jakarta sekarang”

Ruthi, berusaha untuk mandiri dalam hal pendidikan. Sekalipun Ibu bilang masih ada uang, tapi ia tidak terlena. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan beasiswa. Beasiswa yang didapatnya pun dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Beberapa prestasi mulai ia ukir. Dimulai jadi pemakalah untuk salah satu konferensi di Indonesia, menjadi salah satu peserta Indonesia Model United Nations di Universitas Indonesia tahun 2010, dan membawa misi kebudayaan mengharumkan nama bangsa ke Festival Budaya di Prancis dengan menjadi penari tradisional Tari Nusantara.

Categories:   Sosok

Comments

error: Content is protected !!